Part 7

17.2K 936 4
                                    

Lisa telah mendengar kabar bahwa Alya ditangkap oleh polisi, dengan perasaan panik dan cemas Lisa segera pergi ke menyusul anaknya. Ia belum mengatakan persoalan ini pada Aji, Lusa takut suaminya itu ikut cemas. Mungkin akan disampaikannya setiba Aji pulang kerja.

"Assalamu'alaikum, pak!" ucap Lisa tengah memasuki ruang polisi yang tadi mengabarinya tentang keberadaan Alya.

"Wa'alaikumussalam, silahkan duduk buk!" jawab polisi.

Lisa pun duduk, namun gelisah. Ia menoleh ke kanan dan kiri mencari keberadaan Alya.

"Maaf, ibu orang tuanya siapa?" tanya pak polisi yang tidak begitu mengetahui siapa saja orang tua dari mereka yang ditelponnya.

"Saya uminya Alya."

Polisi mengangguk dan mulai membuka buku.

"Pak anak saya salah apa ya?" tanya Lisa bingung mengapa anaknya bisa ditangkap polisi.

"Dia dan teman-temannya berkelahi di area balapan liar."

"Astaghfirullah, dimana anak saya sekarang pak?" tanya Lisa yang sudah tak sabar.

"Mari buk saya antar," ajak polisi ramah.

Alya, Pricilla, Farel, Aldo serta komplotan Melody sekarang berada dalam satu sel penjara. Mereka diamankan disana namun hanya sementara hingga masing-masing orang tua menjemput.

Ditengah keadaan genting seperti ini Alya dan teman-temannya pun masih bisa bercanda, tapi tidak dengan Farel ia sedikit malas.

"Kenapa lu bro?" tanya Aldo pada Farel yang hanya berdiam diri, sedangkan yang ditanya hanya menggelengkan kepala.

"Tenang, gue yang bakal tanggung jawab kalo fans lo pada kabur tau lo ditangkap polisi gini," ujar Aldo mencoba melawak seraya menepuk-nepuk pundak Farel.

"Dok, lo bisa diam gak?!" ujar Farel yang mulai memanas. Sejujurnya yang ia takut adalah ketika para guru tahu ia ditangkap polisi dan tidak dicap sebagai siswa teladan lagi.

"Rel, gak boleh marah-marah tau!" ucap Pricilla dengan nada suara yang dibuatnya seperti memujuk seorang anak kecil.

"Hush!" Alya meletakkan ibu jarinya pada bibir sambil melotot ke arah Aldo dan Pricilla mengisyaratkan agar kedua temannya itu diam.

"Apa sih, Al, mau marah kek Farel juga?"

Alya memperhatikan bayangan yang berjalan mendekati ruang penjara. Terlihat dari bayangan tersebut seorang perempuan bergamis dan berjilbab panjang bersama seorang lelaki. Hatinya berpirasat tidak enak, feeling-nya mengatakan kedua orang tersebut adalah Lisa dan Aji. Beberapa langkah kemudian, kedua bayangan itu dapat ditangkap nyata oleh Alya. Ternyata setengah dari feeling-nya benar. Mereka adalah Lisa dan seorang polisi.

"Ya allah Alya!" ucap Lisa seraya menggelengkan kepala.

"Mami, kok disini?" tanya Alya kaget, sementara Aldo dan Pricilla langsung terdiam.

Polisi tersebut langsung membukakan pintu jeruji penjara untuk Alya keluar menemui Lisa, karena tak ada yang diizinkan satu pun dari mereka untuk keluar, kecuali bila orang tuanya sudah menjemput.

"Umi yang seharusnya nanya, kenapa kamu bisa disini?"

"Ceritanya panjang, Mam."

"Astaghfirullahal'azim, Umi pusing liat kamu buat masalah mulu," tukas Lisa.

Alya tak membantahnya.

"Kalian bertiga kenapa ada disini juga?" tanya Lisa setelah melihat ketiga sahabat Alya yang juga berada di tempat yang sama.

"Sama kayak Alya, Tan," jawab Aldo sempat menyengir.

"Pricila sama Farel juga?" tanyanya lagi, Lisa sangat mengenal ketiga teman anaknya ini.

"Iya tante," jawab Pricilla sementara Farel hanya mengangguk lesu.

Kemudian Lisa beralih pada anaknya. "Alya, kita pulang sekarang!"

"Emang boleh, Mam?" tanya Alya polos.

"Silahkan!" potong polisi tersebut.

Mereka telah diizinkan pulang karena sudah membuat surat perjanjian dan menandatangan agar tidak melakukan perbuatan onar lagi.

"Kalo kamu mau disini gak papa."

Alya menggeleng cepat. "Tapi temen-temen aku gimana?" ujar Alya tak enak hati jika ia harus pulang lebih dulu, padahal teman-temannya bisa ditangkap polisi akibat ulah dirinya.

"Kalian udah kasih tau orang tua? kalo belum biar tante telpon," tawar Lisa.

"Udah, Tan. Semuanya pak polisi yang telpon," kata Pricilla.

***

Di jalan menuju pulang, Lisa hanya mendiami Alya. Rasa kecewanya semakin banyak. Dirinya sendiri pun sudah tidak mengerti dalam menasehati Alya dan merubah Alya seperti dahulu. Patuh dan tak suka membuat masalah.

"Awas, Mam!" teriak Alya ketika melihat Lisa hampir saja menabrak sebuah mobil yang berlainan arah dengannya. Untungnya Lisa bisa membelokkan setang ke kiri seraya mimijak rem habis.

"Inalillahi," ucap Lisa shock dan memutar tubuhnya ke belakang, melihat keadaan mobil yang hampir saja ia tabrak. Kemudian langsung turun dari mobil menemui orang tersebut.

"Assalamu'alaikum," ujar Lisa sambil mengetuk pelan kaca mobil orang tersebut, dan orangnya pun ikut turun.

"Wa'alaikumussalam," responnya dengan ramah dan tersenyum.

"Maaf ya, buk. Saya kurang hati-hati," kata Lisa kepada perempuan parubaya yang berpenampilan sama dengannya.

"Oh gak papa, buk. Saya juga kurang hati-hati," ucapnya dengan rendah hati.

"Ibu, gak kenapa-kenapa?" tanya Lisa sedikit khawatir.

"Alhamdulillah."

"Baiklah buk, saya duluan ya. Sekali lagi saya minta maaf." Lisa mencoba untuk berpamitan. Perempuan tersebut mengangguk sembari tersenyum.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh."

Alya yang memperhatikan dari kaca spion meresa lega, orang tersebut baik-baik saja bahkan ia lemah lembut dan baik hati.

***
Gimana part yang ini? Comment ya! Vote juga

Sajadah Cinta [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang