Daddy - 9

95K 2K 41
                                    

BRUM

Deru suara mobil mengalihkan perhatian Alexie. Mata yang terpejam itu terbuka, menampakkan manik kecokelatan indah berselimut air mata memandang takjub mobil di hadapannya.

Dari dalam mobil muncul seorang pemuda tampan, kemudian disusul pemuda lainnya yang tak kalah tampan memandang bingung bocah perempuan yang sedang menangis di pelataran rumah mereka.

"Hey, kenapa menangis?" Salah seorang yang berwajah lebih dewasa berlari memeluk gadis kecil itu. Gadis itu membalas pelukan hangat dan menenangkan pemuda tersebut, mengirup wanginya, dan menangis di pelukan pemuda itu.

"K-kak, hiks, a-apa aku boleh meminta makan? Hiks, aku kelaparan," Suara lembut nan rapuh menyusup ke telinga Kevin dan menggetarkan jiwanya. Bagaimana bisa ada anak sekecil itu kelaparan dan meminta-minta? "Sudah, sudah, jangan menangis. Ayo masuk dan kita makan bersama."

David yang bingung hanya menatap iba dan ikut masuk dengan berbagai pertanyaan seperti yang Kevin rasakan.

***

"Pelan-pelan makannya," tegur Kevin lembut sambil mengusap kepala Alexie, "ini minum dulu."

Dengan sayang, Kevin menyodorkan jus jeruk dan langsung diteguk habis oleh Alexie. Alexie benar-benar kelaparan dan dia tidak mampu mengendalikan nafsunya ketika melihat makanan lezat tersaji di depan matanya tak peduli jika akan mendapat tatapan aneh bagi yang melihatnya. Namun, baik Kevin maupun David tak seperti itu.

Setelah perutnya terisi, Alexie menatap kedua pemuda itu dengan mata berair, "Terima kasih, kalian sudah menolongku, hiks," air matanya tumpah dan tak dapat terbendung lagi.

"Sudah, sudah, cup, cup, bagaimana kalau kamu tinggal dengan kami? Aku akan menjadi ayahmu dan David menjadi ibumu," tawar Kevin sembari melempar senyum jahil pada adiknya, David. Alexie mengerutkan dahi bingung.

"Aku laki-laki!" Sanggah David cepat tak mau disebut sebagai 'ibu'.

"Ibu? Tapi kan kakak itu laki-laki." Jawabnya polos. Sedetik kemudian Kevin tertawa terbahak-bahak hingga David memukul kepalanya.

"Tidak, aku bercanda. Bagaimana? Apa kamu mau jadi anakku? Jangan takut orangtuamu akan menyakitimu lagi, aku akan menjagamu." Alexie ingin menangis lagi mendengar keputusan ajaib Kevin yang dengan entengnya mau menerima anak yang tidak dikenalnya itu. David hanya mengangguk-angguk karena sudah mengerti betul sifat Kevin yang sangat suka anak kecil.

Tapi Kevin bukanlah om-om pedo. Bukan.

Alexie mengangguk cepat dan memeluk Kevin erat, "Aku mau, aku mau, Daddy!" Tangisnya pecah dipelukan Kevin. David ikut memeluk dua manusia yang terlihat seperti kucing itu. Imut.

Setelah Kevin, David, dan Alexie merundingkan masalah hak asuh dengan kakek dari Kevin dan David, akhirnya Alexie menjadi anak mereka, namun dengan wali yaitu bibi mereka, bibi Kinar. Mereka tak memermasalahkannya dan bahagia bisa mendapat adik perempuan secantik Alexie. Dan dalam dua minggu Alexie sudah akrab dengan seluruh keluarga barunya ini.
Kevin sangat senang bisa dipanggil 'Daddy' dan David yang menderita karena dipanggil 'Om' di usianya yang masih sangat muda. David masih 14 tahun, bayangkan saja.

"Dan, berakhir. Kami hidup bahagia sampai sekarang." Ucap Kevin mengakhiri dongengnya dan disambut tepuk tangan dari wanita di kursi belakang tersebut. Alexie masih diam di kursinya ikut mendengarkan.

"Cerita yang bagus Kevin, kuharap kalian tidak terlibat sesuatu yang lebih dari hubungan ayah dan anak," Katanya tegas di bagian akhir kalimatnya seakan memberi garis pemisah antara Alexie dan Kevin.

"Tidak, aku masih sama denganmu." Balas Kevin datar.

"Lalu, kau?" Tanya Nadine pada Alexie dengan malas. Alexie hanya menggeleng membalas pertanyaan untuknya. Setelah itu tak ada lagi percakapan dalam mobil yang sunyi penuh keheningan.

***

"Dah," Alexie mencium pipi Kevin lalu turun dari mobil merah yang akan segera pergi lagi, "Daddy, apa kalian akan menikah? Apa dia akan menjadi mommy-ku?" Tanya Alexie dengan senyum menghiasi wajahnya.

Kevin hanya menggaruk tengkuknya dan melempar senyum bodoh pada anak kesayangannya itu, sedangkan wanita di belakang sana hanya mengangguk dan tersenyum manis, "Mommy?" Alexie memandang Nadine dengan mata berkaca-kaca seolah telah menemukan sosok isteri yang baik bagi Kevin. Tampan dan cantik. Kombinasi yang sempurna, ditambah Nadine adalah wanita yang berbeda dari wanita-wanita Kevin lainnya. Itu yang dirasakan Alexie.

"Tapi bangku depan tetap milikku selamanya!" Dan Nadine hanya tertawa sambil mengangguk mengiyakan.

Nadine lebih spesial.

Dengan lambaian tangan, Alexie berpisah dari kedua pasangan tersebut. Dengan tatapan tak terbaca, Alexie memandangi mobil yang telah hilang dari pandangannya, lalu berbalik. Alexie tak masuk ke rumah, kakinya melangkah menjauhi rumah indah itu dengan cepat, semakin cepat, tanpa terasa Alexie berlari.

D a d d y

TOK TOK TOK!

Ketukan di pintu membuat pemilik rumah keluar. Seorang perempuan berambut panjang tampak kaget melihat kedatangan Alexie yang tiba-tiba, "Alex!" Teriaknya sambil menerjang Alexie hingga terhuyung ke belakang. Memeluknya, tidak sampai jatuh.

"Bunda! Dyn! Alexie datang!" Teriak perempuan itu dengan suara bak auman malaikat pencabut nyawa yang memekakkan telinga.

"E-eh, sudah, jangan berteriak, bodoh!" Alexie memukul pelan kening perempuan di depannya itu.

"Siapa yang datang?" Suara lain keluar dari rumah mendatangi mereka yang masih di depan pintu, "Alex? Ayo, masuk, masuk!"

Alexie menyunggingkan senyumannya, keluarga Tante Kinar sangatlah baik hati dan sudah menerima Alexie sejak pertama kali Alexie menginjakkan kaki di rumah besar tersebut, "Kamu mau minum apa, Alex? Tante akan buatkan. Atau mau makan? Kau sudah makan? Mau makan apa? Ada ayam goreng, nasi goreng, sup buntut-"

"Tidak Tante ..., Alexie hanya ingin mampir saja, kok. Lagian Alexie tadi juga sudah makan," tolak Alexie halus membuat Tante Kinar tersenyum simpul, "Oh iya Tante, apa aku boleh menginap di sini?"

"Hm?" Keduanya mengerutkan dahi tanda tak mengerti dengan apa yang Alexie katakan, "boleh, boleh banget malah. Tapi kenapa? Apa ada masalah?"

"Lah bener, kenapa lo tiba-tiba mau nginep di sini? Abis kebentur apa, lo? Biasanya lo gak bisa dilepas sama Om Kevin, apa kalian lagi ada prahara rumahtangga? Kalau iya, sini deh cerita kenapa, ntar gue bantu sebisa gue, lagian gue seneng ada temen ngobrol di kamar." Tanya Dien bertubi-tubi dalam satu tarikan napas, seketika ia mendapat tatapan tajam dari ibunya.

"Tidak ada, kok. Aku hanya kangen dengan Bunda, Dien, dan Dyn. Omong-omong di mana Dyn?" Alexie bertanya sambil matanya mengitari sekitarnya mencari keberadaan Dyn.

"Dia masih tidur sepertinya, kau ke kamarnya saja dan bangunkan dia. Dia sulit sekali bangun." Ucap Tante Kinar lembut dan Alexie sudah ditarik paksa oleh Dien memasuki kamarnya dan Dyn.

"DYNASTI BANGUN LO!" Alexie sepertinya akan tuli di rumah ini dalam waktu kurang dari sehari.

"Ngh ...."

Dan bahkan Dyn belum membuka matanya.

*

*

*

TBC

DaddyWhere stories live. Discover now