Part 9

18K 891 2
                                    

Matahari mulai menampakkan dirinya melalui celah jendela kamar Alya yang baru saja dibuka oleh Lisa, tapi Alya tak jua beranjak walaupun sinarnya telah menyinggahi mata. Lisa tersenyum tapi ia tak tahu itu senyum bahagia atau sedih, karena hari ini Lisa dan Aji akan membawa Alya ke salah satu pesantren yang ada di Jawa Timur, Pesantren Al-Falah.

Untuk kedua kalinya Lisa dan Aji ditinggal sang anak pergi menuntut ilmu. Tiga tahun yang lalu anak mereka yang pertama, kakaknya Alya yang bernama Farzan Naufal ia bersekolah di luar negri karena kecerdasannya, pemerintah tidak tanggung-tanggung menyekolahkannya di Universitas Alzhar, Kairo Mesir dan sekarang Alya, Lisa harus merelakan anak perempuannya untuk menimba ilmu di pesantren.

"Alya, bangun, nak!" panggil Lisa lembut sambil megayunkan tubuh Alya.

"Alya bangun, umi mau ngajak kamu ke suatu tempat," ujar Lisa yang kedua kalinya karena tak kunjung mendapatkan respon dari Alya.

Seketika mata Alya langsung membelalak dan melempar selimutnya jauh. "Kemana mam shopping.?"

Lisa tak menjawab, ia bingung ingin mengatakan apa dan bagaimana. "Oke tunggu mam! aku siap-siap dulu," kata Alya yang begitu semangat dan yakin kalau uminya ini akan membawanya berbelanja.

Setetes air mata Lisa turun diusapnya dengan cepat. Ia membayangkan nantinya tak ada lagi Alya yang suka membuat onar, tak ada lagi Alya yang jahil dan tak ada lagi Alya yang manja, yang ada hanya dirinya, Aji dan sekeping kesunyian. Namun dihati kecilnya ia sangat menginginkan yang terbaik untuk putrinya itu. Ia selalu meminta dan berdoa agar Alya bisa menjadi seorang anak yang sholeha.

"Kok mami masih di kamar aku, katanya mau pergi. Ayo siap-siap!" ujar Alya yang baru saja keluar dari kamar kecil.

Sontak, lamunan Lisa terbuyar. Ia berjalan mendekati Alya tengah memilah pakaian dan menarik selembar pakaian bernuansa islami yang bergantung diantara deretan pakaian Alya.

"Pake yang ini aja ya. Jilbabnya ambil dikamar umi, nanti umi yang pasangin."

Alis Alya bertautan, menatap Lisa bingung. "Umi ngapain coba aku pake gamis kayak gini, emang mau pengajian?!"

"Ayolah, Al!" pinta Lisa seraya menyodorkan gamis tersebut.

"Gak mau!"

Lisa mengelus puncak kepala Alya. "Sayang bisakah kamu kabulkan permintaan terakhir umi?"

Jantung Alya seketika berdegub kencang, ia semakin bingung dibuat oleh Lisa. "Mami ngomong apaan sih?!"

"Mau ya?" pinta Lisa lagi sambil tersenyum.

Terpaksa Alya menuruti dan mengambil pakaian tersebut dari tangan Lisa sambil merengut. Kemudian Lisa beranjak dari kamar Alya dan membiarkan Alya mencoba pakaian tersebut.

"Mami apaan sih, aneh banget. Nyuruh pake baju ginian bentuknya aja gak jelas, panjang-panjang kayak apaan coba?!" gerutu Alya sambil menaupkan beberapa kancing dibajunya.

Di lain tempat Farel, Aldo dan Pricilla berada dalam mobil yang sama. Mereka bermaksud mengajak Alya jalan. Hampir setiap minggu mereka berempat tidak pernah absen untuk menghabiskan waktu bersama, tak pernah bosan walaupun di sekolah, mereka tak jarang bertemu.

Tiin... Tiin...

