[BAB 9] Go Away

51 8 3
                                    

[...]

"Dimana anak itu!!!?" Seru Max dengan penuh amarah.

"Sudah lah, Max" jawabnya rendah. Ia sedih, namun, rasa memaafkannya lebih besar dibandingkan dengan kesedihannya.

Bukannya pria itu tidak menyayangi anaknya, namun ia tidak ingin lagi membalaskan dendam. Ia juga mengerti tentang siklus kehidupan. Vampire itu pasti sangat kehausan. Jika tidak, Vampire itu pasti akan mati. Jadi, pria itu memaafkan Vampire yang telah menggigit anaknya. Lagipula, tidak terlalu banyak darah yang dihisap oleh Vampire itu. Palingan dengan obat buattannya anaknya dapat sadar lebih cepat.

"Lalu, bagaimana dengan anakmu Xius?" Sambungnya.

Dari dalam sini, tempat persembunyian mereka, sangat hening plus penasaran. Olley mengintip seorang pria tua sekitar tiga puluh tahun-nan sedang berdiri bersama temannya dengan wajah panik.

"Vack,"bisik Olley pelan.

"Nanti akan aku jelaskan" jawabnya yang ikut-ikuttan mengintip.

"Tak apa, Max. Aku sudah memaafkannya" ucap pria itu.

"Tapi, anakmu bagaimana?" Tannya lawan bicaranya yang masih marah.

"Dia akan sadar. Paling cepat esok" jawab pria itu.

"Baiklah. Kau sungguh baik hati, Xius" lalu, kedua pria itu pergi meninggalkan tempat itu.

Sekiranya kedua pria itu telah pergi jauh, mereka yang bersembunyi dari dalam semak-semak menampakkan kembali wujudnya. Sambil melirik-lirik kesana-kemari.

Apakah pria itu benar-benar telah pergi?

"Oke Vack. Sekarang, jelaskan padaku. Dan, bagaimana kau- akhh, aku bisa gila jika begini caranya Vack" Ujar Olley tidak sanggup melihat keadaan Vack yang sangat kacau. Dengan berlari kencang, Vack telah sampai dibawah pohon tempat mereka makan tadi. Diikuti oleh Olley yang berlari kesal dibelakangnya.

"Olley? Kau marah padaku?" Ucap Vack pelan sambil menyentuh kedua bahu Olley

"Gausah pegang-pegang" bantah Olley sambil menghempaskan tangan Vack tanpa menyentuh tangan Vack.

"Olley. Maaf" kata Vack, dan ia berlalu meninggalkan Olley yang berdiri kesal.

Sudut matanya melihat kepergian Vack. Semakin kesal rasanya.

"Dasar" marahnya.

"Olley. Duduklah. Aku akan menjelaskannya" kata Vack dengan keadaan yang sudah tidak terlalu kacau balau.

"?" Tanpa mengeluarkan suara, Vack mengerti dengan tatapan yang diberikan Olley padanya. Tatapan seakan bertannya.

"Tentang tadi. Aku akan menjelaskannya" ulang Vack lebih jelas.

Vack mendudukkan tubuhnya dibawah pohon besar yang sebagai tempat pertama kali mereka tertidur, dan melalukan segala macam dibawah sini.

Diikuti oleh Olley. Ia mendudukkan tubuhnya beberapa jarak jauh dari Vack. Ia memeluk lututnya. Menyandarkan kepalanya pada lututnya juga.

"Kau takut padaku?" Tannya Vack pelan.

"Tidak" jawab Olley singkat

"Kau membenciku?" Tannya Vack lagi. Sedikit mendekatkan jarak yang terbentang antara ia dan Olley yang sepertinya sangat marah padanya.

"Apa kau marah padaku?" Vack mengganti pertannyaannya. Sebab, tadi Olley tidak menjawab pertannyaannya.

"Sudah lah. Apa yang ingin kau jelaskan?" Cetus Olley masih dengan posisinya yang memeluk lututnya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fantasy DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang