Who is he?

1.9K 289 11
                                    


Pip Pip Pip

Sebuah tangan mendadak keluar dari balik selimut saat terdengar suara nyaring, memekakkan telinga, tepat pukul 06.00 Am. Menggapai udara, berusaha menekan tombol henti--namun, yang terjadi adalah, ia menjatuhkannya.

Prak!

"Aish," mendesis agak kencang, tapi tak kunjung keluar dari gulungan selimut, tak peduli bagaimana nasib jam digitalnya yang beradu dengan lantai.

Ting!

Klek.

Ia mendengar itu, suara seseorang masuk ke kamar menggunakan cardkey khas hotel, pastilah itu sepupunya. Namun, telinganya menangkap suara lain, seperti berbisik-bisik. Apakah sepupunya berbicara sendiri? Mungkinkah, sepagi ini kebiasaan aneh sepupunya--suka bermonolog--kambuh?

"Ya, Park Jimin," Taehyung mendekat, memungut jam digital yang terjatuh, lalu menggerakkan Jimin pelan.

"Aah nanti saja,"

"Ada yang ingin kukenalkan, tidak sopan,"

Jimin bergerak, menyingkap selimutnya tak ikhlas, lalu matanya yang masih mengantuk itu menatap bingung pada seorang remaja--terlihat sepantaran--duduk di ranjang Taehyung. Wajahnya kelewat imut, mata bundarnya bertubrukan dengan mata elang Jimin, selama satu sekon, dan lelaki itu buru-buru membungkuk sapa.

"Annyeonghaseyo," suaranya pelan, nyaris berbisik.

"Siapa, Tae?" Jimin tampak tak membalas sapaannya, malah meminta penjelasan pada Taehyung.

Ini masih jam 06.00 pagi, dan dia baru bangun, wajar jika ia tidak menyambutnya dengan baik. Lagipula, siapa pula remaja di depannya sekarang? Kenapa Taehyung membawanya masuk ke kamar hotel? Jelas privasi.

"Namanya Jeon Jungkook. Dia lebih muda dari kita,"

"Bukan namanya, aku tidak peduli, tapi--dia ini siapa? Kenapa membawanya kemari, hah?"

"Dia kemari untuk mengajak kita tinggal di rumahnya, sementara,"

Rahang Jimin serasa jatuh. Sepupunya bicara seolah itu hal biasa. Dia bahkan tak tau Jungkook siapa, lalu dengan mudahnya Taehyung mengatakan itu?

"Taehyung--" Ia menarik Taehyung mendekat, berposisi memunggungi Jungkook dan berbisik penuh penekanan.

"Siapa sih dia? Kenapa kau mengajaknya kemari? Kenapa kita harus tinggal di rumahnya? Bagaimana jika dia orang jahat, huh?"

"Ah, jadi begini," Taehyung membalikkan lagi tubuhnya, mengeraskan suaranya, tak mempedulikan Jimin yang mengumpat samar karena Taehyung benar-benar sulit diajak berdiskusi.

"Jungkook-ah, bisakah kau menjelaskan alasanmu kemari padanya? Temanku ini... agak trauma dengan orang asing,"

"O-oh, ne," Jungkook agak gugup, tatapan yang dilempar Jimin sekarang tidak main tajamnya.

"Ne. Sebenarnya, Taehyung hyeong sudah menolongku. Aku hanya ingin berbalas budi, lagipula, kudengar kalian berdua kemari untuk tugas, proposal, tentang wisata pegunungan, benar? Jadi, kebetulan rumahku dekat dengan salah satu tempat wisata itu, dulu kakakku bekerja sebagai tour guide-nya, emm... jika kalian mau, kalian boleh menginap di rumahku. Aku juga bisa membantu kalian untuk mengerjakan proposal-nya. Maaf, aku baru saja bekerja sebagai pelayan, uangku tidak akan cukup untuk menggantinya."

Taehyung terus sumringah, sedangkan Jimin masih saja berwajah datar. Ia memindai sekali lagi, seorang Jungkook dari bawah ke atas. Ia tidak punya firasat apapun.

SO FAR AWAYDonde viven las historias. Descúbrelo ahora