16. Naila si cewek baper

4.1K 206 1
                                    


JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT UNTUK MENGHARGAI PENULIS😊




Baper bukanlah hal yang alay ataupun lebay. Baper itu menumpahkan perasaannya tanpa menahannya.

-Difficult-



Hari ini Rika benar-benar sedikit kesal kepada guru Bahasa Indonesia. Bagaimana tidak? Ia harus satu kelompok dengan Naila, Rilla, dan Andri. Jika Rika satu kelompok dengan Naila tidak apa-apa. Tapi ini? Dengan Rilla dan Andri?

Nanti disana Rika pasti bakal diem kek patung gabisa berkutik sedikitpun. Rika menyumpah serapah kepada guru Bahasa Indonesia nya. Menyebalkan. Itu kata yang sangat pas untuk guru itu. Lagian juga gurunya macem-macem gak kayak guru lain. Kalo ngejelasin tuh suaranya cempreng pake banget. Membuat sebagian siswa-siswi ada yang menutup telinganya masing-masing karena suara cempreng guru itu.

Sebenarnya Rika juga tidak tega menyumpah serapah guru itu di belakang. Tapi ya gimana lagi? Pasti semua orang akan merasakan ini bukan?

Sekarang Rika jadi malas mendengarkan guru cempreng itu yang sedang menjelaskan di depan kelas. Memang pembagian kelompok itu saat di tengah pelajaran. Dan sekarang masih ada satu jam pelajaran guru cempreng itu. Rasanya Rika ingin membunuh guru cempreng itu sekarang juga karena sudah berani menjadikan Rika bergabung ke kelompok yang isinya ada Rilla dan Andri.

Guru udah tua. Kenapa gak pensiun-pensiun sih tuh guru? Atau mati aja dah, batin Rika kesal menyumpah serapah guru bahasa Indonesia itu.

Naila malah sedari tadi lebih asyik mendengarkan musik menggunakan earphone. Dengan earphone yang sengaja Naila tutupi dengan rambut panjangnya agar tidak ketahuan.

Ingin rasanya Rika mempercepat waktu agar bisa terbebas dari guru cempreng itu. Rika bahkan sudah beberapa kali menguap akibat dirinya sudah sangat bosan mendengarkan ucapan panjang lebar milik guru cempreng itu. Rika ingin sekali menyumpal mulut guru cempreng itu dengan sapu, sulak ataupun sepatu. Saking jengahnya dirinya kepada guru cempreng itu.

Ya, wajar saja Rika bisa benci kepada guru cempreng itu. Karena hampir semua murid-murid di kelas ini membenci guru itu. Mereka lebih memilih mendengarkan dengan malas-malasan karena posisi mereka adalah kelas unggulan. Jadi mereka tidak mau terlihat jelek oleh guru. Bukan begitu kan?

Rika menghembuskan nafasnya dengan sangat malas. Bola matanya sesekali melirik jam tangan yang berada di pergelangan tangannya. Berharap waktu bisa berjalan dengan cepat. Tapi rasanya sudah sedari tadi Rika menunggu jam ajar mengajar cepat selesai, tapi nyatanya waktu seolah berjalan dengan sangat lama. Membuat Rika bosan.

"Nai," panggil Rika sembari menarik sebelah kabel earphone Naila. Naila menatap Rika dengan raut wajah yang kesal. Raut wajah Rika pun tak kalah nelangsa karena menunggu jam istirahat yang tak kunjung berbunyi.

"Paan?" ucap Naila acuh tak acuh karena rasanya sudah sangat bosan menunggu bel istirahat berbunyi.

"Gue bosen banget," keluh Rika kepada Naila.

"Sama gue malah bosen pake banget," ucap Naila juga dengan raut wajah yang kusut seperti seragam yang tidak disetrika.

"Masa guru dah tua masih aja ngajar ya, Nai. Sebenarnya gue heran deh sama tuh guru," cerocos Rika untuk sekedar basa-basi dengan Naila. Karena bila ia terus saja diam karena efek bosan. Bisa-bisa saja dirinya mati karena banget bosannya.

"Iya. Coba aja kalo gue anak dari pemilik sekolah ini, pasti udah gue bilangin dah buat pecat tuh guru cempreng."

"Ide bagus tuh, Nai." jawab Rika menanggapi ucapan Naila agar tidak bosan lagi. Biasanya memang begini jika Rika sedang bosan, ia pasti akan mengajak Naila berbincang-bincang untuk sekedar basa-basi menghilangkan rasa bosan.

"Liat tuh guru, masa dari tadi jelasin mulu. Ga cape apa tuh mulut? Tadi pagi makan apaan tuh guru?" cerocos Naila sembari mematikan musik lalu mencopot earphone nya.

"Iya betul tuh. Atau kita bunuh aja yak tuh guru, Nai?" ucap Rika saling bencinya kepada guru cempreng itu. Sedari tadi memang Rika dan Naila melirik guru cempreng itu sembari mengomentari.

"Ehh jangan Rika. Bunuh dosa tau, ga ah gue ga mau bunuh tuh guru," ucap Naila dengan memasang raut wajah polosnya.

"Iya dah serah elo," ucap Rika mengalah.

"Ehh tapi gue takjub deh sama kembaran elo sama Andri. Mereka tuh ga bosen apa dengerin tuh guru?" komentar Naila melirik meja depan mereka. Bola mata Rika langsung menatap Rilla dan Andri yang terlihat serius.

"Mungkin mereka suka pelajaran Bahasa Indonesia mungkin," balas Rika seadanya. Entah kenapa bahan pembicaraan mereka malah menjadi begini. Alias tidak jelas. Mereka pun menyadari itu, tapi tetap saja mereka masa bodo dengan masalah itu. Yang terpenting adalah waktu bisa berjalan dengan cepat agar mereka bisa terlepas dari bosan.

"Alahh jadi najis gue sama mereka," timpal Naila agar waktu bisa berjalan dengan cepat.

"Heh lo jangan kek gitu, Nai. Lagian kita juga satu kelompok sama mereka," ucap Rika yang sedari tadi berpangku tangan sembari berbasa-basi bersama Naila.

"Iya juga sih. Mayan juga, mungkin mereka fokus karena buat kelompok. Berarti kita beruntung bisa satu kelompok sama dia," cerocos Naila membuat Rika hanya mengiyakan ucapan Naila.

Woyyy tapi nasib gue, NAI? GIMANA COBA? SAKITT NIH HATI! batin Rika berteriak.

"Ya kali," ucap Rika sekenanya. Sebenarnya bukan kata ini yang akan meluncur di mulutnya. Tapi Rika tau dirinya tidak harus mengatakan yang ada di batinnya karena pasti Naila akan mengejeknya karena gagal move on.

"Heh lo berdua, nanti jangan lupa kerjain tugas kelompok di kafe dekat sekolah. Lo berdua pulang sekolah langsung kesana!" ucap Rilla dengan tubuh yang menghadap ke arah Rika dan Naila. Rika menghela napas panjang lalu mengangguk mengiyakan.

Andri juga langsung menatap ke arah mereka berdua. Bola mata Rika langsung terhenti pada bola mata milik Andri. Tetapi Andri malah membalasnya dengan tatapan mata yang begitu tajam. Membuat Rika langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Iya pasti kok. Btw lo fokus aja sama tuh pelajaran biar pinter oke?" ucap Naila sudah seperti ibu yang menasehati anak-anaknya agar pinter. Dan ini adalah efek saat Naila sedang dilanda kebosanan membuat mulut Naila berkata dengan asal.

•Difficult•


"Naila woyyy!" teriak Geva berlari mengejar Naila dengan napas yang tidak teratur. Naila langsung menghentikan langkah kakinya dan memutar badannya ke belakang untuk memastikan siapa yang memanggilnya. Sepertinya mungkin ini mimpi, seorang Geva memanggilnya. Dan asal kalian tau, Naila tuh langsung baper banget. Naila lalu langsung refleks berteriak saling bapernya.

"AAAAA MAMIII... GEVA PANGGIL NA—" teriak Naila terhenti karena Geva buru-buru menutup mulut Naila yang suaranya seperti toa masjid. Dan Naila malah tambah baper sekaligus meleleh alibat perlakuan Geva. Rasanya ini seperti mimpi. Pasalnya Naila tidak pernah di perlakuan seperti ini oleh para cogan. Geva langsung melepaskan bekapan tangannya di mulut Naila secepat mungkin. Naila langsung berteriak lagi karena saking senangnya.

"AAAA GEVA GUE MELTINGG!" teriak Naila heboh dan sekaligus keras pake banget. Melebihi suara toa masjid. Geva menutup telinganya saat itu juga untuk melindungi telinganya agar tidak budek.

Nih cewek cempreng banget dah batin Geva mendengus kesal sekaligus menyesal karena memanggil Naila. Niat Geva hanya satu, ingin menanyakan tentang Rika. Hanya itu saja, tidak lebih sama sekali. Dan malah Naila saat ini sedang senyum-senyum sendiri karena baper sekaligus melting.

"Gue tarik ucapan gue tadi dah," ucap Geva lalu berbalik meninggalkan Naila yang sedang dilanda kebaperan.

"Lah lah. Geva kok gini sih?" ucap Naila melongo tidak percaya.

Difficult : Ketika Sulit Untuk Mengerti Artinya Mencintai [Completed]Where stories live. Discover now