Part 12

22.3K 1K 9
                                    

Semua jama'ah di masjid Annur pesantren Al-Falah telah menyelesaikan sholat mereka dengan diakhiri gerakan kepala menoleh ke kanan dan kiri serta mengucapkan salam. Sementara Alya baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam masjid, tanpa berfikir Alya langsung mengikuti gerakan akhir jama'ah seakan-akan ia juga telah menyelesaikan sholat.

"Loh kamu kok gak berdiri lagi lanjutin rakaatnya," tanya seorang santri disamping Alya menatap bingung.

"Males," jawab Alya begitu enteng.

Jani yang sejak tadi memperhatikan obrolan antara mereka berdua pun geleng-geleng kepala melihat kelakuan Alya. Sajadah pun mendarat di lantai menghasilkan bunyi yang membuat seisi masjid terkejut dan langsung menutup obrolan kecil mereka, tak terkecuali Alya.

"Alya limadza anti laa tastamir sholah?" tanya Jani, seorang ustadzah yang terkenal galak.

Alya membeku disana, semua pasang mata menatapnya horor. Ia terciduk dan merasa malu. Untung saja disana tidak ada santri wan, sudah peraturannya jika santri wan dan wati tidak boleh bergabung dalam melakukan aktifitas.

"Ulang sholatmu!" ucap Jani dengan lantang dan semakin membuatnya malu.

Dengan kesal hati Alya terpaksa mengikuti perintah Jani. Ia berdiri dan memulai sholatnya. kalau saja Jani bukan berstatus pengajar mungkin Alya tidak akan menurutinya. Semua santri pun kembali ke asrama masing-masing, begitu pun Alya. Setelah mengulang sholatnya tadi, ia enggan berlama-lama di dalam masjid.

"Masmuki bilkamiil?" tanya seorang santri wati yang tempat tidurnya tak berada jauh dari Alya.

Alya menatapnya tak suka, perempuan tersebut seakan-seakan menguji kesabaran Alya lewat bahasa yang tak diketahuinya.

"Hey, aku nanya loh!" kata perempuan tersebut dengan nada songongnya.

"Salwa, anti tidak seharusnya bertanya dengan bahasa arab. Alya kan belum belajar," potong Nuri disela-sela Salwa berbicara.

"Justru itu Nur, ana pakai bahasa arab biar si siapa tadi—"

"Alya," sambung Nuri.

"Oh Alya, biar dia berkenalan dengan bahasa arab," kata perempuan bernama Salwa dengan menatap Alya remeh.

Ditempat tidurnya Alya menyaksikan perbincangan antara Nuri dan Salwa ia tak menggubris keduanya bahkan ketika namanya disebut. Salwa berjalan mendekati Alya, mengulurkan tangannya sambil berucap, "kenalin namaku Salwatun Nisa, aku primadona di pondok ini santri wati yang paling cantik," ujarnya dengan percaya diri.

Alya tersenyum miring melihat kelakuan bocah yang dihadapannya sekarang, lagi dan lagi Alya tak menggubris. Ia beranjak dari tempat tidurnya dan pergi tanpa kata.

"Bisu ya hahah," ejek Salwa mencoba menumpahkan kekesalannya dengan mencela Alya.

Sebenarnya Alya tak suka melayani orang yang tidak jelas tujuannya seperti Salwa, namun sesekali harus dilayani agar Salwa tak semena-mena kepada dirinya. Kemudian Alya memberhentikan langkahnya, memutar tubuh dan berjalan mendekati Salwa yang sibuk menyengir.

"Mau lo apa?" tanya Alya sambil mendorong sebelah pundak Salwa.

Seluruh penghuni asrama sekarang memfokuskan perhatiannya pada Alya dan Salwa, bahkan seorang santri wati yang berlalu lalang di depan asrama mereka pun memberhentikan langkahnya menunggu apa yang akan terjadi.

"Dipikir ana takut apa?!" kata Salwa seraya menjambak rambut Alya.

Belum selesai disana, Alya kembali menghantam dengan menarik jilbab Salwa hingga tak berbentuk.

"Astaghfirullah Alya Salwa berhenti!" teriak Nuri yang tak direspon.

"Eh Nuri jangan deket-deket," saran Aza yang tak ambil pusing.

Jambakan yang diberikan Salwa cukup keras hingga menghasilkan beberapa helai rambut yang rontok. Alya tak tinggal diam ia juga membalas lebih pada Salwa, diplintirnya kedua tangan Salwa tak tanggung-tanggung sampai memerah dan tergores akibat terkena cakaran kuku Alya yang telah ia rawat secantik mungkin.

"Hey apa-apaan antunna ini?! Sudah berhenti!" sergah Jani seraya melerai Alya dan Salwa.

"Ikut ustadzah ke kantor!"

Alya dan Salwa duduk berdampingan sambil menetralisirkan nafas mereka yang masih terengah-engah. Untung saja Nuri cepat memanggil Jani, kalau tidak mereka akan saling babak belur.

"Limadza?" tanya Jani.

"Laa ba'sa ustadzah!" jawab Salwa berbohong tak berbobot.

"Bagaimana tidak ada apa-apa Salwa, orang saya lihat kalian berdua tarik-tarikan."

"Dia yang mancing emosi gue," cetuk Alya sambil menunjuk Salwa.

"Gak kok ustadzah, Salwa nanya baik-baik kok tapi dia yang gak mau jawab."

"Sudah gak usah saling menyalahkan, ayo sama-sama minta maaf."

Keduanya saling bertatap enggan.

"Cepet!"

"Ya udah deh biar Salwa yang minta maaf duluan, kan orang yang meminta maaf itu lebih mulia dari pada yang memaafkan," ucap Salwa membanggakan diri seraya mengulurkan tangannya.

"Bodo amat!" kata Alya sebelum meninggalkan kantor tanpa berpamitan.

"Tuh kan ustadzah dia nyebelin."

Jani menggelengkan kepala, pikirnya cukup sulit dalam mendidik anak seperti Alya.

"Kan Salwa anak sholeha—"

"Iya dong ustadzah," potong Salwa.

"Dengerin dulu, maksud ustadzah kamu harus bimbing Alya jangan diajak duel gitu."

Salwa memutar bola mata malas.

"Dianya aja sombong gitu ustadzah."

"Ya maka dari itu dibimbing temennya."

***

Limadza anti la tastamiru fisholah = kenapa kamu tidak melanjutkan sholat
Limadza = kenapa
Laa ba'sa = tidak apa²
Masmuki bilkamil = siapa nama lengkapmu
Antum = kalian berdua
Ok itu beberapa arti kosa kata dari part ini.

Btw, sorry ya aku up nya lama, soalnya mager banget ni buat nulis. Idenya lama muncul wkwkw😁

Selamat membaca, jangan lypa vote dan comment.

Sajadah Cinta [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now