[BAB 1] Where my book?

171 25 2
                                    

[..]

Cahaya remang-remang dari lampu bewarna orange menemaninya mencari buku diary kesayangannya. Buku diary yang sering ia bawa kemanapun ia pergi. Bahkan, toilet sekalipun, ia tetap membawanya.

Mungkin, buku itu sangat penting baginya.

Nama gadis itu Olley Icy. Ia berumur 20 tahun sekarang. Sudah di tinggal oleh ayahnya selama 17 tahun. Sekarang, buku itulah ayahnya. Menggantikan sesosok ayah yang telah meninggalkannya. Begitu juga dengan ibunya, ibunya telah meninggalkannya beberapa tahun silam. Sekarang, ia tinggal bersama orang tua angkatnya.

Olley anak yang ceria dulunya. Garis besar, DULU. Ia mulai berubah sejak ditinggal ibunya. Ibunya pergi tanpa sepatah katapun. Kemudian, secara tiba-tiba ada orang datang mengaku-ngaku sebagai orangtua angkatnya.

Olley tidak lagi sekolah, ia home schooling. Karena itulah, ia menjadi anak menyendiri serta pendiam. Mungkin juga, akibat stress yang di alaminya serta beban hidup yang rumit.

Dia terus mencari buku tersebut di kamarnya. Menyerakkan ruang belajarnya. "Dimana sih, buku itu?" Kesalnya pantang menyerah. Meskipun sudah kesal, dan merasa menyerah untuk mencari buku itu, Olley tetap mencarinya. Sebab, buku itu anat penting baginya.

Olley berlari ke lantai bawah. Menemui ibu angkatnya sedang menyulam di bawah cahaya lampu sedikit redup.

"Olley, belum tidur? Sudah pukul sembilan" ucap ibu menghentikan kegiatannya sebentar.

"Sebentar, bu" Olley berlari kecil mendekati ibunya.

Meskipun Nyonya Freela ibu angkat, tetapi ia adalah ibu yang baik. Meskipun awal-awal ia berniat ingin kabur dari tempat ini.

"Ibu ada melihat buku ku?"

"Bukumu? Tidak. Memangnya buku itu hilang?" Tannya ibu dengan lembutnya.

"Baiklah ibu" balas Olley akhirnya. Ia berjalan meninggalkan ibunya. Sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan ibunya, ia memutar dan berlari kecil memeluk ibunya.

"Ibu jangan sampai larut malam menyulamnya. Besokkan masih ada waktu, bu. Selamat malam bu" ucap Olley di telinga ibunya.

"Olley juga, jangan mencari buku itu sampai larut malam. Besokkan masih ada hari" balas ibunya, mencium kening anaknya.

Lalu, Olley meninggalkan ibunya yang sedang menatap dirinya prihatin. "Seberhargakah buku itu? "

•••••

Di pikirannya saat ini adalah 'menemukan buku itu!'. Tanpa memikirkan tujuan dimana ia akan mencari buku itu, dengan langkahnya pasti, ia berlari menuju ruang bawah tanah. Ntah kenapa ia berlari hingga sini.

Padahal, ia belum pernah kesini. Mana mungkin bukunya yang hilang berada disini. Kalau adapun, perlu dipertannyakan, 'kenapa buku itu berada di sini?'

"Kenapa aku berlari kesini?" Tannyanya pada dirinya sendiri begitu ia membuka pintu. Menekan stok kontak tidak jauh darinya. Dipandanginya sekeliling, terdapat barang-barang yang sudah kotor ditutupi oleh debu. Adapula yang dilapisi oleh jaring laba-laba.

Karna penasaran, dan telah capek-cepek berlari kesini tanpa mencari dahulu, itu sia-sia bukan? Ia memutuskan untuk menuruni anak tangga. Menelaah barang-barang disekitarnya begitu teliti.

Perasaan saat memasuki ruangan ini pastinya ada perasaan heran, plus binggung. Hawa dingin tiba-tiba menyapa kulitnya. Tapi, itu tidak membuatnya takut untuk tetap menelaah barang-barang bekas di sini. Semua benda ini, berhasil menarik perhatiannya.

Terlebih lagi satu box besar yang berada di sudut ruangan. Box kayu dengan ukiran yang indah. Di atasnya terdapat beberapa dedaunan palsu, dilapisi oleh debu serta jaring laba-laba. Ia menyingkirkan dedaunan tersebut dengan tidak sabaran. Membuka box tersebut kebetulan tidak terkunci.

"Wahh, kebetulan sekali" binarnya menatap box nan kini sudah terbuka lebar di depannya. Ia menelaah isi box itu. Menatap isinya satu persatu.

"Apa ini?" Tanyanya pada diri sendiri. Memegang sambil menatap suatu benda aneh di tangannya.

"Mungkin ..., kalung??" Tanyanya meyakinkan diri sendiri. Karna tidak ada yang akan menjawab pertanyaannya, ia kembali meletakkan benda tersebut. Menatap satu box kecil di dalam sana.

"Di dalam box terdapat box lagi?" lagi-lagi ia bermonolog. Mengambil box itu. Box itu tidak dapat dibuka, sebab, box itu terkunci. Ia memegang gembok yang tertutup rapat itu. Memikirkan cara membukanya.

"Huftt.." deru nafasnya yang kasar. Kalau dilihat-lihat saja gembok itu tidak dapat terbuka dengan sendirinya bukan?

Akhirnya ia membongkar kembali isi box itu. Mencari kunci. Namun, apa yang ia temukan? Ia tidak menemukan kunci. Tapi, ia menemukan secarik kertas lusuh di sana. Ia mengambil kertas itu, kemudian membacanya.

Tulisannya sudah mulai kabur. Namun, ia tetap berusaha untuk membacanya.

"Ge..neras..i k..e nge..ne..rasi, ak..u ad..ala..h d..iri..ku bdi..masa nla..l.u. Bi.arka..n a.ku mem..buk..anya" barisan kata yang tertulis di kertas lusuh itu. Ia mengulang kembali kalimat itu.

"Generasi ke generasi, aku adalah diriku dimasa lalu. Biarkan aku membukanya" Hal aneh terjadi tanpa di sadarinya. Dalam satu kejapan mata, gembok itu terbuka.

"Huh? Ko-kok bisa???" ia terkahet heran. Menatap aneh pada box kecil itu.

"Taudeh. Yang penting kebuka. Kira-kira apa isinya ya?" Lagi-lagi ia bermonolog. Belum sempat ia memegang tutup box itu, terdengar teriakkan memanggil namanya.

"Olley??! Dimana kamu??" Sudah jelas itu adalah Nyonya Freela, ibu angkat Olley.

Dengan buru-buru Olley mengambil benda aneh pertama kali ia sentuh, memasukkannya kedalam saku baju tidurnya. Seraya menutup box besar dengan cepat. Sambil berlari ia memeluk box kecil, mencoba menyembunyikannya.

Ia menemukan ibunya berdiri di dekat tangga menatap Olley bingung. Ibunya tidak banyak tannya akan keanehhan sikap Olley yang mulai ambigu. Sosok itu menghantarkan Olley menuju kamar tidur.

"Selamat malam ibu" ucappan selamat malam Olley, mengakhiri harinya hari ini.

Mengakhiri segalanya pada hari ini.

Ibunya berjalan ke pintu, menekan stop kontak lampu, dan dalam satu kedipan ruangan menjadi gelap.

Dari balik selimut Olley mengintip ibu-nya apakah sudah pergi atau belum? Dan, jawabbannya adalah sudah.

Dengan cegatan, Olley mengambil box kecil tadi. Ia akan Membukanya. Sebelum membuka, ia menghidupkan lampu kecil yang sempat ia siapkan tadi. Lampu tersebut, menjadi saksi ia membuka box kecil itu.

Kreet..

Box tersebut terbuka. Memperlihatkan satu buku yang ukurannya sama dengan buku diary miliknya. Warnanya sama, modelnya pun sama. Ini bukan sama lagi, tapi SAMA PERSIS. Namun, judul yang tertulis di cover berbeda.

"Fantasy Diary"

....

(Min, 14Jan18)<revisi>(Jum, 15Feb19)
TBC..[BAB 2] STARTED

Fantasy DiaryWhere stories live. Discover now