[49] The Problem

618 32 0
                                    

- Mempunyai masalah bukan berarti harus dipersebar luaskan. Karena masalahmu bukan bagian dari hak publik yang harus dipertontonkan. -

_____________

Perdebatanku dengan Bunda tadi malam membuatku tak bisa tidur sampai sekarang ini. Padahal aku benar-benar lelah.

"Kalau kamu sayang sama Bunda, turuti apa perkataan Bunda. Kalau kamu menolak, artinya kamu gak sayang sama Bunda."

Blam!

Segelintir kejadian yang baru saja terjadi terus berputar-putar dalam pikiranku. Bagaimana caranya mengungkapkan ke tidak setujuan ini di hadapan Bunda dan Ayah?

Tok.. Tok.. Tok..

"Masuk!"

"Dek, kamu gak apa-apa?" kudengar suara lembut itu menghancurkan suasana sunyi yang telah kubuat beberapa menit lalu.

Melihat Kak Wena berjalan menuju ranjangku, aku merubah posisi tiduranku menjadi duduk bersandarkan bantal.

"Gak apa-apa kok, Kak."

Kak Wena mengusap sayang bahuku, "kalau kamu gak suka, Kakak bisa bantu kamu buat bujuk Bunda." Tawarnya.

Dalam hati, tawaran itu benar-benar kusambut dengan senang hati. Namun di luarnya, aku tak bisa. Alhasil aku menggelengkan kepalaku.

"Kenapa? Kakak tau kok kamu gak suka sama Juan. Itu terlihat jelas dari raut wajah kamu yang nunjukin kalau kamu gak suka setiap kamu jawab pertanyaan dari Juan."

Kak, Kakak tuh benar banget. Kenapa Bunda gak kayak Kakak? Tania pasti senang banget kalau misalkan Bunda yang bilang begitu, bukannya Kakak.

Aku tau aku ini orang yang egois, tapi boleh gak buat satu kesempatan ini aku egois lagi? Aku cuma berusaha buat menyelamatkan perasaan aku. Intinya gini, aku gak suka sama dia. Dia orang yang dijodohin sama aku.

"Tania?"

"Eh, iya Kak?"

"Kamu kenapa gak jujur aja sama Kakak? Kakak pengen banget bantu kamu." Pintanya memelas.

Aku mengerutkan keningku, "maksud Kakak tawaran apa? Tawaran buat jadi anak durhaka di hadapan Bunda?"

Kulihat dia sedang berusaha menelan ludahnya. "Bu-bukan gitu maksud Kakak-"

"Udah Kak, gak apa-apa. Ini urusan Tania, biar Tania yang urus sendiri. Mending Kakak istirahat, kasihan baby nya pasti capek. Gara-gara ikut mikirin masalah Aunty terus." Ucapku mengusir halus Kak Wena.

Sekarang ini, aku ingin menjauhkan diriku dari jangkauan banyak orang. Karena aku harus menyelesaikan masalah ini.


◽◽◽


"Pagi, Tania." Sapa Nilla yang matanya masih serius menatap layar notebook.

"Pagi." Jawabku singkat lalu duduk di bangkuku yang terletak di seberang bangku Nilla.

Aku meletakkan kepalaku di atas tangan yang kubuat menjadi bantal.

"Tan,"

"Iya?"

"Lo kenapa? Lagi ada masalah?" pertanyaan Nilla membuatku tak bersemangat saat itu juga.

IYA, NIL! AKU LAGI ADA MASALAH!

Ingin rasanya menjawab pertanyaan itu dengan semua kegelisahan di hati ini. Namun lagi-lagi aku tak bisa.

"Gak apa-apa kok gue,  gak ada masalah. I'm fine."

Nilla mengusap dan menepuk pelan bahuku, "kalo ada apa-apa, jangan sungkan buat bilang ke gue. Kalo gue bisa bantu, pasti gue bantu."

Aku tersenyum haru mendengarnya, namun aku tak ingin orang-orang terdekatku mengetahui masalahku, biar aku saja yang menyelesaikannya.

"Makasih ya, Nil."

Saat Aklea baru saja masuk kelas, "ada apa nih? Kok sedih suasananya?"

Dan di waktu itu juga, bel masuk berbunyi.

💦💦💦

Tbc.

5 Maret 2018

Pura-Pura MOVE ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang