Part 4

26.9K 1.3K 8
                                    

Tidak ada guru merupakan peluang besar bagi para siswa SMA Harapan merusuh di salah satu kelas, yaitu kelas XI Ips 1, kelas itu ramai dikerumuni. Para penghuni kelas tersebut merasa jengkel akibat berdesakan saat berlalu lalang.

Tujuan para siswa tersebut beramai datang ke kelas XI Ips 1 tidak lain, tidak bukan karena ingin melihat penampilan baru Alya sehabis memotong rambutnya yang tersisa hingga Sebahu, mereka mengatakan lebih suka penampilan Alya yang sekarang. Sangat disayangkan mereka lebih memilih berdesakan hanya sekedar untuk melihat Alya dibanding mengikuti pelajaran.

"Hei! Itu ada apa rame-rame?" tanya Farel yang tak sengaja melewati kelas Alya kepada seorang laki-laki yang sibuk memotret.

"Ada bidadari," celetuknya ngasal.

Alis Farel bertautan, tidak paham dengan perkataan laki-laki tersebut. Akhirnya ia memutuskan untuk masuk dan menyaksikan sendiri.

"Minggir, minggir gue mau lewat!" pekik Farel, mereka yang mengerumuni Alya pun memberi ruang sedikit untuk Farel lewat.

Mata Farel membulat sempurna. Percaya atau tidak Farel harus menyaksikan Alya dikerumuni oleh para laki-laki yang sibuk menanyakan alasan Alya memotong rambut dan meminta foto bersamanya. Sangat tidak jelas. Alya pun sebenarnya merasa risih namun ia tidak punya nyali untuk mengusir mereka dari kelas.

"Woi nyepam lu pada! balik ke kelas masing-masing atau gue lapor sama Kepsek." Kali ini Farel benar-benar harus turun tangan, ia berteriak dengan tegas.

Terpaksa para siswa tersebut bubar karena takut Farel benar melakukan ancamannya.

"Hu! Gak asik lu!"

"Ganggu orang aja!"

"Baru ketos aja belagu!"

Dan masih banyak lagi makian yang diperuntukkan oleh Farel, bahkan mereka ada yang keluar sambil menendang pintu kelas. Tetapi Farel tak menggubris, bisa jatuh citranya kalau sampai berkelahi.

"Lo gak papa, Al?" tanya Farel yang sekarang telah memusatkan perhatiannya pada Alya.

"Gak papa sih, cuma sedikit sebel aja."

"Lain kali lo harus tegas sama mereka. Iya sih gue tau mereka itu fans sama lo tapi gak gini juga," ucap Farel dengan raut wajah tak suka.

"Kenapa lo cemburu?" canda Alya sambil mengulas cengiran.

"Eng-enggak, gue gak suka aja ada siswa yang suka melanggar peraturan," elak Farel menangkis tebakan Alya yang benar, tapi tidak mungkin Farel katakan iya. Rasanya ia belum siap untuk mengutarakan.

"Yakin gak cemburu, Rel?" timbrung Aldo yang sejak tadi menguping pembicaraan Alya dan Farel.

"Yakinlah, ngapain juga gue cemburu pacar bukan saudara bukan."

"Kode tu Al, minta dipacarin," goda Aldo sambil tertawa.

"Apasih lo berisik!" ujar Farel sambil melempar penghapus papan tulis ke arah Aldo yang keberadaannya tidak jauh dari tempat duduk Alya.

Pricilla, Farel, dan Aldo merupakan teman dekat Alya, bahkan mereka bersahabat sejak SMP, hanya saja Farel tidak sekelas dengan mereka bertiga. Sejak SMP kelas tiga Farel memang telah menaruh perasaan dengan Alya, Aldo dan Pricilla pun sering menjodoh-jodohkan mereka berdua. Tetapi Alya tak pernah menyimpan perasaan untuk Farel, ia sportif dalam bersahabat. Berbeda dengan Pricilla dan Aldo mereka memang saling tertarik namun tak punya nyali untuk saling mengutarakan.

"Eh lo tu yang gak peka sama kode Pricil!" timpal Alya.

Pricilla yang sibuk memainkan handpone diujung sana pun pura-pura tidak mendengar perkataan Alya. Ia tahu betul kalau ia menanggapi perkataan Alya ending-nya bakal membuat dirinya salah tingkah. Sebab temannya yang satu ini paling pandai menggoda orang.

"Liat tu Pricil pura-pura budeg, gue sumpain budeg beneran," ujar Alya memancing Pricilla untuk ikut berdialog.

Aldo pun berjalan mendekati Pricilla, memastikan Pricilla benar tidak mendengar atau sekedar berpura-pura.

"Asik dideketin," pekik Alya sambil terkekeh geli.

Pricilla tahu bahwa Aldo berjalan mendekatinya, ia sekarang sedang berusaha menenangkan detak jantungnya yang tak beraturan. Aldo berdiri dihadapannya seraya sedikit membungkukan badan dan meletakkan telapak tangannya diatas meja Pricilla sebagai tumpuan.

"Lo lagi pake headset?" tanya Aldo to the point.

Pricilla langsung mendongakan kepalanya melihat Aldo. Ia diam seribu bahasa, tidak tahu apa yang ingin dikatakan. Jelas ia tidak menggunakan headset dan pastinya ia mendengar kata demi kata yang diucapkan Alya.

"Pake headset?" ulang Aldo masih dengan posisi yang sama. Kali ini Pricilla merespon dengan anggukan.

Aldo tersenyum manis kepadanya setelah itu berjalan meninggalkan Pricilla.

"Hoi baper anak orang, Dok!" Alya terkekeh-kekeh.

"Udah lo urusin aja tu Farel!" ujar Aldo seraya melangkahkan kaki keluar kelas.

Sekarang giliran Pricilla meminta pertanggung jawaban Alya yang telah membuat dirinya kembali salah tingkah. Ia sudah cukup malu dengan pura-pura tidak mendengar, belum lagi dengan mukanya yang ia yakin sejak tadi sudah seperti kepiting rebus.

"Alyaaa!" teriak Pricilla sambil berdiri hendak menghantam sahabatnya itu, tapi sebelumbnya Alya telah bersiap-siap untuk berlari. Farel yang masih menyaksikannya pun tersenyum lucu.

***
Vote ya, jangan baca doang! Terimakasih.

Sajadah Cinta [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang