[12] Menyelamatkan

3.3K 205 0
                                    

Hari ini semuanya sudah siap dengan kostum dramanya masing-masing, meskipun terlihat nampak gugup semuanya bercanda ria dan mengobrol. Dan, terlihat jelas beberapa dari mereka masih menjauhi Dara akibat kesalahannya. Padahal 'kan sekarang kostumnya sudah baik-baik saja, Dara sudah memperbaikinya kok meski dengan bantuan Arga juga sih.

Ah mengingat itu, Dara harus secepatnya mengganti uang pemuda itu yang sudah ia gunakan untuk mengganti kostum yang robek dan kotor.

Kali ini Arga menghampiri gadis itu, dengan kostum prajuritnya yang membuatnya nampak gagah sekali. Ah, cocoknya ia. Arga menepuk puncak kepala gadis itu pelan, membuat Dara mendongak dan bangun dari duduknya. Tersipu, Arga ternyata tampan juga.

"Ganteng ya?"

"Iya"

"Jangan sejujur itu juga kali ah bocil," ujar Arga sembari tersenyum membuat Dara menyengir. Lagipula dia memang mempesona kok, untuk apa Dara berbohong.

"Semuanya kumpul dulu buat doa, sebentar lagi acaranya dimulai, inget ya jangan keluar dari naskah," perintah Zeno membuat semuanya membuat bundaran dan berdoa bersama. Yah, setidaknya Zeno telah berusaha untuk semuanya.

"Semangat ya," ujar Zeno seusai berdoa, dan drama dimulai. Zeno melirik ke Dara sebentar, melihat gadis itu yang tengah tersenyum menatap Arga.

Apa yang Zeno pikirkan tiba-tiba?

"Dara, kamu udah harus ke panggung," ujar Zeno tiba-tiba menghampirinya dan membuat Dara mengangguk. Padahal Dara juga sudah tahu, dan hanya ingin bicara pada Arga sebentar. Gadis itu segera pergi meninggalkan kedua pemuda yang larut dengan pikirannya masing-masing.

-

"Heh! Buruan cuci bajunya, kelamaan tau enggak sih!" Dara berperan cukup menghayati, atau memang sebenarnya ia suka memarahi orang seperti itu. Entahlah, yang jelas kini si cinderella tengah dimarahi oleh Dara.

Valerie yang berpenampilan lusuh karena tengah memerankan cinderella itu sebenarnya jengah juga. Tapi, ini demi bisa berdansa dengan kakak kelasnya yang bernama Zeno. Oh, siapa yang tak menyukai Zeno yang sempurna itu. Ganteng, tinggi, pinter, terkenal, baik pula. Duh, jadi senyam-senyum sendiri.

Dara yang melihat Valerie pun kembali memarahinya, meski tidak ada dalam naskah. Karena sepertinya Valerie terlalu banyak melamun dan itu sangat tidak baik untuknya.

Melihat itu, Zeno sedikit menyunggingkan senyum di bibirnya. Dara memang bersikap profesional, tidak seperti yang ia kira. Oke, memang alasan pertamanya adalah karena Zeno sendiri namun, ia menghayati perannya sendiri meski Zeno tahu pasti awalnya ingin jadi cinderella.

Arga menatap Zeno tidak suka, entah mengapa saat melihatnya tersenyum menatap Dara, Arga jadi was-was sendiri. Pasalnya, Dara pasti belum bisa berpaling dari Zeno. Dan hubungan Zeno dan Melly pasti sedang merenggang karena masalah ini. Oke, sok tahu sekali pemuda bernama Arga itu. Minta digampar sepertinya.

"Jangan natap Dara, gue enggak suka" ucap Arga terang-terangan kepada kakak kelasnya itu. Ah, Arga begitu manis.

"Emang 'lo siapanya?" Tanya Zeno. Gotcha! Maaf ya Arga sepertinya semesta sama sekali tak mendukung perkataanmu tadi. Zeno terkekeh pelan melihat tingkah adik kelasnya, dan menepuk bahu Arga.

"Gue enggak bakal suka dia," ujar Zeno membuat Arga mendecih pelan, tidak mungkin. Arga mengurungkan niatnya untuk berbicara karena ini gilirannya dan Zeno untuk memasuki panggung sedangkan tanpa sadar, Dara memperhatikan mereka berdua.
Lebih tepatnya, Arga.

-

"Saya berterimakasih sama kalian semua yang udah berpartisipasi," Zeno berucap dengan begitu wibawanya. Sial, kalau begini sih Dara susah sekali untuk berpaling. Habisnya, kak Zeno itu begitu menyilaukan.

Tidak Dara, tidak. Setelah drama selesai, semuanya juga selesai. Termasuk perasaan Dara kepada kak Zeno. Dan tidak ada lagi hal yang akan membuat Dara melihat kak Zeno.

Setelah selesai berbicara, semuanya diperbolehkan pulang ataupun entah terserah mereka mau kemana. Zeno melihat seorang gadis, yang nampaknya terhanyut dalam lamunannya sebab ia masih berdiri disana tanpa bergerak. Menghampirinya, Zeno menepuk bahunya membuat Dara menengok pelan.

"Oh kak, kenapa?"

"Enggak, udah waktunya pulang kamu enggak pulang? Mau pulang sama saya?" Ajak Zeno dan Dara hanya terdiam mencerna perkataan kakak kelasnya. Pulang? Sama kak Zeno? Enggak mungkin. Batinnya.

"Dia pulang sama gue" Arga yang tiba-tiba menarik lengan Dara membuat Zeno mengerdikkan bahunya. Yah, bagus juga sih, ia jadi tidak mengeluarkan tenaga untuk mengantar gadis itu pulang.

Zeno menghela napas pelan, kemudian mengganti pakaiannya dan segera pulang.

-

"Arga, makasih ya"

"Buat?"

"Buat apa susah, buat apa susah, susah itu tak ada gunanya. Disini senang, disana senang, dimana-mana hatiku senang," jawab Dara membuat Arga terkekeh pelan.

"Basi 'lo kerupuk udang"

"Yeu, niat ngelawak doang dikatain" Dara mendengus, membuat Arga semakin gemas melihatnya. Pasalnya, Dara nampak lucu saat kesal begitu. Tidak mungkin Arga akan melepasnya begitu saja. Dia hanya harus berjuang lebih keras lagi 'kan untuk mendapatkan hati gadis ini?

Tentu saja, tidak ada yang tidak mungkin.

"Arga bengong sih, kesambet gue tinggal bodo" Dara meninggalkannya membuat Arga mengejarnya sembari terkekeh. Ah setidaknya, jangan biarkan Zeno menyukai gadis ini juga.
Sebab, Arga tidak tahu Dara benar-benar sudah pergi atau masih berlabuh.

Dia kembali menghela napasnya, entah mengapa kedua pemuda itu sama-sama menghela napas hari ini. Yah, saya juga tidak peduli.


-
Gotcha! Hai Arga sayang, makanya sama saya aja jangan sama Dara.


DS : Be a Selebgram [END]Where stories live. Discover now