[16] Office Boy & Abang Chat Time

870 45 0
                                    

"Juan, ini orang tua angkat kamu?" bisikku pada Juan. Seketika Juan menjauh, "Enak aja. Orang tuaku ya, Om dan Tante kamu. Gimana sih?" jawab Juan dengan berbisik.

"Heh, kalian bisik-bisik apa sih?" tanya Bunda yang menyenggol bahuku. Aku hanya cengengesan seraya menggeleng.

"Sandi, hari ini anakku tak bisa datang." Ucap Om Ardana pada semuanya yang ada di meja ini.

"Paling juga kerja sampingan." Celetuk salah satu perempuan, yang ku tau, dia adalah salah satu anak dari Om Ardana.

"Tak apa, Dan. Lagian, Tania juga masih sekolah. Tunggu sampai dia lulus ya." Ucap Ayah yang diangguki Om Ardana dan Tante Indira, istri Om Ardana.

◾◾◾

Setelah itu kami pulang ke rumah.

"Yah, Bun, tadi itu maksudnya apa sih?" tanyaku penuh keheranan.

"Nanti kamu juga akan tau." Ucap Bunda membuatku semakin bingung.

◾◾◾

Tak terasa, sekarang sudah hari Senin. Hari yang paling membosankan, di mana pelajaran semua bahasa ada di kelasku hari ini.

Jam pertama sampai istirahat ku lalui dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Bel istirahat berbunyi, menghentikan guru Bahasa Inggris yang mengoceh tak jelas di depan kelas.

Kemudian, aku dan dua temanku berjalan menuju kantin yang sudah ramai.

"Mau makan apaan?" tanya Vika, aku mengedikkan bahu. "Yaudah gue beliin, apa aja ya." Ucap Delila tanpa basa-basi, lalu pergi.

Sedangkan aku dan Vika mencari tempat untuk duduk.

Berhubung kantin sudah penuh, dan tak ada bangku yang tersisa untuk duduk, jadilah kami berdiri menunggu Delila sampai datang.

"Kok masih berdiri?" tanya Delila yang kembali dengan nampan yang berisi tiga mangkuk soto.

"Gak ada tempat duduk. Kita duduk di koridor deket lapangan basket indoor aja." Saranku yang diangguki dua temanku.

Kemudian kami berjalan menuju tujuan kami. Yap, akhirnya kami bisa makan dengan tenang.

"Tan, liat deh, office boy yang di sana." Tunjuk Vika pada orang yang tengah mengepel lapangan basket, ketika aku ingin menyuap makanan.

"Kenapa?" tanyaku setelah menelan makanan yang baru saja ku masukan.

"OB baru ya?" Vika balik bertanya.

"Iya kali." Jawabku cuek.

"Iya tau, Tan. Asing mukanya." Kini Delila ikut berbicara.

Aku hanya bergumam. Tiba-tiba terlintas sebuah ide di kepalaku. "Pulang sekolah nanti, ke mal yuk!"

Kedua temanku mengangguk.

Bel masuk berbunyi, dan kami mengikuti pelajaran Bahasa Mandarin, Bahasa Perancis, dan diakhiri dengan pelajaran Bahasa Jerman.

Pelajaran yang memuakkan. Untuk apa dipelajari? Toh, nanti aku pun belum tentu memakainya.

"Jadi gak?" tanyaku yang sudah berdiri menghadap kedua temanku yang sedang bersiap-siap.

"Ayo!" seru keduanya bersamaan.

Kami memutuskan untuk naik ojek online yang tentunya bukan ojek motor, melainkan ojek mobil.

Sesampainya di sana, kami pergi ke tempat minuman.

"Vik, beli chat time yuk!" ajakku. Kenapa aku hanya mengajak Vika? Ya Karena Delila tak suka chat time. Dia lebih suka Thai tea.

"Bang, chat time nya dua." Aku menyebutkan pesananku dan Vika menyebutkan pesanannya.

Saat berbalik menghadap Delila, aku menemukan raut kebingungan di wajahnya.

"Ada apa, Del?"

"Kalian sadar gak sih, kalo misalkan abang-abang yang tadi itu, mirip ... OB di sekolah." Vika mengangguk mengiyakan ucapan Delila.

"Masa sih?"

"Coba aja nanti tanya."

Sesaat kemudian pesananku dan Vika datang.

"Bang, abang office boy baru di SMA Nd ya?" fyi, Nd itu singkatan dari Nadelia.

"Loh, kok neng-neng ini pada tau?"

💦💦💦

Tbc.

Jakarta, 5 Februari 2018.
-Hnnywdwt.

Pura-Pura MOVE ONDonde viven las historias. Descúbrelo ahora