Posisi

8.4K 2.4K 331
                                    

Benar kata Damar kalau Tanjung punya tugas bukannya mengerjakannya sendiri-Tanjung akan menyerahkannya pada Yudistira junior yang sejurusan dengannya.

Ema kenal Yudistira sebagai teman seangkatannya di ilmu pemerintahan tidak lebih, dan tentu Ema merasa berat hati karena bukan hanya tugas Tanjung namun juga beban tugasnya di serahkan pada Yudistira. Bukan karena Ema meminta, Sumpah! Ema bisa mengerjakannya sendiri namun Tanjunglah yang menyerahkan semuanya pada Yudistira dengan enteng.

Dan di sinilah Ema di sebuh sudut perpustakaan ke esokan harinya menunggu Tanjung bersama tugas mereka yang harus di kumpulkan sebelum pukul 12 siang.

"Aduh, gimana kalau tugasnya belum selesai? Mana tinggal 20 menit lagi" Ema memandangi jam digitas ponselnya.

"Hhhh Kak Tanjung kemana lagi ini?"Ema bermonolog.

Terkutuklah Tanjung yang menggunakan ponsel jadul yang hanya bisa di hubungi saat lawan bicaranya memiliki pulsa saja.

Ema ini sedang bokek, masa harus beli pulsa lagi demi mengetahui posisi Tanjung?

Ema mengecek pulsanya "Ah, masih bisa sms"

Ponsel Ema mengetikkan pesan singkat untuk Tanjung 'Kak, Posisi?' Lalu menekan tombol send.

Tidak lama Tanjung membalas, namun balasan Tanjung membuat Ema menghela nafas berat 'Kakak kalau main bola biasanya jadi pemain sayap sih Em'

Ema mengacak rambutnya frustasi "Bukan posisi itu ya ampun!" Mahasenior itu benar-benar menguji kesabaran Ema dan menguji gadis itu untuk tidak tertawa karena balasannya.

"Kak Tanjung, Ema nanyanya posisi kak Tanjung sekarang. Bukan posisi kak Tanjung pas main bola" Ema hanya bisa tertawa kering sambil menggeleng tidak habis fikir.

Panggilan telepon dari Tanjung membuat game online pertanian yang di mainkan Ema terhenti, Ema berdehem sebentar baru kemudian mengangkatnya.

"Kak, Ema di perpus. Kak Tanjung mana sih?" Semprot Ema tanpa mengucapkan sapaan apapun.

"Maaf Em, lama yah nunggunya?"

"Ih pake nanya. Kak Tanjung posisi dimana?"

"Kan udah kakak bilang kalau main bola kakak biasanya di sayap kanan, kadang kalau Yudistira gak ikut main kakak yang jadi penyerangnya-"

"Hhhhhh" Ema menghembuskan nafas kasar.

"Maksud Ema, kak Tanjung di mana sekarang? Ini tugas mau di kumpul loh" Ema memanyunkan bibirnya kesal namun jika seandainya Tanjung melihatnya tentu pria itu akan gemas.

Tanjung terkekeh di ujung sana mendengar kekesalan Ema yang terdengar menggemaskan di inderanya "Tugasnya jangan khawatir, udah kakak suruh Yudistira yang kumpul. Ema pulang aja atau ke kos Sinta istirahat dulu, rumah elo kan jauh Em"

"Aduh Ema ngerasa gak enak banget ini sama Yudistira kak" Ema berjalan keluar dari perpustakaan karena takut suaranya akan menganggu mahasiswa yang belajar di sana.

"Hahaha gak usah ngerasa ga enak. Tuh anak udah biasa kakak suruh kerja tugas" Enteng Tanjung "Ema di mana sekarang?"

"Di depan perpus, jongkok telponan sama kak Tanjung" Ujar Ema.

"Hahaha ya udah kakak tutup dulu, jangan kemana-mana di situ aja gak lama lagi ada makhluk astral yang bakal lari-lari nyariin Ema di sana"

Ema memegang tengkuknya "Ih kak Tanjung nakutin ih!"

Tanjung hanya tertawa "Ya udah, kakak tutup"

"Tapi kak Tanjung di man-" Baru Ema ingin menanyakan keberadaan Tanjung namun sambungan telepon mereka sudah di putuskan sepihak.

"Pulsanya abis kali ya" Tebak Ema.

Baru saja Ema akan meninggalkan tempatnya dan membeli minuman ringan saat Lucas berteriak dan berlari ke arahnya.

"Emarimar!"

"Astagfirullah!" Kaget Ema.

"Hhhhhhhh" Lucas mengatur pernafasanya setelah lari seperti orang kerasukan dari sekre ke tempat Ema, bahkan Lucas memakai sandal kiri di kaki kanan dan sebaliknya karena terburu-buru.

"Ah, Elo ngagetin aja!" Ema memukul pelan Lucas yang bahkan masih belum bisa berbicara karena kelelahan "Pantes kak Tanjung bilang bentar lagi ada makhluk astral di sini. Elo makhluk astralnya?"

"Itu sama sekali tidak penting, tolong pegang tangan ku Ema aku takut kau terjatuh setelah ini"

"Heh?" Heran Ema.

Ayolah Lucas ini bukan saatnya bersastra ria.

"Pegang" Lucas memberikan lengannya yang dengan ragu-ragu di pegang Ema.

"Apaan sih?"

"Eh, Malah pegang-pegangan! Cepet itu mobil Titan udah siap buruan!" Teriak Damar yang sepertinya juga ikut berlari di belakang Lucas tadi.

"Eh, Malah pegang-pegangan! Cepet itu mobil Titan udah siap buruan!" Teriak Damar yang sepertinya juga ikut berlari di belakang Lucas tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo Ema" Tarik Lucas.

"Kemana?"

"Rumah sakit, Bang William mencium mesra aspal panas dan mendapat beberapa jahitan di kepalanya."

Kaki Ema melemas. Bagaimana mungkin? Baru saja Ema bercanda dengan Tanjung di telepon dan tiba-tiba-"Bukannya bang William menelpon mu saat di ambulance?"

Dan Ema baru ingat ada bunyi sirine yang mengiri acara telepon-telponananya dengan Tanjung di perpustakaan tadi.

🏝🏝🏝

Aku ingin selalu terlihat kuat di depan mu Ema. Tapi kemudian aku lemah hari ini, Aku menemukan percaya diri kalau kau akan khawatir tapi aku tidak sanggup memberi tahu mu jadi ku kirim dia, aku hanya ingin jadi alasan kau tertawa bukan alasan kau menjadi bersalah, takut, ataupun menangis-Tanjung Enggar Ismail.

🏝🏝🏝

-To be continued-

‌(Don't forget to touch the stars below if you like the story 😊 👉🌟)

TANJUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang