[19] Putus?!

2.8K 160 5
                                    

"Gimana kalo kita makan es krim di pinggir jalan? Kaya gaya pacaran Dara sama Arga, manis gitu." Kata Melly sesekali melirik Zeno, sesekali melirik ponselnya. Dirinya tengah mencari tempat yang bagus untuk pergi bersama Zeno akhir pekan begini.


Zeno terkekeh. "Kenapa harus kaya Dara sama Arga? Kita ya kita."

Melly tersenyum sumringah, mengapa berpaling ke Angga hanya karena cowok itu kembali? Angga bahkan tidak pernah memperhatikannya sedetail ini, membuatnya bahagia sejauh ini, ataupun memikirkan Melly di detik ini. "Kita? Emangnya kita kaya gimana?"

Zeno tersenyum lembut, menarik tangannya mengajaknya pergi dari bangku cokelat itu. "Gimana kalau kita ke perpustakaan terus buat keributan kaya waktu itu?"

Sembari berjalan Melly tertawa, tangan keduanya masih saja bergenggaman. "Waktu itu kapan? Itu 'kan karena kita berantem, jadinya bikin keributan, kali ini 'kan enggak."

"Yah dicoba aja, siapa tau ribut."

"Oh jadi maunya kita ributan?" Melly menghentikan langkahnya membuat Zeno salah tingkah. Duh, salah ngomong lagi deh anak ini.

"Bukan gitu, maksudnya itu, duh udahlah ayo pergi nonton aja." Ajak Zeno dan Melly hanya mengangguk. Lagipula sudah lama mereka tidak menonton bioskop bersama. Filmnya juga sedang bagus-bagus, lumayan 'kan kalau ditraktir Zeno?

"Motornya kemana sih?"

"Ada di rumah."

"Kenapa enggak dibawa?" Tanya Melly, akhirnya mereka berjalan berdampingan. Bukan Melly yang berada di belakang dan ditarik sana-sini macam tadi.

"Kalo naik motor jadinya cepet nyampe, enggak bisa lama-lama di jalan barengan kita." Dan ucapan kecil itu membuat Melly rasanya ingin senyum setiap hari. Benar-benar setiap hari sungguhan. Apalagi Zeno yang mengucapkannya sembari tersenyum padanya. Meleleh sudah ia.

"Bilang aja mau irit bensin 'kan?"

"Itu namanya menjaga lingkungan sayang." Kekeh Zeno, mengelus kepala gadisnya padahal stasiun ramai begini. Melly membenarkan rambutnya, mengambil ponselnya dan memotret beberapa foto untuk diupload di media sosialnya. Lagipula kini mereka berdua tidak lagi menutupi hubungan mereka. Seharusnya sejak dulu seperti itu, agar Dara pun baik-baik saja dan tidak akan mengejar-ngejar Zeno macam kemarin.

"Besok senin, kita sebentar aja perginya oke?"

"Iya." Angguk Melly, dan suara kereta membuat mereka bergegas pergi. Dan hari itu, sepertinya membahagiakan sekali untuk keduanya. Melly dan Zeno. Yang keduanya pernah melakukan kesalahan yang menyesalkan.

-


Arga❤️
Bisa ketemuan? Di taman deket rumah lo aja.

Dara
Bisa >-<

Dara segera melepaskan tangan dari ponselnya. Bergegas mengganti pakaian yang rapih, menyisir rambutnya, tersenyum sendiri di depan kaca, dan intinya semua hal yang biasa dilakukan gadis saat bertemu orang yang disukainya.

Gadis itu mengambil tas kecilnya, berjalan riang. Padahal tidak biasanya Arga menyuruhnya untuk bertemu di taman. Biasanya Arga menjemputnya, atau paling-paling menyuruhnya menunggu di parkiran sekolah. Beberapa hari ini, cowok itu memang sedikit berbeda.

"Apa Arga mau kasih kejutan ya di taman?" Dia menggumam, berjalan riang sekali bagai tanpa beban. Rasanya senang, kalau-kalau Arga memberinya sebuket bunga mawar yang harum. Oh, atau sebuah kado besar yang berisi foto-foto mereka. Ah melamunkan itu rasanya menyenangkan sekali.

Mata gadis itu menelisik, mencari-cari seorang pemuda. Kekasihnya.

Berjalan sedikit, Dara celingak-celinguk tak kunjung menemukannya. Hingga ia melihat di bawa pohon besar, seorang pemuda duduk disana. Nampak seperti Arga.

"Kagetin ah." Dara berjalan pelan, pelan sekali agar tidak ketahuan. Senyumnya terus mengembang, ia rindu Arga selama beberapa hari tak bertemu. Hingga ia berdiri di belakangnya kini, menutup mata pemuda itu dengan kedua tangannya.

"Coba tebak ini siapa?"

"Lily?"

"Lily? Siapa? Lo ada simpenan lain ya Arga?!" Teriak Dara, melepaskan tangannya. Pemuda itu menoleh, baru saja Dara ingin memarahinya tetapi terhenti. Itu bukan Arga. Sial. Aduh, mau taruh dimana wajahnya kalau salah orang begini?

"Lo siapa?" Tanya Dara.

Pemuda itu terkekeh. "Harusnya gue yang tanya lo siapa, denger ya gue daritadi nunggu orang dan lo malah bercanda."

"Gue enggak bercanda ya! Gue lagi nyari orang dan kebetulan lo mirip sama dia, jadi ya--"

"Lo salah orang."

Dara mendengus kesal. "Iya tau, gue tau kalo salah orang, ternyata lo enggak mirip sama sekali sama dia."

"Iyalah jelas gue itu lebih ga--"

"Dara!" Keduanya menoleh. Yang satu karena merasa namanya dipanggil, yang satu karena yang satunya menoleh mendengar teriakan. Dara tersenyum lebar, ini dia Arga. Kemana saja sih, sampai-sampai salah orang begini 'kan jadinya.

"Oh ini cewek lo toh Ga?" Tanya pemuda itu menatap Arga sembari tersenyum penuh arti.

"Iya." Ujar Arga tersenyum sama sepertinya. Arga menepuk bahu pemuda itu, membuat Dara bingung sendiri. Ini siapanya Arga sih? Kok kelihatan akrab begitu?

Arga menarik tangannya, padahal dia masih kebingungan. "Gue pergi dulu yon."

Dara hanya diam, mengikuti langkah Arga di depannya. Lagipula pemuda itu menarik tangannya sekarang, mana bisa ia tidak mengikutinya? Apa Arga akan membawanya ketempat romantis yang sudah ia siapkan? Oh, atau Arga ingin memberinya kejutan? Eh tapi ini 'kan bukan hari apa-apa.

Arga melepaskan genggamannya. Bukan, bukan di tempat romantis yang seperti Dara kira. Ini hanya taman biasa, dengan bangku biasa yang bahkan catnya sudah luntur parah. "Gue mau ngomong sesuatu."

Entah mengapa rasanya berdebar sekali. Apa Arga benar-benar akan memberinya sesuatu? Ah senangnya. Dirinya tidak bisa menahan senyumnya, daritadi macam boneka yang sudah dijahit mulutnya sampai tersenyum terus-terusan begitu.

"Lo mau ngomong apa?" Tanya Dara masih dengan senyum cerianya. Wajahnya berseri-seri sekali. Rasa-rasanya Dara terlalu percaya diri. Terlalu berharap dihadiahi. Hati-hati.

"Arga? Mau ngomong apa sih?" Tanyanya sekali lagi, Arga tersenyum dipaksakan.


















"Kita putus ya?"










-
Kenapa aa Arga? Udah milih aku drpd Dara? Asik.

DS : Be a Selebgram [END]Where stories live. Discover now