13. Menuntut Penjelasan

157K 10.2K 462
                                    

Nala melangkah masuk melewati pintu pagar. Siena menutup pintu, lalu berjalan menuju teras berdampingan dengan Nala.

"Aku baru sadar kamu nggak naik motor. Biasanya kamu pulang pergi sekolah naik motor boncengin Flo," kata Siena, dia melirik Nala.

"Udah nggak ada yang perlu diantar dan dijemput lagi," jawab Nala singkat tanpa menoleh ke Siena.

Siena terdiam mendengar jawaban Nala itu. Sudah jelas sedalam apa rasa sayang Nala pada mendiang Flo.

"Sekali lagi aku ikut berdukacita atas kehilangan kamu," ucap Siena berusaha menunjukkan empati.

Kali ini ucapannya itu membuat Nala menoleh sejenak.

"Gimana rasanya bisa tahu kapan seseorang akan mati?" tanya Nala tiba-tiba. Mereka sudah hampir sampai teras. Nala berhenti dan menghadap Siena.

Siena terbelalak, tak menyangka akan diserang pertanyaan seperti itu.

"Sangat nggak enak. Kalau bisa milih, aku pengin nggak tahu. Tapi penglihatan itu muncul begitu aja nggak bisa aku cegah," jawabnya.

"Kamu tahu, aku merasa Flo berubah sejak kedatangan kamu, sejak kamu jadi teman sebangkunya. Dia jadi pemarah, mudah tersinggung, gampang curiga. Padahal sebelumnya Flo seorang yang selalu berpikiran positif dan ceria. Dia punya banyak cita-cita. Semangatnya tinggi. Tapi semua meredup sejak ketemu kamu."

Siena mengernyit.

"Kamu nyalahin aku atas semua perubahan Flo itu?"

"Karena aku merasa Flo berubah sejak kamu menemuiku hari itu dan aku tahu kamu teman sebangku Flo yang baru."

"Jadi, kamu percaya apa yang dibilang orang, aku ini pembawa sial? Lalu kenapa kamu berani ke sini? Kamu nggak takut nanti jadi kena bencana gara-gara berada di dekatku?" tanya Siena langsung to the point.

"Aku nggak takut sama kamu. Flo mungkin bisa terpengaruh sama kamu, tapi aku nggak akan. Aku datang ke sini demi tahu kebenaran apa yang sebenarnya terjadi sama Flo. Kamu harus ceritain yang sejujurnya ke aku."

Siena menghela napas.

"Duduk dulu. Di teras aja ya. Soalnya, aku nggak mau ibuku dengar apa yang kita omongin nanti," kata Siena, mempersilakan Nala duduk di kursi yang tersedia di teras.

Nala duduk di salah satu kursi.

"Aku masuk dulu. Menyapa ibuku, ganti baju sebentar dan bawain kamu minuman," kata Siena lagi. Tanpa menunggu jawaban, dia bergegas masuk ke rumahnya.

Selama sepuluh menit Nala menunggu, Siena muncul sudah berganti pakaian celana katun warna moka sepanjang betis dan kaus longgar berwarna putih dengan gambar boneka beruang berpita di bagian depan.

Untuk sesaat Nala tertegun melihat penampilan Siena yang berbeda dengan saat di sekolah. Dia tak menyangka, gadis semisterius Siena punya sisi manis, memilih kaus bergambar cute.

Siena meletakkan segelas sirup jeruk dingin ke atas meja di samping Nala duduk.

"Minum dulu, kamu pasti haus," kata Siena.

Nala mengambil gelas itu dan meminum beberapa teguk.

"Terima kasih," ucapnya kemudian.

"Sama-sama," sahut Siena.

"Sebelumnya, aku minta maaf tentang kabar kamu sudah tahu Flo akan celaka. Kata-kata itu terucap begitu aja sewaktu aku bilang maaf ke orang tua Flo karena nggak bisa jagain Flo," kata Nala lagi.

Alis Siena sedikit terangkat. Dia tidak mengira Nala mau mengucapkan permintaan maaf.

"Nggak apa-apa. Itu bukan fitnah, itu benar. Aku memang mendapat penglihatan Flo akan celaka sejak pertama kali melihatnya. Aku sudah merasa menyesal saat itu, tapi nggak bisa berbuat apa-apa. Tadi kamu tanya kenapa aku nggak ngingetin Flo, karena sangat nggak etis bilang ke seseorang dia bakal celaka. Itu bisa bikin dia drop duluan dan ketakutan. Tapi paling pasti, orang itu nggak akan percaya dengan yang aku bilang," sahut Siena panjang lebar.

Aku Tahu Kapan Kamu Mati (Sudah Terbit & Difilmkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang