[BAB 2] STARTED

127 20 2
                                    

[...]

Srett...

Laman demi laman terlewati.

Hari sudah mulai menjelang tengah malam. Tapi, ia tetap membalik laman buku yang sedang dibacanya. Sesekali ia menguap karna kantuk, namun Olley tetap berusaha agar tetap terjaga. Hingga, dilaman terakhir,

Olley menjatuhkan kepalanya.

Ia, tertidur

"DIMANA KISAH SESUNGGUHNYA BARU DIMULAI"
___
__
_
.

Olley mengerang, meregakan otot-ototnya yang terasa kaku seraya membuka matanya perlahan-lahan.

Menampakkan ruangan yang besar. Dalam sekejap, ia tersadar dari tidurnya. Menelaah sudut demi sudut ruangan. Mendudukkan tubuhnya dengan cepat. Memandang daerah sekitarnya dengan sedikit heran.

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu, membuat seorang gadis bernama Olley Icy menghentikan kegiatannya.

Ketukan itu,...

Ia seakan pernah mendengarnya.

"I-iya!" Teriak Olley menyahuti ketukan itu. Ia berjalan menuju pintu, membukanya. Menampakkan seorang wanita dengan balutan baju terusan panjang bewarna putih hitam berdiri dihadapannya kini.

"Putri sudah bangun?" Tannyanya lemah lembut

"Iya,"

"Kalau begitu, putri disuru cepat untuk mengikuti sarapan bersama" ucappnya. Lalu, ia pergi meninggalkan Olley.

Perginya wanita tadi, pergi pula Olley untuk mempersiapkan dirinya dibantu oleh dayangnya.

•••••

Setelan dress 10cm di bawah lutut bewarna merah maron membaluti tubuhnya yang tinggi ideal itu. Olley menyisiri rambut ikal bewarna putih kebiruan. Modelnya hanya simple, ia hanya mengikat setengah bagian rambutnya ke belakang. Dan, beres.

Olley berjalan menuju ruang makan. Didapatinya ratu dan raja sedang asik berbincang di meja makan. Olley merasa, kedatangannya akan menggangu. Jadi, ia putuskan untuk duduk secara mengendap-ngendap. Namun, kelakuannya malah membuat kedua orangtuanya tertawa lepas. Artinya, raja dan ratu menyadari keberadaan dirinya.

"Kamu sedang apa?" Tannya ratu dengan nada menahan tawa.

"Aku ..., ti-tidak ngapa-in kok" jawab Olley berusaha bersikap netral. Namun, tatapan dari kedua orangtuanya itu membuatnya tersipu malu.

Di tengah-tengah satu keluarga kecil yang sedang sarapan itu diganggu oleh tiga pengawal secara tiba-tiba datang dengan ekspresi yang sangat kacau, panik tampak seperti sedang membawa berita besar. Membuat sang raja sontak berdiri dari duduknya.

"Kenapa? Ada apa ini?!" Tannyanya tegas.

"Iya! Ada apa ini?!!!" Panik sang ratu, ikut bangkit dari duduknya. Olley hanya melihat, ia tidak berdiri. Ia lebih memilih duduk diam untuk mengamati keadaan.

"Itu. Ada penyusup" ujar salah satu pengawal. Tanpa bertanya, raja langsung berjalan dengan langkah besar keluar dari ruangan makan.

"Dari mana penyusup itu?" Tannya raja di sela-sela ia bersama pengawalnya berjalan. Dan, dari mana asal, dan siapa penyusup itu tidak dapat didengar oleh Ratu serta Olley.

Ratu terlihat memeluk anaknya erat. Keduanya menatap punggung raja kian menjauh.

Ini memang bukan untuk pertama kalinya penyusup datang serta peperangan terjadi. Tapi, walaupun begitu semuanya pasti turut sedih ketika hal ini terjadi. Walaupun raja dinilai sudah sangat pandai dan lihai dalam hal peperangan, namun, bisa saja kan? Nanti ia celaka? Tapi, bukan itu saja yang membuat sang ratu dan yang lainnya khawatir.

Ada satu hal yang paling mereka takuti. Mereka takut kehilangan. Karna sebagian dari penyusup itu menginginkan sesuatu yang sangat mahal, bahkan tidak dapat dibeli. Serta, tidak akan pernah dapat tergantikan. Ratu dan yang lainnya tidak ingin menggangu pikiran Olley, sehingga ia tidak diberitahu akan hal sesungguhnya.

"Ibu. Ada apa ini?" Cemas Olley. Ia melepas pelukan hangat ibunya yang sedang menangis itu.

"Ibu tidak tau, Olley" tangkas ibunya. Ia segera menyeka air matanya dan memanggil salah satu pelayan.

"Olley, nanti kalau kamu sudah diperintahkan pergi, kamu pergi oke?" Ujar ibunya dengan nada memerintah. Olley tidak langsung meng-iya-kan. Bagaimana tidak? Ia mau lari kemana? Dengan siapa? Dan mengapa dia harus berlari? Ia kan bisa bersembunyi di dalam istana sebesar ini!!

"Pokoknya, kamu lari saja. Oke?" Ratu memegang kedua bahu anaknya erat. Menatap manik mata anaknya serius. Olley bagaikan terbius oleh tatapan tersebut. Tatapan yang diberikan oleh ratu bagaikan pedang yang menembus ke hatinya. Pesan yang disampaikan, sangat masuk kedalam otak Olley.

"Jangan pikirkan apapun. Jangan pikirkan ibu dan ayah. Pokoknya, kamu jangan mikir yang aneh-aneh. Kamu hanya perlu mikir, 'Selamatkan dirimu..'" Sambungnya.

Olley balas memegang tangan ibunya yang masih menempel pada bahunya.

"Tidak ibu. Bagaimana bisa aku melakukan hal itu? Apa lagi sendiri, bu" tolak Olley. Ia berusaha membuat pikiran ibunya baik-baik saja dan tidak aneh-aneh serta membatalkan kasus untuk kabur yang sangat konyol dan tidak masuk akal itu.

"Kamu pasti bisa! Kamu seorang putri. Putri bisa melakukan segalanya!" Tegas ratu meneteskan air matanya. "Dan, kamu tidak akan sendirian akan ada yang menjagamu. Tenang saja" ujar ratu panjang lebar.

"Tapi, jika aku pergi itu akan membuat kalian selamat,kan'?" Senyuman ratu yang menjawab pertanyaan itu.

"Apa aku bisa kembali?"

Angguk ratu mengiakan.

"Apa kalian akan sedih jika aku pergi?" Ratu membalas dengan senyuman, disertai deraian airmata.

"Jika aku pergi kalian akan selamat?"

Ratu tidak menjawab.

"Baiklah, bu. Aku akan pergi. Jika hal ini harus aku lakukan" pasrah Olley mengiakan.

Olley merentangkan tangannya.

Menerima jubah yang dipakaikan oleh ibunya. Lalu, ibunya mengikatkan jubah itu. Dan, memasangkan topinya.

Jubah dengan warna yang tidak mencolok. Jika ditanya panjang, panjangnya 10cm di atas mata kaki. Lebarnya, ya ini sangat lebar.

"Olley, jika kamu pergi, ini bukan kata-kata perpisahan. Ingat??" ratu menekankan nada pada dua katanya.

"Baik ibu. Aku akan ingat. Tapi bu, jika ini perpisahan, jangan lupakan aku" ucap Olley tersenyum, airmatanya menitik untuk pertama kalinya.

Pelukan hangat yang diterima, aroma khas dari ibu ratu, ini seperti dejavu. Ia memeluk, momen, serta suasanya sama seperti yang pernah ia rasakan.

"Oke. Apa kamu siap pergi?" Semangat ibu ratu merangkul anaknya yang sudah siap untuk perang ataupun pergi.

"Tentu saja!" Ujar Olley tegas. Ia mengiklaskan apa yang akan ia jalani. Dan menghapus kesedihannya. Lagian, ia akan dikawal bukan? Dan ini juga bukan perpisahan kan? Jadi, rasa khawatir itu tidak terlalu menyuak dalam dirinya.

.....

NB :

Dejavu : Suatu keadaan dimana kamu merasa familiar dengan kondisi sekitarmu. Seolah-olah kejadian tersebut sudah pernah kamu alami dengan kondisi yang sama persis.

(Min, 14Jan18)<revisi>(15Feb19)

TBC..[BAB 3] GO

Fantasy DiaryWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu