[BAB 4] LOST

110 16 7
                                    

[...]

Angin sepoi-sepoi sore hari. Mengiringi mereka pergi menyelamatkan diri dari sekutu musuh.

Meninggalkan kota Icyeon, kota kelahirannya.

Dengan kecepatan kuda, mereka menghidari kuda-kuda sekutu yang mengejar mereka di belakang sana menghasilkan suara derap kaki kuda yang tidak beraturan.

Dalam hati kecil Olley Icy, ia merasakan perasaan yang tidak karuan. Jantungnya berdegup kencang. Napasnya tercengkal.

Dilihat dari sudut matanya, para musuh-musuh yang mengejarnya berpecah menjadi beberapa kelompok.

Deru langkah kaki kuda saling berpacuan. Pengawal di depannya menambah laju kudanya. Diikuti oleh Olley, menambah laju kudanya. Tiba-tiba, pengawalnya berbelok kearah kanan.

Tanpa bisa dihindari, Olley tidak bisa mengerem kuda ataupun berbelok. Tanpa bisa menghindar kudanya melompat melewati jurang, menembus semak-belukar. Melompati jembatan kayu yang telah lapuk. Kuda itu berhasil melewati jembatan kayu, kaki belakangnya menginjak jembatan kayu lapuk itu. Lantas, jembatan tersebut terbelah dan jatuh kedalam jurang suram itu.

Olley langsung berbalik melihat jembatan itu roboh. Tidak ada harapan baginya untuk melewati jurang itu.

Pandangannya menyelusuri mencari pengawalnya, tapi ia tidak menemukan apa dan siapapun.

Iringan nafas gusarnya ia kembali mengendarai kudanya dengan kecepatan lamban. Mengamati sekelilingnya, pepohonan besar tumbuh di tanah subur ini. Haripun semakin gelap.

Olley turun dari kudanya. Berjalan di sisi kiri kudanya. Membimbing sang kuda agar mengikutinya.

Rasa khawatir tersorot dari manik matanya. Tapi, inilah jalan terbaik agar keluarganya selamat.

Dia tetap berjalan menelusuri hutan. Hari sudah mulai gelap, cahaya mentari sudah lenyap. Sendirian, mencari jalan keluar di bawah gelapannya malam sinar rembulan.

"Ini dimana? Gelap sekali" runtuknya sediri. Tapi, ia tetap berjalan mencari jalan keluar, selain jurang tadi.

Ia berjalan melewati semak-semak yang berjarangan. Rerumputan yang tumbuh tidak berdekatan. Sehingga, menghasilkan jalan ditengah-tengahnya. Atau yang bisa disebut jalan setapak.

"Sepertinya, ini sebuah jalan. Pasti tidak jauh dari sini akan ada gubuk" ucapnya percaya diri. Ia terus mengikuti jalan yang terbentang.

Diujung jalan, manik matanya menangkap bayangan manusia. Walaupun gelap, ia yakin sekali kalau itu manusia. Tapi, ia tidak ada niat untuk menanyakan jalan pada sosok tersebut. Sosok tersebut menebarkan aura misterius dengan jubahnya yang gelap, tudung kepalanya menutupi sebagian wajahnya, serta sosok itu tinggi.

Bisa dikatakan, seorang putri dari Icyeon yang bernama Olley Icy takut pada sosok misterius yang tak dikenalnya itu.

Olley mempercepatkan langkahnya. Dengan perasaan takut yang di netralkannya. Baru pertama kalinya ia menjumpai sosok seperti itu. Itulah yang membuatnya takut. Apalagi sebelum ia pergi, ibunya menitip pesan agar "Menjauh pada orang-orang yang mencurigakan. Pokoknya harus selamat."

Olley menambah laju jalannya, menundukkan kepalanya, pura-pura tak melihat sosok misterius sedang berjalan berlawanan arah dengannya. Giginya mengelutuk. Kali ini ia benar-benar takut.

syuuungg

"H-huuh?" Olley menetralkan nafasnya yang memburu.

Wajahnya merasakan deru nafas sosok yang ditakutinya. Saat ini, Olley terkunci dengan tubuh sosok tersebut. Tangan sosok tersebut mengunci kepala Olley, sehingga Olley tidak dapat berkutik sedikitpun.

Fantasy DiaryOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz