[BAB 7] Almost

53 13 0
                                    

[...]

Raut wajah Vack yang cool itu dengan cepat melepas tautan yang dilakukan oleh Olley. Ia membalas pelukan hangat Olley. Seperti hal yang sering ia lakukan, ia menopangkan dagunya pada bahu Olley. Membisikkan sesuatu ditelinga Olley.

"Maaf, membuatmu takut. Mungkin, ini terakhir kali kita berpapasan. Karna, aku takut. Takut membuatmu lebih tersakiti. Karna, kau taukan? Kita tidak bisa dapat bersama. Dan, aku takut Olley-ku tergigit lagi oleh Vampire tampan seperti ku"

Ia mundur beberapa langkah. Dengan sisa ketawanya yang sebenarnya tidak ada hal yang patut untuk ditertawai.

"Tapi, Vack!-" Olley pun melangkahkan kakinya, hingga tepat berdiri di hadapan laki-laki itu.

"Oh, ya. Satu lagi. Kau, lebih baik pergi dari perempuan itu. Jangan dekati perempuan itu" ucap Vack penuh penekanan pada nada bicaranya.

"Tapi, kenapa? Kalau-" Vack menahan bibir Olley untuk melanjutkan kata-katanya. Vack menempelkan jari telunjuknya tepat pada bibir Olley.

Vack kembali berbisik. "Jangan bicara keras-keras. Kalau dia menanyakan apa yang kita bicarakan, katakan saja ucapan, selamat tinggal,"

Vack lagi-lagi memundurkan langkahnya. Sudah tidak ada waktu lagi untuk berbicara panjang pada Olley. Karna, jika ia lama, maka akan memakan waktu yang lama, bukan? Dan, Olley susah untuk mencari jalan keluar, serta melawan Kairy jika anak itu macam-macam.

Vack tidak menghentikan langkahnya saat ia berjalan mundur. Ia terus mundur dengan langkah yang kecil.

"Olley! Ada satu hal rahasia yang akan aku katakan. Tapi, aku akan katakan jika kita ditakdirkan untuk berjumpa lagi" Setelah kalimat itu keluar dari bibir Vack, Vack berlari masuk kedalam hutan yang lebih lebat. Meninggalkan Olley dengan titik air mata yang keluar dari kedua matanya.

"Selamat tinggal, Vack"

-

Sudah hampir 3 jam Olley berjalan bersama Kairy. Namun, tidak terjadi apapun. Atau mungkin, belum? Karna, tidak ada yang bisa dipercaya bukan, di dunia ini? Termasuk teman kita sendiri.

Namun, Olley membuang pikiran tersebut. Karna, Vack sangat membenci orang di sampingnya saat ini.

"Bagaimana? Bisa membawanya?" Tannya Kairy menunjuk beberapa potong kayu bakar yang dipeluk oleh Olley.

"I-iya. Aku bisaaa" jawab Olley susah payah. Yang dimana ia harus memegang tali kudanya agar tidak lari. Sepertinya Kairy mengerti apa yang dialami oleh Olley.

"Letakkan disini" Kairy ala-ala ksatria menunjuk tanah. Maksudnya, kayu-kayu itu diletakkan ditanah. Dan, Kairy akan menyulap agar benda itu mudah dipegang.

Bruk brukk

Kayu-kayu itu sudah ada ditanah. Entah bagaimana caranya, kayu-kayu itu sudah terikat rapi memudahkan Olley untuk membawanya.

"Bagaimana bisa? Keren" Olley bagaikan baru melihat hal ini sekali dalam hidupnya.

"Hehe. Siapa dulu dong, Kairy gituloh" Salutnya percaya diri. Dan, mereka pun melanjutkan jalan pulang. Tapi, Olley tidak tau harus kemana. Ia berjalan melambat. Memikir jalan pulang.

"Kau kenapa, Ley?" Tannya Kairy yang mengetahui perubahan pada teman barunya itu.

"A-"

"Aku tauuu, kau pasti.." Kairy tidak membutuhkan waktu lama untuk mengetahui apa maksud yang akan dikatakan oleh Olley.

"Kau mau tinggal bersamaku? Seperti yang pernah aku katakan sebelumnya, jika kau tinggal bersamaku, kita dapat menjadi saudara angkat disana" ujarnya panjang lebar. Jangan lupakan, senyumannya.

Fantasy DiaryWhere stories live. Discover now