8. Gangguan Penunggu Sekolah

184K 10.8K 549
                                    

Seperti biasanya, Siena sampai di sekolah masih pagi. Di kelasnya sudah ada dua murid yang datang.

Yang laki-laki dia ingat namanya Remi, pemuda yang kemarin dengan penuh percaya diri mengenalkan diri. Satu lagi murid perempuan, Siena belum tahu namanya. Mereka memang belum berkenalan. Dan Siena bukan tipe orang yang bersedia mengajak kenalan lebih dulu. Maka, dia tidak peduli tidak mengenal gadis itu.

Gadis itu duduk di kursi kedua dari belakang di barisan paling kiri kelas.
Siena terkesiap halus saat melihat di belakang gadis itu, di kursi paling pojok sesosok laki-laki berseragam sekolah mereka, menatap tajam tengkuk gadis itu.

Siena segera sadar, sosok itu sama dengan yang dia lihat di kantin. Pastinya itu bukan manusia hidup, karena wajahnya pucat sekali, bahkan bibirnya nyaris putih.

Suasana kelas memang masih temaram, karena sepagi ini matahari belum terlalu cerah. Secepatnya Siena mengalihkan pandangannya ke arah lain, lalu buru-buru duduk di kursinya.

"Aww! "

Teriakan kecil itu membuat Siena refleks menoleh ke arah gadis yang duduk di belakang tadi. Matanya membesar melihat mahluk di belakang gadis itu mulai mengganggunya. Mahluk itu menarik rambut gadis itu, lalu gadis itu seketika menoleh, tapi tentu saja dia tidak melihat siapa-siapa.

Remi yang juga sudah ada di kelas, duduk jauh dari gadis itu. Di barisan paling kanan kelas.

Mahluk itu mengusili gadis itu lagi. Dia membuat buku di atas meja gadis itu jatuh. Gadis itu terlihat semakin bingung. Dia memungut bukunya, mengembalikannya ke atas meja. Tidak mengerti bagaimana buku itu bisa jatuh padahal dia tidak meletakkannya di pinggir meja.

Siena melihat mahluk itu meniup pipi gadis itu. Seketika gadis itu mengusap pipinya dan matanya mulai terlihat ketakutan.

"Jangan ganggu dia!"

Bukan hanya Remi dan gadis itu yang terkejut mendengar teriakan Siena yang mendadak sudah berdiri menghadap gadis itu, tapi pandangannya ke belakang gadis itu.

Siena pun terkejut mendengar teriakannya sendiri. Seketika dia sadar, dia telah melakukan hal yang pasti akan dianggap aneh oleh Remi dan gadis itu. Keduanya masih melongo memandanginya terheran-heran.

Siena menatap sekilas gadis itu, lalu beralih ke Remi. Kemudian bergantian memandangi keduanya.

"Eh, maaf, semalam aku kurang tidur. Aku jadi ... masih agak kacau," ucap Siena, berharap itu cukup menjelaskan sikap anehnya tadi.

Tapi gadis itu malah berdiri dari duduknya, lalu berjalan cepat ke dekat Siena. Duduk di kursi di depan Siena yang masih kosong.

"Apa ... tadi ada yang gangguin gue? Gue tadi merasa merinding. Pipi gue dingin kayak ada yang niup. Terus buku gue mendadak jatuh. Gue jarang datang pagi masih sepi gini. Tapi hari ini terpaksa gue datang pagi karena gue belum ngerjain peer," kata gadis itu sambil memandang cemas kepada Siena.

"Nggak kok, nggak ada apa-apa," sahut Siena berbohong.

Dia tidak ingin orang lain tahu dia bisa melihat mahluk yang tidak terlihat. Hidupnya di sekolah ini bisa kacau kalau sampai mereka tahu.

Gadis itu malah menatap Siena curiga.

"Jangan-jangan ... tadi elo yang jatuhin buku gue?" Tiba-tiba saja gadis itu menuduh Siena.

Siena terbelalak. "Hei, dari tadi aku duduk di kursiku. Gimana bisa aku bikin buku kamu jatuh?"

"Siapa tahu lo bisa gerakin barang pakai pikiran lo?" kata gadis itu lagi.

Siena ternganga, lalu tergelak sesaat.

"Seriously? Kamu mengira aku punya kemampuan telekinesis? Jangan terpengaruh sama film yang kamu tonton. Ini kehidupan nyata, bukan film. Aku bukan mutan yang bisa mindahin barang cuma dengan memikirkannya," sahut Siena, berusaha tidak meluapkan emosinya sudah dituduh sembarangan.

Aku Tahu Kapan Kamu Mati (Sudah Terbit & Difilmkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang