Part 5

19.9K 946 7
                                    

Alya menatap lawan tanding dihadapannya dengan seksama, ia sedang memikirkan nasibnya pada pertandingan balap liar ini. Honda Jazz miliknya sebagai taruhan jika kalah dalam balapan. Sebenarnya Alya sedikit ragu untuk mengikuti balapan tersebut, takut jika ia benar-benar kalah mobilnya akan melayang dengan sia-sia. Lisa dan Aji pasti akan memarahi Alya.

Namun gadis itu anak yang memiliki sifat dinamis yang tinggi, pantang menyerah dan suka mencoba suatu hal yang baru walaupun sekarang ia tidak sadar sedang mencoba membuat masalah baru.

Tepat saat bendera berwarna hitam putih mendarat di bumi, Alya menancap gas Full, melajukan mobilnya cepat. Bersaing untuk mengalahkan Melody, lawan balapannya.
Dua ronde telah dilewati, Alya masih memimpin balapan. Tiba-tiba handpone-nya berdering, menandakan ada panggilan masuk. Ia mencoba mengambil benda tersebut dalam sakunya namun tak jua didapatkan. Dengan sedikit menurunkan kecepatan mobil Alya baru bisa meraih handpone-nya, diliriknya sejenak ternyata itu telpon dari Lisa, lantas ia langsung menekan tombol berwarna hijau yang tertera di layar kaca.

"Hallo Mam, kenapa?" tanya Alya dengan sedikit berteriak, beradaptasi dengan suara dijalanan.

Lisa pun merasa aneh dengan nada bicara anaknya apalagi ditambah suara kebutan.

"Kamu dimana? Cepat pulang!"

"Iya Mam, entar lagi ak—"

Saat Alya lengah akan suasana, dengan cepat Melody menyalip dan mendahulukan mobil Alya.

Bruk.

Alya terkejut melihat Melody sudah berada didepan, telpon dari Lisa diabaikannya Handponhe pun dibiarkan jatuh. Ia kembali fokus untuk mengejar kemenangan. Tapi apa dikata Melody telah sampai di garis finish.

"Sini kunci lo!" paksa Melody tersenyum jahat.

Terpaksa Alya memberikan secara cuma-cuma, ada rasa tak rela namun ia harus sportif. Jam telah menunjukkan pukul 00.30 WIB ia masih berada diluar rumah, untung saja masih ada taxi yang lewat dan bersedia mengantarkannya sampai di rumah.

Cukup dengan satu kali menekan bel rumah, Lisa langsung membukakan pintu dan menodongkan sebuah pertanyaan menakutkan bagi Alya.

"Dari mana kamu?"

"Rumah Pricil Mam," jawab Alya berbohong.

"Kamu tau ini jam berapa?" tanya Lisa dengan nada sedikit meninggi.

Alya mengangguk.

"Kalau Abi kamu sampai tau, dia bakal marah besar. Kamu itu anak perempuan Alya! Mau jadi apa kamu jam segini masih diluar sana," kata Lisa menggebu-gebu.

"Sorry Mam," lirih Alya sambil menunduk lesu.

"Kamu itu taunya cuma minta maaf doang, terus ngelakuin kesalahan lagi."

Alya hanya terdiam.

"Astaghfirullah Alya, Umi sedih liat kamu kayak gini tau gak," ucap Lisa sambil mengusap dadanya pelan.

"Maaf Mam." lagi-lagi Alya hanya berucap kata maaf.

"Udah kamu mandi sana, terus sholat!" perintah Lisa yang memilih untuk tidak melanjutkan amarahnya.

***

Dari dua puluh menit yang lalu Alya telah bersiap untuk ke sekolah, akan tetapi ia tak berani keluar kamar takut akan Lisa dan Aji menanyakan keberadaan mobilnya. Ia masih terduduk disofa yang berada di kamarnya sambil memikirkan cara agar Lisa dan Aji tidak mengetahui hal yang sedang terjadi padanya.


Akalnya sudah habis, namun ia tak menyerah begitu saja. Diambilnya benda berbentuk pipih diatas meja belajar dan mencari nama Pricilla yang terdapat diantara deretan kontak whatsapp-nya.

Alya menekan-nekan pipinya sambil menunggu respon panggilan dari Pricilla.

"Hallo Al kenapa?" tanya Pricilla diseberang sana.

"Udah masuk?"

"Lima menit lagi," jawab Pricilla santai karena tak ada guna untuk menakut-nakuti Alya tentang keterlambatan. Terlambat juga kenakalan biasa yang dilakukan Alya.

"Mobil gue diambil."

"Sama siapa?" tanya Pricilla terkejut.

"Gue malam tadi balapan, mobil taruhannya," jelas Alya seraya memelankan volume suara.

"Kok lo mau mobil lo yang jadi taruhannya?"

"Emang gitu aturannya."

"Kenapa lo ikutin Alya?!" geram Pricilla.

"Ya lo tau kan, gue orangnya kepo sama yang berbau baru."

"Serah, Al, serah!"

"Jangan gitu dong Cil, bantuin kek. Gue bingung bilang sama nyokap bokap gimana?" kata Alya sedikit merengek.

Pricilla diam sejenak, memikirkan cara mengeluarkan Alya dari masalahnya. "Lo bilang aja ke nyokap bokap kalo mobil lo dibengkel, entar kita pikirin lagi cara dapetin mobil lo." saran Pricilla setelah beberapa detik tak ada suara.


"Brilliant!" tukas Alya sumringah sambil memutuskan sambungan telpon.

Selanjutnya ia keluar kamar, menuruni anak tangga dengan santai sambil mengulang setiap kalimat kebohongan yang akan diutarakannya nanti.

"Sayang ayo ikut sarapan!" ajak Lisa sambil menarik kursi untuk Alya.

"Aku gak sarapan deh Mam, ini udah telat,"  tolak Alya yang tidak mau berlama-lama, takut akan kepulangannya malam tadi kembali dibahas.

"Oh yaudah hati-hati ya!"

Alya menebak bahwa ibunya ini tidak berniat untuk membahas masalahnya malam tadi bahkan ia melupakan seperti sengaja.

"Tapi mobil aku lagi dibengkel, aku bareng sama papi aja. Boleh ya, Pap?"

"Iya boleh lah, sayang."

"Mobil dibengkel?" Lisa berdiam sejenak dan menatap Alya serius, Alya yang ditatap pun merasa cemas. Takut tebakannya salah Lisa akan membahas kembali persoalannya tadi malam dan itu akan menjadi masalah besar baginya, apalagi terdapat Aji disana.

"Apa yang rusak?" lanjut Lisa dan Alya pun merasa lega ternyata Lisa benar melupakan insiden tadi malam.

***

Assalamu'alaikum, comment ya tentang cerita ini. Aku butuh masukan dari kalian dan jangan lupa vote❤

Sajadah Cinta [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now