Chapter 89

7.9K 509 59
                                    

Selamat pagi 3k followers😍🙏

Pernah janji kalau udah 3k aku bakal ngadain giveaway kecil2an. Cuma buat seru2an aja sih dan biar kita bisa lebih dekat.
Tapi karena aku masih sibuk jadi giveawaynya ditunda dulu ya😄
2 sampai 3 minggu mungkin😂

Pokoknya makasih banget buat kalian semua yang selalu dukung tulisan amatirku. Tanpa kalian semua, semangat nulisku gak akan sampai berkobar seperti ini😂🙏ceilehh..

Okay, kita awali pagi kita dengan yang manis. Kurma dong😁
Biar tambah manis komentarnya tembusin 200, okay?

Happy Reading😄

happy reading😊
 

Anne menunggu Morgan yang masih di kamar mandi dengan sedikit cemas. Ia takut dengan apa yang akan Morgan bicarakan walau Anne tak merasa memiliki salah padanya.
Gadis itu kini berdiri dari tepi ranjang, berjalan gelisah ke sana-kemari dengan meremas jemarinya sendiri.

Pintu kamar mandi terbuka, Morgan yang masih menggunakan handuk di pinggangnya terlihat bingung saat menangkap tatapan Anne tak biasa "kenapa menatapku begitu?" tanya Morgan lantas berjalan ke lemari dan mengambil piyamanya.

Morgan memakainya dengan santai sedangkan Anne sudah membalik tubuhnya.
Morgan terkekeh pelan "cepat sekali makanmu"

"a-apa yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Anne to the point dan belum membalik tubuhnya. Ia masih canggung jika melihat Morgan topless.

Morgan duduk di sofa "kemarilah"
Anne berjalan pelan menghampirinya.
"kamu khawatir sekali dengan apa yang ingin ku tanyakan? kenapa? apa kamu menyembunyikan sesuatu?"

"huh? apa?"
"kau menyembunyikan hal penting dariku" itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan.

"tidak" ucap Anne yakin. Morgan bahkan tak menemukan kebohongan di mata Anne karena Anne sendiri merasa tak sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
Morgan mengernyit. Bagaimana mungkin Anne menatapnya begitu jujur sedangkan Morgan melihat Anne menangis setelah bertemu wanita itu. Apa mungkin sekarang Anne tidak menganggap itu pertemuan penting?
Tapi kenapa Anne sampai menangis saat itu?

"kamu memikirkan sesuatu?" tanya Anne melihat kerutan halus di dahi Morgan.
"ponselmu"
"ponsel?"

"berikan ponselmu"
Anne beranjak dan mengambil ponselnya di nakas kemudian memberikannya pada Morgan "ada apa?"

Morgan tak menjawab. Satu persatu aplikasi komunikasi milik Anne dibukanya dan dicarinya obrolan yang mungkin terlihat janggal.

"kamu cari apa sebenarnya?" tanya Anne semakin bingung.
Morgan mengembalikan ponsel Anne lalu mengambil ponselnya sendiri. Memainkannya sebentar lalu menghadapkannya pada Anne.

Anne terkejut melihat rekaman dirinya yang tertangkap CCTV di kantin bersama seorang wanita.
"siapa wanita ini?"
"kau tak mengenalnya?" tanya Anne balik.

"aku mengenalnya?" ulang Morgan bingung "dia bukan teman kampusmu?"
Anne menggeleng.

"kenapa kamu menangis setelah bicara dengannya"
"aku tidak men-" ucapan Anne terputus saat rekaman CCTV selanjutnya memperlihatkan dirinya yang sedang mengusap air mata di lorong kampus. Anne tak tahu kenapa Morgan bisa mendapatkan rekaman ini yang merupakan privasi kampusnya.

"Morgan, kamu benar-benar tidak mengenalnya?"
"kenapa? apa dia mengatasnamakanku untuk air matamu?"
Anne mengangguk "sekali lagi aku bertanya, kamu tidak mengenalnya?"
"tidak. apa yang dia katakan padamu?"

"coba perhatikan lagi, kamu tidak merasa pernah melihatnya?"
Morgan menatap layar ponselnya dengan jeli "tidak, aku tidak ingat siapa wanita ini. Apa dia bilang hal buruk tentangku?"

PSYCHOPATH✔Where stories live. Discover now