Part 1

63.5K 1.9K 24
                                    

Seorang gadis berambut lurus tengah merogoh kantong levisnya tergesa-gesa, berusaha menemukan kunci rumah di dalamnya. Alhasil ditemukan meskipun sebelumnya sempat terjatuh. Dengan hati-hati ia melangkahkan kaki menuju kamar, khawatir akan orang tuanya mengetahui bahwa dirinya baru pulang larut malam begini.

Jari telunjuknya bergetar saat ingin menekan saklar lampu. Ternyata itu adalah pertanda buruk baginya yang benar terjadi. Sekarang Lisa–ibunya– sedang berdiri dihadapannya seraya melipatkan kedua lengan di dada.

"Eh Mam, kayak tuyul aja tiba-tiba muncul," ujar gadis cantik tadi dengan tersenyum kuda.

"Dari mana?" kibas Lisa.

Gadis itu pun tersenyum menampakkan sederet giginya yang rapi nan putih.

"Umi gak butuh cengiran kamu Alya!" tegas Lisa. Seperti yang dilontarkan ibunya, namanya Alya. Si petakilan yang baru berusia 16 tahun.

"Santai, Mam!"

Alya terbiasa memanggil Ibu dan Ayahnya dengan sebutan mami-papi. Sejak ia menginjak pergaulan di masa remaja, perubahan terjadi sangat pesat pada dirinya. Padahal sedari dulu Lisa telah membiasakan anak-anaknya untuk memanggilnya umi atau pun memanggil suaminya dengan sebutan abi.

"Kamu pasti belum sholat isya, kan?" tanya  Lisa.

"Hehe."

"Astaghfirullah Alya," ucap Lisa sambil memegangi kepala. Tampaknya pusing melihat tingkah anak gadisnya itu.

"Tadi Mam ak—"

"Udah gak usah banyak alasan, tadi kamu dari mana?" potong Lisa kemudian mengulangi pertanyaan yang belum dijawab oleh Alya tadi.

"Da-dari shoping."

"Kamu itu ya!" Lisa mengelus dadanya kemudian beristighfar lagi.

Alya memeluk manja Lisa sambil merayunya. "Mam jangan marah ya, please!"

Alya selalu saja ada cara untuk membuat Lisa tidak marah. Ini alat ampuh bagi Alya, sehingga cara ini sering ia gunakan bagai pelindung.

"Ya udah cepetan sholat!" perintah Lisa sambil menghela nafas panjang.

"Oke Mam siap," jawab Alya seraya meletakkan kelima jarinya di kening sebelah kanan seperti orang yang sedang memberi hormat pada komandan, tak lupa pula dengan sedikit hentakan kaki.

***

Ayam sudah mengeluarkan suara emasnya, matahari mulai menampakkan dirinya. Itu tandanya pagi akan dimulai kembali. Seperti biasa Alya juga belum beranjak dari king size kesayangannya itu.

Lisa yang sedari tadi bolak-balik ke kamar Alya untuk membangunkannya pun sudah letih, anak itu tak jua beranjak bahkan ia sibuk menggeliat ke kanan-kiri menikmati tidurnya. Terakhir Lisa masuk ke kamar Alya, melihat posisi anaknya itu sudah berada di bawah.


"Masya Allah Alyaa!" ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Dengan sigap Lisa menarik kain yang menyelimuti tubuh Alya yang terbelenggu dalam kelelapan. Tak ada satu hal pun yang dapat membangunkannya kecuali bila selimut itu tidak bersemayam lagi di tubuhnya.


"What the hell, Mami?" ujarnya setengah melek.

Sajadah Cinta [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang