Chapter 34

13.6K 470 5
                                    

happy reading😊😊

"sebenarnya siapa pelakunya?" tanya Vera pada Anisa saat mereka baru saja mendengar Bisma menyuruh anak buahnya untuk memperketat penjagaan.
"hanya dua orang di rumah ini yang bisa melakukan permainan sebersih ini" ucap Anisa dengan mata memicing curiga.

Vera mengangguk setuju. Bisma dan Morgan maksudnya "apa maksudmu Morgan?" Vera memastikan.
"tentu saja kak"
"tapi Morgan tak punya alasan untuk mencelakai Key"
"ada, Morgan tidak menyukai Key sejak awal. Morgan kehilangan Bisma sejak ada Key. menurutku itu alasan yang kuat untuk Morgan melakukan ini"
"apa iya? tapi Morgan sangat menyayangi Bisma"
"dan tidak dengan Key. Morgan menyingkirkan siapapun yang mengusiknya kak"
"kamu benar"
*
*
*
Morgan masuk ke kamar Khaza setelah makan malam tadi.
"bagaimana keadaanmu" tanya Morgan tanpa nada pertanyaan. Rautnyapun datar.

Khaza yang sedang duduk di atas ranjang dan melamun dibuat sedikit kaget karena kedatangannya.
"kau sedang bertanya?" tanya Khaza menyindir.

"kata bagaimana seingatku masih masuk dalam kata tanya" jawab Morgan enteng dan duduk di tepi ranjang menatap Khaza.

Khaza teringat ucapan Key. Sedikit mengalah. baiklah.
"sudah lebih baik" ucap Khaza lalu tersenyum.

Morgan menatapnya heran. Benarkah Khaza sedang tersenyum padanya? Bukankah sebelumnya gadis ini senang sekali menatapnya dengan tatapan sinis dan bicara ketus?
"baguslah" Morgan berdiri tapi Khaza menahan tangannya.

Morgan dengan cepat menarik tangannya "peringatan keras untukmu. jangan pernah menyentuhku sembarangan!" ucap Morgan tajam dan rautnya beku. Terlihat sekali ia sedang menahan marah.

Khaza menatapnya bingung. Hanya dengan menyentuh sedikit, Morgan bisa semarah ini??

Sebentar, Morgan merasakan sesuatu.
Tangan Khaza masih terasa hangat, apa dia masih demam?
Morgan menyentuh leher Khaza.

"yak! apa yang kau lakukan!?" bentak Khaza refleks dan langsung menepis tangan Morgan. Tak peduli lagi pada ucapan Key. Ini keterlaluan menurutnya.

"diamlah" Morgan menunduk dan mendekatkan wajahnya pada Khaza.
Khaza memundurkan kepalanya hingga membentur headboard ranjang.
Morgan menahan bahunya lalu menyatukan kening mereka.
Khaza spontan memejamkan matanya rapat dan takut. Ia tak berani membuka mata barang sedikitpun.

'apa yang dia pikirkan' batin Morgan yang menatap Khaza dengan jarak yang sangat dekat. Padahal ia hanya ingin membandingkan suhu keningnya dengan Khaza. Tak terlalu beda, berarti Khaza memang sudah baik-baik saja.

"aku bahkan takkan bernafsu walau kau sedang bertelanjang sekalipun" ucap Morgan masih datar.

Khaza membuka matanya dan langsung mendorong Morgan agar menjauh.
"dan aku tidak akan pernah bertelanjang di hadapanmu bodoh!" umpat Khaza kesal.

Morgan mengangguk saja dan segera keluar dari sana.

"pria gila!"
*
*
Morgan menyandarkan tubuhnya pada pintu kamar Khaza dan memegangi dadanya.
"perasaan apa ini?" tangannya merasakan detakan tak tahu aturan di dalam sana. Menggebu-gebu bahkan seperti ingin memaksa keluar.

"gila"
*
*
*
Sejak petang tadi, Bisma dan Key sudah ada di luar rumah.
Bisma mengajak Key untuk jalan-jalan di taman.
Udara pagi masih baik untuk paru-paru mereka.

"aku capek" ucap Key lalu duduk di rumput taman.
Bisma ikut duduk di sebelah Key sedangkan John dan 2 anak buah Bisma yang lain berdiri tak jauh di belakang mereka"baru 25 menit jalan sayang" Bisma meraih kaki Key lalu memangkunya "ini baik untuk baby kita" Bisma memijit kaki Key dengan hati-hati.

PSYCHOPATH✔Where stories live. Discover now