Bab 45

5.1K 481 18
                                    

Perjalanan udara yang ugal-ugalan tadi sepertinya membuat Thea shock berat. Saat Gusta menurunkannya di dekat sebuah gereja tua, wajah gadis itu sudah sepucat hantu. Thea mengambil beberapa langkah mundur menjauh dari Gusta lalu menangis ketakutan.

"TADI ITU APA?! DAN KENAPA KAU PUNYA SAYAP?!"

Pertanyaan Thea membuat Gusta terkejut. Gusta sudah merapalkan mantra untuk menghapus ingatan Thea tentang kejadian tadi, tapi sepertinya tidak mempan. Thea tidak hanya ingat apa yang dilihatnya, tapi juga ia bisa melihat Gusta dalam bentuk malaikatnya.

"Kau bisa melihatku?" tanya Gusta takut-takut.

"Tentu saja! Apa maksudmu?! Dan jawab pertanyaanku!" jerit Thea dalam tangisnya. Saking takutnya, sekarang Thea mencoba berlindung di balik batang pohon ek besar walaupun tak yakin pohon itu bisa melindunginya.

Thea menjadi manusia indigo?

"Jadi kau lihat malaikat-malaikat yang terbang melintasi kita tadi?"

"Lihat—JANGAN COBA MENGALIHKAN ISU! JAWAB PERTANYAANKU!"

Gusta berjalan perlahan menuju pohon itu. Ia bisa melihat jari-jari Thea mencengkeram batang pohon dengan gemetaran. "Aku akan menjawabnya, tapi kau janji kau mau mendengar semua yang akan kukatakan? Aku tidak akan menyakitimu—"

"Aku tahu..." suara Thea terdengar sedikit lebih tenang. "Kau barusan menyelamatkanku kan...? Sekarang jelaskan padaku, apa yang sedang terjadi..."

Setelah mendengar hal itu, Gusta akhirnya berani memunculkan wajahnya ke hadapan Thea. Gadis itu lebih shock dari yang Gusta duga. Bahkan sekarang pun Thea masih tersengal, tak bisa mengatur napasnya. Semuanya karena Thea bisa melihat apa yang sudah terjadi tadi.

"Aku adalah malaikat. Kau juga dulu adalah seorang malaikat. Tapi kau mengorbankan hidupmu untuk seorang manusia melalui ritual—"

"Troca scarta?"

Seperti habis tersambar petir, seluruh tubuh Gusta berhenti bergerak mendengar Thea mengucap dua kata itu. "Bagaimana..." Kali ini giliran Gusta yang shock. "Apa kau ingat..."

Thea menggeleng pelan. "Saat aku terbangun dari koma enam bulan yang lalu, aku membuka naskah-naskah yang ada di dalam laptopku. Kebanyakan naskah adalah naskah fiksi roman, tapi ada satu naskah yang seperti dongeng. Naskah itu bercerita tentang dunia malaikat bernama Casthea dan—" Thea menelan ludah. Ia mengerjap beberapa kali, pandangannya lekat mengamati kedua mata abu-abu yang sempat ia puji tadi, "—apa kau Gusta Hellion?"

Hati Gusta tersentak mendengar Thea akhirnya menyebut namanya lagi. Suara itu, menyebut namanya. Air matanya langsung lolos mengaliri pipinya. Tidak hanya karena ia mendengar namanya terucap oleh Thea, tapi juga karea tak percaya Thea sudah menemukan cara yang luar biasa dalam menyimpan memorinya—mengubahnya jadi sebuah dongeng.

"Jadi...apa yang tertulis di naskah itu benar? Dan...aku adalah si tokoh utamanya?"

"Aku tak tahu apa yang tertulis di naskah itu, tapi kurasa iya," Gusta menyeka air matanya, tapi air mata itu tak mau berhenti mengalir.

"Di dalam naskah itu disebutkan kalau si tokoh utama mencintaimu..."

Gusta tidak berkomentar, hanya menatap Thea—menunggu lanjutan kalimatnya.

"Jadi..." Thea menarik beberapa tarikan napas. Kini tatapannya pada Gusta berubah dari ketakutan menjadi tatapan lirih. "Jadi aku mencintaimu...tapi aku melupakanmu..."

Tangis Gusta sepertinya menular pada Thea karena sekarang air mata Thea ikut mengucur dari kedua matanya.

"Maafkan aku yang tak bisa mengingatmu..." isaknya. Tubuh Thea merosot, ia berjongkok memeluk lututnya sendiri. "Maafkan aku yang tak bisa mengingat apapun..." Thea terus meracau.

The Immortal ApprenticeWhere stories live. Discover now