[BAB 8] The Next Day

61 11 3
                                    

[...]

Vack tersenyum simpul mengamati wajah Olley yang tengah tertidur pulas dipangkuannya. Namun, dibalik senyuman itu terdapat gejolak yang sangat membara dalam dirinya. Meratapi nasibnya. Seperti ia menatapi langit yang terbentang diatasnya.

"Selamat malam, Olley Icy"

-

Olley meraba-raba sekelilingnya. Namun, tidak ada yang ia dapati. Dengan perasaan takut serta gelisah, ia bangun dari tidurnya. Mendudukkan tubuhnya tak sabaran. Melihat keselilingnya. Dan saat itu, perasannya hancur berkeping-keping. Setitik air mata mulai keluar dari sudut matanya yang indah itu.

"Vack! Kau kemana lagi!?" Isakknya keras. Tak ada yang menyahutinya.

Dengan teliti Olley mengamati tempat ia duduk. Untuk memastikan apakah Vack benar-benar pergi dan adakah sepucuk surat dan benda aneh lainnya?

Alhasil, nihil. Ia tidak menemukan benda apapun didekatnya.

Dengan cepat ia berusaha turun dari atas pohon. Tempat ia tertidur pulas malam tadi, bersama Vack.

Satu anak tangga lagi, kakinya menginjak tanah ia langsung mengelilingi pohon besar itu. Mencari sosok Vack. Tanpa memperdulikan apapun yang ada disekelilingnya. Bahkan, ia tidak memperdulikan kudanya yang ada didekat pohon satunya, serta sesuatu yang sangat mencurigakan sedang duduk, mungkin. Karna, ia tidak melihat sosok itu dengan jelas. Ia sudah memutari pohon itu sebanyak dua kali. Namun, tidak ditemukannya.

Ia kembali berdiri dibawah pohon tempat awal ia memulai pencariannya.

Isak tangisnya mulai keluar lebih deras lagi.

"Kau sudah bangun?" Tannya seseorang. Sambil berjalan mendekati Olley yang sedang menangis tersendu-sendu.

Olley sadar kalau itu suara Vack, Olley langsung memeluk tubuh Vack erat. Ia mencurahkan tangisannya dipelukan Vack untuk kedua kalinya.

Vack membalas pelukan beserta isakkan itu. Vack ikut merasakan sakit yang dialami oleh Olley. Merasakan bahwa, sangat sakit meninggalkan seseorang. Dan, mungkin ia akan merasakan hal yang sama. Namun, rasanya pasti lebih sakit ketimbang apa yang Olley rasakan kali ini.

Perlahan-lahan Vack memegang kepala Olley mengelus-ngelusnya dengan lembut. Ia sangat ingin menjadi langit bagi Olley. Ia ingin juga selalu diperhatikan oleh Olley.

Olley sangat menyukai gambaran yang ada dilangit. Ia sangat menyukai langit. Karna, langit itu menenangkan dan indah untuk dipandang. Meskipun banyak yang menganggapnya aneh, namun itulah hobinya.

Ia tidak bisa tenang jika tidak melihat langit serta perubahan pada langit. Banyak orang yang menganggapnya aneh. Tapi, tidak dengan Vack.

Vack mendengarkan ceritanya tentang hobinya yang aneh itu. Vack membalasnya dengan positif, Vack bahkan mengerti apa yang Olley sukai.

Apa bedanya dengan dirinya? Vack sangat menyukai aroma, dan suara hujan. Serta dedaunan yang bergesakan sebab tertiup angin. Ia sangat menyukainya. Itu adalah hobinya yang menenangkan jiwanya ketika ia sendirian.

-

"Olley, sudahlah. Kenapa kau menangis terus?" Tannya Vack menggelus-ngelus kepala Olley

"Karna aku takut, Vack." Isakknya yang sepertinya sangat menyakitkan.

"Apa yang membuatmu takut? Akukan ada disini. Memelukmu. Jika ada hal yang kau takutkan, katakan padaku" ujarnya panjang lebar.

Dengan mata merahnya Olley menatap kedua mata Vack dengan raut wajah kesal.

Fantasy DiaryWhere stories live. Discover now