[25] Merelakan (1)

2.4K 148 0
                                    

"Gue mau ngomong,"

"Lo udah ngomong Angga."

Angga terkekeh, dia mengambil napas banyak untuk mengatakan semuanya pada Dara. Ini keputusannya, mungkin setelah dinasehati oleh seseorang.

Dara melambaikan tangannya di depan wajah Angga. "Lo jadi ngomong enggak?"

Angga tersenyum dan mengangguk. "Iya, gue cuman mau minta maaf atas apa yang udah gue lakuin ke lo selama ini Dar."

"Itu 'kan masa lalu kita bertiga, lo punya masalah lebih besar sama Melly." Ujar Dara menopang dagu dengan tangannya.

"Bukan." Angga menggeleng. "Semua kekacauan lo sama Arga, gue yang atur semua itu, semua kekacauan lo, Melly, Arga, dan bahkan Zeno enggak lepas dari campur tangan gue."

Dara terkejut, gadis itu membenarkan posisi duduknya seperti mengintimidasi Angga yang menunduk menatap kopi panasnya di cuaca yang dingin begini. Dara, menunggu ia berbicara.

"Gue waktu itu pernah ngirim foto Arga sama cewek lain, itu sebenernya beda cerita, Arga eng--"

"Foto? Yang mana?"

"Lo enggak pernah dapet pesan dari nomor enggak dikenal? Itu foto Arga." Jawab Angga dan Dara menggeleng, dia mengetuk-ngetuk dagunya mencoba mengingat-ingat apakah ia pernah mendapatkan pesan dari nomor tak dikenal.

Ah! Iya! Dara ingat sekarang. "Waktu itu gue suruh orang lain yang buka karena gue pikir itu prank dari temen usil, dan gue minta dia hapus."

"Pantes."

Dara menampilkan senyumannya. "Mau lanjutin omongan lo enggak?"

Angga mengangguk. "Gue sengaja dateng ke rumah lo lebih cepet waktu lo ulang tahun karena gue tahu kalo Arga bakal dateng, gue tahu dia cuman bercanda waktu ngajakin putus."

Dara menarik rambut Angga. "Lo bener-bener ya Ngga."

"Sakit Dar, woi!" Angga mencoba melepaskan tangan gadis itu yang menariki rambutnya. Dara tertawa dan melepaskan tangannya. "Maaf ya."

Angga menghela napas. Dan yang terakhir yang ingin ia jelaskan pada Dara. "Gue undang Arga kesini."

Sontak tawa Dara terhenti. Dia melirik kesana-kesini mencari cowok tinggi yang gantengnya sangat-sangat itu. Wah, Angga memang pencari gara-gara saja. Sudah minta maaf malah nyari ribut.

"Mana?"

"Sejak tadi dia duduk di bangku sebrang kita, dan gue bilang ke dia kalau gue sama lo lagi date."

"Sialan, Angga." Serapah Dara dan Angga tertawa melihat gadis itu panik segera mengambil ponsel, earphone, dan segala macam yang ada di meja lalu menghampiri pacar kesayangannya itu. Biarlah dia yang menyelesaikannya sendiri. Setidaknya terakhir kali Angga menganggu hubungan mereka.

Ah, Angga harus berterimakasih pada seseorang yang menasehatinya meskipun dia sudah disakiti berulang kali oleh Angga.

Melly.

[]

DS : Be a Selebgram [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang