Chapter 05

26.2K 1K 8
                                    

happy reading 😊

Key kembali menatap Bisma sebentar yang tak menunjukkan reaksi apa pun lalu merogoh ponselnya untuk menghubungi Rangga.
Cukup lama untuk menunggu panggilannya dijawab, akhirnya Key bisa mendengar suara Rangga.

"Rangga, masih lama? Apa kamu belum lihat kejadian di depan kelasku?"
"Sebentar lagi. Ada apa di depan kelasmu?"
"Tepat di depan kelasku, ada ... pembunuhan."
Key tanpa sadar melirik ke Bisma saat mengatakan kata terakhir.

Sedangkan Bisma yang mendapat yuduhan secara tidak langsung itu masih terlihat santai dengan mengamati setiap pergerakan Key.

"Pembunuhan? Kau bercanda kan, Key? "
"Cepatlah, aku benar-benar takut!" desak Key tak sabar.
"Kau bersama Via, kan? Oh shit, Dicky tadi sudah menjemput Via di kelas kalian? Apa kau sekarang hanya sendiri di kelas ?"
"Ya, aku hanya sendiri di kelas. Makanya cepat!"
"Tunggu sebentar. Aku segera ke sana, Key."
"Baiklah."

Key menutup panggilan. Ia sudah tak berani menatap Bisma. Tak siap mendapat tatapan seperti saat Bisma marah tadi.
Pertama, Key tak sengaja melirik Bisma saat mengucapkan pembunuhan, yang kedua Key bilang ia hanya sendiri.
Tapi kenyataannya, Bisma hanya menatapnya santai.

Key menggigit bibir bawahnya resah.
"Ka-kamu bisa sesantai itu?" Key memberanikan diri untuk bertanya. "M-maksud-ku ... ada, pembunuhan di depan ... matamu tap-tapi kamu tetap santai." Key menunduk dalam.

Bisma berjalan ke depan dan itu membuat Key mundur teratur sampai punggungnya membentur pintu.
Bisma sudah berdiri tepat di depannya.

"Minggir," ucap Bisma begitu dingin. Suaranya pelan tapi tegas.

Key menggeser tubuhnya dan Bisma langsung keluar dari kelas itu.
Astaga, dia benar-benar sendiri sekarang.
Key mengumpat dan berharap Rangga segera datang menjemputnya.

*
*

Rangga masuk ke dalam ruang kelas Key dengan tergesa.
Key langsung menghambur ke pelukan Rangga.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Rangga khawatir.
"Yahh, tapi banyak darah di depan."
"Masih mual?" Rangga menangkup wajah Key. Ia tahu pasti bahwa Key takut dengan darah. Bahkan dia pernah pingsan saat melihat hewan tertabrak mobil di depannya. Dan karena itu, Key sering mual jika melihat darah.

Key menggeleng. "Aku langsung masuk tadi." Ditarik lebih tepatnya, lanjut Key dalam hati.
"Kamu sempat melihat?"
"Aku melihatnya dengan jelas. Tubuhnya penuh darah. Kursi juga menghantam tubuhnya. Mungkin tulangnya juga tak utuh. Matanya melotot tadi dan-"

"Ssttt... hentikan, Key." Rangga kembali mendekap tubuh Key yang bergetar ketakutan. Bahkan Key sampai terisak. "Jangan mengingatnya lagi. Aku di sini bersamamu." Rangga mengecup kepala Key berkali-kali.
*
*

flashback on

Key terus berlari menuju halaman belakang sekolah. Kakinya terasa ingin lepas dari sendinya. Ia sangat kelelahan.

"Kamu benar-benar penasaran, ya." Suara itu kembali mengagetkannya.

Key menoleh ke samping. "Kuharap kamu nggak akan berbohong," ucap Key to the point.

"Bisa kamu mengulangi pertanyaanmu?"

Key dalam hati mengumpat sebal karena Bisma tampak mempermainkannya. "Kamu bukan pengidap amnesia, kan?" sindirnya sengit.

"Setidaknya bersikaplah baik padaku kalau kamu ingin tahu, Key." Bisma mengambil duduk di bangku taman di bawah pohon yang rindang.

"Aku tidak suka basa-basi," ucap Key masih berdiri dibelakang Bisma.

PSYCHOPATH✔Where stories live. Discover now