Apologize

1.8K 284 44
                                    


"Jim—Jimin, tenanglah, tarik napasmu," Taehyung menepuk-nepuk punggung Jimin, sepupunya itu bernapas tak beraturan, ditambah keringat dingin mengaliri pelipisnya.

"Tidak, Tae. Ki-kita harus cepat. Aku tak mau, lelaki itu menyakiti kita lagi,"

"Bagaimana dengan Jungkook? Dimana dia?"

"Dia pergi. Aku tidak tau dia pergi kemana, yang jelas... kakaknya bilang, Jungkook sudah tau bahwa dia akan datang. Apa menurutmu... Jungkook... Jungkook adalah salah satu dari mereka juga?"

"Tidak. Jungkook tidak ada hubungannya dengan semua ini. Lebih baik, kita lekas keluar dari sini, lalu panggil polisi."

Jimin dan Taehyung membuka sedikit pintu, mengintip keadaan di luar kamar. Sungjin masih di kamar—pintunya tertutup, dan TV masih dalam keadaan menyala. Merasa keadaan aman, keduanya mengendap-endap menuju pintu keluar.

Jimin yakin sekali, terakhir kali yang menutup pintu adalah dia. Dia juga yang mengunci pintunya. Lantas, kemana kunci itu?

"Dari awal melihatmu, aku sudah merasa pernah bertemu. Oh, ternyata kau yang waktu itu ya."

DEG

Jimin mengisyaratkan Taehyung untuk berdiri di belakangnya, walau kenyataannya dia juga sangat ketakutan sekarang. Dilihatnya Sungjin, berdiri di dapur, dengan sebuah pistol ditangannya. Tak lupa terpatri senyum licik di sana.

"J-jungkook akan segera datang. Dia... dia akan tau siapa dirimu," Jimin berkata gugur, sementara langkahnya perlahan bergeser seiring Sungjin yang datang padanya, sengaja menggiringnya menjauhi pintu.

"Jungkook itu adikku. Kau pikir, kepada siapa dia percaya, hah?"

Jimin mengepalkan tangannya. Di saat genting seperti ini, ia benar-benar tak bisa berpikir. Bertindak gegabah sedikit saja, mungkin satu peluru akan melesat padanya. Namun, diam-diam ia menahan napas saat melihat bayangan 4 orang—memakai rompi hitam—mengendap di sebelah kamar Sungjin. Jimin yakin sekali, itu polisi. Tapi, siapa yang memanggilnya?

Tok.Tok.

Sungjin agak terperanjat, buru-buru menyimpan pistolnya dibalik baju, mengintip ke jendela demi menemukan adiknya yang datang, disaat yang tidak tepat, baginya.

"Bersikap biasalah, atau aku akan membunuhmu," desis Sungjin, lalu memasang senyum sebelum membuka pintu. "Hai, Jeon Jungkook,"

Jungkook mematung, menatap ke arah Jimin dan Taehyung dari balik bahu Sungjin. Menangkap jelas raut takut di sana. Namun, ia bergerak pelan, memeluk kakaknya erat.

"Oh, adik kesayanganku... Hyeong rindu sekali denganmu. Maaf ya, sudah meninggalkanmu lama,"

Jungkook hanya diam, mendekapnya seerat mungkin, menangis di pundaknya. Ia berbisik pelan, "maafkan aku, hyeong."

Sungjin melepas pelukannya pada Jungkook, menghapus air mata adiknya penuh sayang, "sudah, jangan menangis."

"Tidak. Aku benar-benar minta maaf,"

Lalu Sungjin dapat melihat ada dua pria berdiri di belakang Jungkook, menodongkan pistol padanya. Ia menatap Jungkook dengan bingung bercampur kecewa.

"Apa—kenapa Jeon, siapa mereka, dan kenapa kau membawanya kemari? Jeon?"

"Maaf, hyeong. Kau tidak bisa terus seperti ini."

Dua orang itu cepat menyergap Sungjin, sebelum lelaki itu bergerak mundur, empat orang lagi mengepungnya dari belakang. Sungjin tak dapat lagi berkutik selain terus menatap Jungkook kecewa, dan adiknya itu hanya bisa menunduk, bahunya bergetar karena menangis.

SO FAR AWAYTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon