[6] Dara

3.4K 203 2
                                    

"Kak Zeno itu keren banget ya" ucap Dara senyam-senyum sendiri sembari melihat ponselnya. Berulang kali Melly mendengar perkataan itu di jam kosong fisika di hari jumat ini. Lagipula, dari tadi Dara hanya mondar-mandi di instagram milik Alzeno itu. Melly menghela napasnya, dia mengangguk dan tersenyum menatap Dara.

"Iya keren" ujar Melly yang disambut oleh cubitan di pipi Melly dari Dara. Ia begitu gemas, Melly memang sahabat terbaik yang ia punya.

"Sakit ish! Dara!" Melly mencoba menyingkirkan tangan sahabatnya itu dari pipinya. Namun, Dara malah semakin gemas saja mencubitnya. Sepertinya dia hari ini sedang senang, mungkin karena kak Zeno? Sebab, Melly meminta pacarnya itu untuk bersikap baik pada Dara dengan alih-alih sahabatnya. Dia tidak tega melihatnya terlalu bersemangat mengejar kakak kelas yang merupakan pacarnya. Namun, dia tak berpikir bahwa jika Dara mengetahuinya, itu akan lebih membuatnya jatuh.

"Hari ini gue traktir makan bubur ayam bang maman! Yeya!" Ucap Dara mengepalkan tangannya ke udara sembari tersenyum riang karena kak Zeno membalas pesannya dengan cepat dan berbeda dari biasanya. Kak Zeno sedikit lebih terbuka? Ah, Dara senang akan hal itu. Mungkinkah kak Zeno menyukainya?

"Gue bingung bang maman itu siapa, kadang dipanggil mang, bang, pak, dan dia juga gak jelas siapa" Melly meneguk air mineral yang ia beli sebelum berangkat sekolah tadi. "Dan dia kadang jualan mie ayam, bubur, ayam goreng, pokoknya gak jelas"

"Se gak jelas hati gue yang lagi berbunga-bunga ini, kok kak Zeno rada aneh ya?" Dara mengetuk-ngetukan tangannya ke meja. Lalu Melly hanya tersenyum menanggapi. Seandainya Dara tahu apa yang terjadi, akankah persahabatannya musnah?

Rasanya Melly tak bisa melepaskan keduanya. Dara, Zeno, Melly harus mencari cara agar semuanya baik-baik saja seperti sebelumnya.

"Gak usah dipikirin Dar, mungkin sebenernya dia emang ramah sama lo cuman gak mau nunjukin aja"

"Ah iya!"

Maaf Dara.

-

Hari ini Arga sedikit tidak bersemangat, entah karena klub basketnya yang mulai tidak jelas, atau karena ayah dan ibunya yang bercerai? Arga tidak tahu, ia hanya ingin meminum segelas es jeruk hari ini. Dia duduk di bangku kantin, melihat seorang gadis yang tersenyum dan melambaikan tangannya kearahnya.

Seketika Arga ikut tersenyum pula.

Gadis itu berjalan cepat lalu duduk dihadapannya. Arga mengelus puncak kepalanya membuat gadis itu mendengus. Meskipun begitu, dia memberikan Arga paperbag yang entah berisi apa.

"Ini apaan?" Tanya Arga mengambilnya lalu membuka paperbag itu.

"Hadiah, lo ulang tahun 'kan? Gue kira dulu lo lahir dari hidung kali" ucap Dara terkekeh. Arga menatapnya lembut, entah kapan ia sadar bahwa gadis ini manis juga. Meski terkadang cuek dan galak, Dara terlalu periang.

Arga mengangguk "Makasih, Dar"

"Yo, selamat ulang tahun Arga cabe-cabean" ucap Dara lalu berlalu menghampiri Melly yang sedari tadi mengantri makanan di kantin sedangkan Dara malah enak-enakan duduk bersama pemuda disana. Tapi setidaknya Melly bisa lega, mungkin pemuda itu salah satu jembatannya agar Dara melupakan Zeno pelan-pelan. Melly akan membuat rencana.

Dan alhasil, hal ini akan semakin rumit sejalan dengan waktu.

-

"Drama kita tinggal beberapa minggu, latihan yang semangat oke!" Ucap kak Zeno yang sedari tadi ditatap Dara yang duduk sembari menopang dagunya. Ah, kak Zeno memang yang terbaik. Merasakan dingin di pipinya, Dara menoleh melihat Arga yang menempelkan minuman kaleng di pipinya. Dara menjambak rambut Arga, seketika Arga meringis.

"Sakit bocah" ucap Arga memberikan minuman kaleng itu untuk Dara. Tanpa basa-basi, Dara menerimanya lagipula dia sedang haus.

"Makasih loh, eheheh"

"Udah hafal teksnya?" Tanya Arga meneguk minuman kaleng sedangkan Dara menggeleng. Dia belum terlalu hafal teks dramanya. Dara terlalu asyik berselancar di akun milik kak Zeno. Aish. Dia bahkan sebenarnya malas menghafalkan teks dan bahkan berdrama di depan panggung nanti.

Arga terkekeh "Udah hari keberapa ini masih belom hafal juga, kebanyakan makan micin sih"

"Jangan bawa-bawa micin ke dalam masalahnya ini, nyatanya micin gak salah"

"Berarti yang salah siapa?"

"Gue"

"Nah"

Arga beranjak, dirinya mengambil perekam suara di tasnya dan memberikannya pada Dara. Gadis itu tersenyum, mengapa ia tak berpikiran untuk merekamnya dan mendengarkannya setiap hari. Yah, jika bukan karena bertemu kak Zeno setiap hari, Dara juga tidak akan masuk ke dalam drama ini.

Dan sebaliknya, jika tidak karena taruhan, Arga tidak akan masuk ke dalam pertunjukan drama yang memang dia sama sekali tak tertarik untuk menjadi bagian drama sekolah.
Tapi setidaknya, tanpa sadar keduanya mulai terbiasa dan senang melakukannya.

Yang satu karena bertemu kakak kelas.

Yang satu karena seorang gadis periang yang senyumannya manis macam anak kecil.

-
Duh, masih belom jelas ya konfliknya.

DS : Be a Selebgram [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang