37. Terlambat

3.2K 134 0
                                    


Dia menghilang,
tanpa memberi kabar dan
datang hanya membuatku penasaran.

-Difficult-


Rilla mengetuk pintu kamar Rika berkali-kali dengan keras. Tetapi sang pemilik kamar sama sekali belum membuka pintunya. Padahal jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit, itu tandanya mereka akan terlambat. Rilla berkali-kali melirik jam yang berada dipergelangan tangannya, waktu seolah-olah bergerak dengan sangat cepat.

Entah Rika semalam tidur sampai jam berapa Rilla tidak mengetahuinya, yang jelas tidak biasanya seperti ini Rika bangun kesiangan. Rilla dengan keras mengetuk pintu kamar Rika berkali-kali dengan jengah.

Tiba-tiba saja pintu terbuka, Rilla langsung terkesiap untuk tidak mengetuk pintunya lagi. Dilihatnya Rika yang baru bangun dengan penampilan yang masih amburadul alias berantakan. Rilla langsung melototkan bola matanya sehingga hampir saja bola matanya keluar detik itu juga melihat penampilan Rika yang sama sekali belum siap-siap untuk bersekolah.

"Lo belum siap-siap?" tanya Rilla memastikan.

"Buat?" tanya Rika sembari menguap lebar beberapa kali.

"Hadehh. Rika, kembaran alias kakakku tersayang! SEKARANG UDAH HAMPIR JAM TUJUH SIANG!!!" teriak Rilla heboh sendiri. Rika langsung tergelak sangat kaget dan langsung ngacir mengambil handuk lalu melesat secepat kilat menuju kamar mandi.

Terlambat. Kata itu bahkan bencana untuk Rika. Karena pada hari-hari sebelumnya, Rika seringkali berangkat sekolah paling awal dari sekian banyaknya siswa di sekolahnya. Dan sekarang Rika bahkan hampir terlambat? Rika pikir ini sungguh mimpi, tapi kenyataannya ini sama sekali bukan mimpi.

Beberapa menit kemudian, Rika sudah keluar dari kamarnya sembari menenteng sepatu miliknya dan juga tas yang berada di punggungnya. Rika berjalan tergesa-gesa menuju meja makan. Disana sudah ada Rilla dan Bi Ida.

"Ini Non Bibi buatin bekal. Takutnya kalo makan disini jadi terlambat." ujar Bi Ida dengan ramah sembari memberikan kotak bekal dan juga air mineral kepada Rika. Rika langsung mengambil bekal itu dan memasukkannya ke tas miliknya.

"Aku berangkat dulu ya Bi. Takutnya nggak ada angkot," ujar Rika yang sudah selesai memakai sepatu.

"Eeh, lo ikut gue berangkat sekolah aja! Gue nungguin lo juga buat bisa berangkat bareng lo," ujar Rilla kali ini dengan sifat yang kali ini dibilang berbeda dari waktu yang sebelumnya. Rika jadi merasa curiga, tapi Rika langsung menepis pikiran buruk itu.

"Gue boleh numpang?" tanya Rika dengan ragu-ragu sembari berharap.

"Iya boleh. Yuk buruan! Keburu kita telat nanti," ujar Rilla langsung menarik pergelangan tangan Rika keluar dari rumahnya dan menuju garasi untuk mengambil mobilnya.

Rika kali ini benar-benar dibuat bingung oleh sikap Rilla, tidak seperti biasanya yang ia jumpai pada hari-hari sebelumnya. Mungkin ini sisi baik Rilla? Tapi Rika menyukai perubahan sikap Rilla kepadanya. Rika tadi sempat tertegun karena Rilla mengajaknya berangkat sekolah bersama-sama dan juga membangunnya. Jika tadi Rilla tidak membangunkannya, mungkin Rika benar-benar sangat terlambat untuk berangkat sekolah.

Rilla mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata agar mereka sampai di sekolah tidak terlambat. Rika berkali-kali melafalkan doa agar dirinya selamat tanpa ada hambatan ke sekolah dan juga agar sampai ke sekolah tepat waktu. Rika tidak menginginkan dirinya terlambat, siapa juga sih yang ingin terlambat? Bahkan hampir semua orang menjauhi dan juga menghindari kata terlambat pada hidupnya, begitupun dengan Rika.

Rika bukan siswa pintar yang selalu berangkat pagi, Rika hanyalah siswa normal yang menjalani kehidupannya dengan standar. Rika melirik jam yang berada dipergelangan tangannya entah yang keberapa kalinya. Yang jelas, sudah hampir lebih dari dua puluh kalinya ia melirik jam yang menurutnya berjalan dengan sangat cepat tak seperti biasanya.

"Arghh... Kayaknya kita terlambat deh, Rilla. Sekarang udah jam tujuh lebih soalnya dan-"

"Diem dulu bisa nggak? Gue lagi nyetir nih," ujar Rilla yang memang saja sedang serius menatap ke jalanan dan juga fokus menyetir mobilnya. Rika bahkan jarang sekali melihat raut wajah Rilla yang sedang fokus mengemudikan mobilnya.

Keadaan selanjutnya hanya ada kecanggungan yang menyelimuti. Rika menatap pemandangan yang berada diluar lewat jendela yang berada di mobil. Diam-diam Rika menyunggingkan senyumnya karena senang sikap Rilla kepadanya sudah berubah. Apakah sikap Rilla akan bertahan lama alias selamanya atau sementara? Sekarang dibenaknya tiba-tiba saja terngiang pertanyaan itu.

"Buruan turun, udah sampai!" ujar Rilla langsung membuka pintu kemudi dan menutupnya dengan keras. Rika tidak menyangka lumayan cepat Rilla mengendarai mobilnya sehingga sampai ke sekolah juga cepat, tidak seperti saat dirinya menaiki angkutan umum yang menempuh waktu lumayan lama.

Dan bantuan Rilla juga membantu dirinya menghemat, omong-omong bisa untuk membeli novel keinginannnya yang sampai saat ini belum bisa ia beli.

"Makasih Rilla," ujar Rika ditambah senyuman andalannya.

"Kita nggak terlambat kan? Cuman hampir terlambat hehe... " Cengir Rilla diakhir ucapannya. Jika dihitung, perjalanan menuju sekolah menggunakan mobil Rilla membutuhkan waktu tujuh menit, sedangkan jika Rika menaiki angkutan umum membutuhkan waktu lima belas menit.

Mungkin jika Rilla menawarkan dirinya untuk berangkat bersama setiap hari, dijamin Rika akan lebih cepat sampai di sekolah. Dilihatnya lingkungan sekitarnya yang sudah mulai sepi, hanya ada beberapa siswa-siswi yang berlalu lalang. Itupun mereka berjalan dengan sangat tergesa-gesa.

"Ayukk ke kelas. Bel bentar lagi bel bunyi, takut gurunya udah dateng!" peringat Rilla lalu pergi berjalan menuju kelasnya. Rika pun langsung mengekor dibelakang Rila. Sebelumnya, Rika bahkan tidak pernah berangkat sekolah selambat ini.

Rika juga berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak mengulangi untuk bangun kesiangan lagi dan terlambat sekolah. Mungkin ini dirinya terlambat untuk yang pertama kalinya dan terakhir kalinya. Rika berjanji.

"Kok bisa kita nggak terlambat ya? Padahal tadi gue kira kita akan terlambat dan dihukum," ujar Rika kepada Rilla yang sekarang berada didepannya.

"Gue juga nggak ngira sih. Mungkin ini keajaiban kali ya?" celetuk Rilla asal.

"Btw, kok lo nggak sam-"

"Stop. Jangan banyak bicara," ujar Rilla langsung berlari dengan cepat memasuki kelasnya. Rika juga berlari menuju kelasnya.

Sesampainya dikelas, hampir semua siswa-siswi sudah duduk di kursinya masing-masing. Kecuali dirinya. Rika langsung berjalan menuju tempat duduknya berada, disana sudah ada Naila yang sedang menatap Rika sembari berdecak beberapa kali.

Tak disengaja, pendengarannya menangkap perbincangan antara Rilla dan juga Andri. Jika mengingat Andri, jujur saja perasan dirinya kepada Andri masih melekat pada hatinya. Jujur saja, Rika masih belum bisa menghilangkan perasaannya pada Andri. Rasanya sangat sulit.

"Lo kenapa terlambat?" tanya Andri kepada Rilla yang baru saja duduk.

"Bangun kesiangan hehehe..." ujar Rilla terlihat dari raut wajahnya bahagia.

"Dasar kebo, jangan-jangan lo anaknya kebo ya?" celetuk Andri asal.

Selanjutnya Rika sengaja menulikan pendengarannya detik itu juga. Ia langsung duduk di bangku sebelah Naila. Rika tidak ingin lagi mendengar apapun tentang Andri. Tidak akan. Itulah tekadnya.

Rika bahkan sedikit ragu untuk melakukannya. Mungkinkah dirinya bisa atau tidak? Tapi Rika percaya, pasti dirinya akan bisa! Tapi kemungkinan besar Rika tidak bisa. Dan kali ini Rika ingin mencobanya lagi, padahal sudah beberapa kali dirinya mencobanya lalu gagal.

Kali ini dirinya mempunyai tekad yang kuat dan tentunya tidak akan menyerah walaupun sudah gagal untuk kesekian kalinya.

-Difficult-

Difficult : Ketika Sulit Untuk Mengerti Artinya Mencintai [Completed]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt