Delapan Belas

87.3K 3.3K 537
                                    

~Ramein komen ya~

***

"Kadang gue iri dengan orang yang setiap hari bisa dekat sama lo."
-B****a

***

Suasana di kelas saat ini begitu membosankan. Murid-murid terpaksa diam memperhatikan guru yang mengajar karena guru itu bermain ancaman. Lagi-lagi guru berkumis segitiga. Ada yang masih ingat? Haha. Guru itu memang sangat menyebalkan dan juga membosankan.

Pak Sarena terus saja berbicara di depan. Kalau berbicara sesuai dengan pelajaran sih tidak apa. Tapi tidak dengan Pak Sarena, guru itu malah membahas diluar topik pembelajaran. Tadi juga sempat berpidato tentang kehidupannya di rumah. Itu sama sekali tidak penting bagi murid-murid.

Cindy memanggil Rayna, mencoba menghilangkan rasa bosan terhadap guru yang di depan dan juga menghilangkan rasa ngantuknya saat ini. "Rayna," panggil Cindy pelan.

Rayna yang sedang mendengarkan guru di depan walaupun terpaksa, menoleh kepada Cindy yang memanggil namanya. "Apa," jawab Rayna seadanya.

"Nanti lo jadi temuin Kak Bianca?" tanya Cindy. Cindy melipat tangannya di meja lalu membenamkan kepalanya di sana.

"Insha Allah jadi. Kenapa?" tanya Rayna. Rayna masih memperhatikan guru yang sedang berbicara di depan. Walaupun rasa bosan sudah lama menghampirinya.

"Nggak usah lah, Ray. Kalo dia mau berbuat macam-macam sama lo gimana?" tanya Cindy masih dengan topik yang sama.

"Jangan suudzon dulu, Cin. Gak baik. Dosa juga." Rayna menasihati. Rayna tahu maksud Cindy, tapi tidak dengan cara seperti ini juga.

"Bukan gitu maksud gue, Ray. Tapi kan—" kata Cindy terpotong karena Rayna langsung membalas ucapannya.

"Yaudah, lo gak usah pikirin gue. Gue bisa atasi masalah ini kok," kata Rayna santai. Rayna tidak mau ambil pusing hanya karena masalah kecil seperti ini.

"Tapi gue khawatir sama lo. Gue kasih tau Kak Raihan aja ya?" Cindy berusaha membujuk Rayna. Cindy tidak mau temannya mendapat musibah gara-gara kakak kelas setan seperti Bianca. Cindy lebih percaya kepada Raihan. Karena Raihan adalah orang yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah ini.

"Jangan, Cin. Ini masalah gue, bukan masalahnya Kak Raihan." Rayna menolak. Rayna tidak mau masalah ini ada sangkut pautnya dengan Raihan. Rayna bisa menyelesaikan masalah ini sendiri. Walaupun tidak pasti akan cepat selesainya. Rayna tidak mau terlalu bergantung kepada orang lain. Itu merepotkan.

"Tapi kan—"

Lagi-lagi ucapan Cindy terpotong. Guru menyebalkan dan membosankan itu memanggil Rayna dan Cindy. Hah?! Tercyduk mengobrol! Mampus lah Rayna dan Cindy!

"Rayna! Cindy! Kenapa kalian mengobrol disaat saya sedang menerangkan!" Pak Sarena tersinggung karena ada dua muridnya yang tidak memperhatikan ketika ia sedang berbicara. Itu tidak sopan.

"Perasaan tadi dia nggak ngeliat ke kita deh, Ray. Kok ini tiba-tiba mang—" ucapan Cindy lagi-lagi terpotong.

"Nah makanya. Gue baru pingin ngomong begitu," kata Rayna bingung. Rayna malas sekali berdebat dengan guru itu. Tuhan, tolonglah.

"Hei. Kalian ngomongin saya ya?" tanya Pak Sarena memperhatikan Rayna dan Cindy lekat-lekat.

"Eh Bapak kok tau. Iya nih Pak, saya baru sadar ternyata Bapak ganteng kalau lagi natap ke saya dan Cindy. Jantung saya dan Cindy jadi berdebar-debar gitu Pak."

Ketua OSIS Vs Adek KelasWhere stories live. Discover now