Bunyi klakson mobil yang sekarang sedang menghiasi gendang telinga pak Tobi, satpam di rumah Alya. Sangat membuatnya jengkel, kalau saja ia mempunyai penyakit jantung bukan tidak mungkin Tobi akan terkena serangan jantung. Namun kejengkelannya tak bisa begitu saja membuat dirinya enggan membukakan pagar. Tugas tetaplah tugas.

"Lain kali klaksonnya gak usah dimainkan atuh, kalo saya jantungan terus saya mati memangnya kalian teh mau nolongin saya!" oceh Tobi dengan logat sundanya.

"Maaf atuh pak, klaksonnya kapencet sendiri atuh." ledek Aldo sambil meniru gaya bahasa pak Tobi.

Baru saja Tobi ingin memukul Aldo menggunakan pentungannya, tetapi Aldo lebih dulu menutup kaca jendela mobil sambil tertawa terbahak-bahak.

"Mam bajunya gak cocok sama aku!" rengek Alya sambil berjalan menuju  kamar Lisa.

Lisa memerhatikan Alya dengan begitu bahagia, untuk pertama kalinya ia melihat Alya menggunakan baju syar'i, telah lama ia menanti Alya menggunakan baju yang ia belikan.

"Cantik kok, sini umi pakein kerudungnya!"

"Gak!"

"Alya kalo pake gamis itu harus pake kerudung."

"Mami emangnya kita mau kemana sih?"

"Udah nurut aja!" ujar Lisa sambil memasangkan hijab dikepala anaknya.

"Alya ada temenmu diluar," kata Aji dengan sedikit memunculkan kepalanya dibalik pintu.

"Mam, cepetan!" desak Alya yang tak sabar menemui teman-temannya.

"Sabar sedikit lagi."

Ketiga temannya itu menatap Alya aneh sekaligus tak percaya. Alya yang tiap hari modis dengan gayanya sekarang tiba-tiba menggunakan pakaian serba syar'i.

"Mau kemana, Al? pake kek gituan?" tanya Farel bingung sambil kagum, aneh namun cantik.

"Ya ampun neng, mau kemana atuh?" ledek Aldo yang masih saja terbawa suasana saat meledek Tobi.

"Al, lo ngapain pake baju ginian?" tanya Pricilla sungguh tak percaya. Ia sangat mengenal Alya, untuk melirik saja tidak apalagi mencobanya namun sekarang ia melihat Alya menggunakan baju syar'i bahkan lengkap dengan kerudungnya.
Hatinya sangat was-was, ia takut sahabatnya ini berubah dan tidak mau berteman dengan ia, Farel dan Aldo lagi.

Alya menepuk jidatnya pelan, ia lupa kalau ia sekarang sedang menggunakan baju yang disuruh uminya tadi. Namun sahabatnya sudah terlanjur melihat dan ia menjadi bahan ejekan.

"Berisik lo pada! gue tuh pake ginian disuruh mami."

"Terus lo mau aja gitu?" tanya Aldo.

"Ya mau gimana lagi," ujarnya sambil memanyunkan bibir.

Tawa mereka pun seketika membludak.

"Ada temennya Alya ya. Alya, kok temennya gak dibuatin minum," ujar Lisa sekilas ketika melewati ruang tamu.

"Gak usah repot-repot, Tante," jawab Farel.

"Ambil sendiri ada kaki juga," timbrung Alya sambil menarik jilbabnya ke bahu.

"Kita ini tamu, lo dong yang ambil!" suruh Pricilla.

"Alah biasanya juga ambil gak pamit," ceplos Alya.

"Kan biasanya."

"Ini diminum dulu!" tawar Lisa seraya menyodorkan suguhan.

"Aduh makasih, tante, gak usah repot-repot," pungkas Aldo seraya mengambil sesuguhan dihadapannya.

"Gak usah repot-repot ambil juga," cerocos Alya.

"Al, lo mau ikut kita gak?" tanya Farel ditengah-tengah candaan mereka.

"Kemana?"

"Belum tau sih kemana?"

"Mam?" Alya melirik Lisa sambil memainkan alisnya.

Lisa merespon dengan gelengan.

"Kayanya gak bisa deh, gue mau pergi sama mami," jelas Alya.

***

Sajadah Cinta [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now