[14] Perpecahan

3K 189 3
                                    

"Angga balik! Gue seneng banget jadi orang pertama yang tau dia balik ke Jakarta," Melly berteriak kegirangan, ini sangat berbanding terbalik dengan keadaan akhir-akhir ini dimana biasanya Dara yang selalu berteriak soal apapun disaat hatinya tengah kegirangan.

Dara tersenyum pelan, tahu bahwa sebenarnya bukan Melly orang pertama yang mengetahui Angga kembali. Bahkan, cowok itu terlebih dahulu memberi kejutan tidak jelas ke rumahnya. Kini, Dara merasa berada di posisi Melly saat ia menyukai kak Zeno, dan Melly berada di posisinya yang begitu tergila-gila.

"Kok diem aja si Dar, kita 'kan udah baik-baik aja, lagipula Angga bakal sekolah disini! Gue seneng banget pokoknya gue tuh haru--"

"Lo masih suka dia?" Dara memotong ucapan Melly yang tiba-tiba terdiam akan pertanyaan kecil tersebut. Melly tentu tidak bisa menjawabnya. Jika ia menjawab ya, maka sudah bisa dipastikan dia terlihat sudah tidak menyayangi Zenonya. Namun, jika tidak ia munafik tidak menyukai Angga. Bertahun-tahun rasa itu tumbuh dan terus berkembang meski terkadang sempat layu. Namun, entah mengapa Melly suka Angga dan tidak mau melepas Zeno?

Egoiskah ia?

"Mel?"

"Iya, gue suka dia. "

"Terus kenapa lo terima gue?" Bukan, tentu saja bukan Dara yang berucap seperti itu. Karena ia juga terkejut akan kedatangan Zeno yang tiba-tiba dan asal menimbrung saja kedalam pembicaraan mereka berdua. Melly menatap pemuda itu, takut kehilangan namun ia tahu itu malah semakin menyakitkan Zeno.

"G-gue cuman--"

"Cuman apa Mel!"

"Kak!" Dara meninggikan suaranya sama seperti Zeno meninggikan suaranya pada Melly. Dara tahu, Zeno menyayangi Melly, sayang sekali dan karena itu ia marah saat tahu Melly mengkhianatinya seperti ini. Dara tahu, seharusnya ia senang dong kalau kak Zeno kesayangannya lepas dari Melly? Tapi mengapa tidak bisa? Mengapa seolah Dara takut Melly menyesal masih menyukai Angga dan akan melepas Zeno?

"Saya minta maaf kak udah ikut campur, tapi tolong kakak ngerti kalo Melly tuh enggak pernah niat sekalipun buat mainin siapapun,"

"Lo suka gue 'kan Dar?" Zeno menatap dingin pada Melly yang kini nampak sendu dan tak tahu harus berkata apa. Dara yang ditanya itu pun terkejut karena tiba-tiba kak Zeno kesayangannya yang selalu baik hati dan ramah ini mendingin dan cuek sekali.

"I-iya kak," jawab Dara.

"Kalo gitu, lo pacar gue sekarang dan bilang sama orang di samping lo itu jangan kenal gue lagi." Zeno pergi meninggalkan mereka berdua setelah berbicara hal yang membingungkan bagi Dara.

Melly melemas, dia duduk begitu saja dan tak kuasa menahan tangisnya. Dara menghampirinya, menepuk bahunya mencoba menenangkannya.

Aneh, bukannya Dara seharusnya senang jadi pacarnya kak Zeno?

Mengapa, mengapa Dara malah tidak suka dengan situasi begini? Mengapa?

-

"Hai pendek!" Arga mengacak rambutnya pelan, dan tersenyum cerah kepada Dara yang lesu keluar dari gerbang. Melly bilang ia ingin sendiri, biasanya Melly tidak pernah seperti itu.

"Ey, lo kenapa?" Arga memberhentikannya dan membuat Dara mendongak menatapnya lalu tersenyum kecil dan berkata bahwa ia tidak apa-apa. Arga tahu, ada sesuatu pada gadis kesayangannya ini yang membuatnya tidak ceria seperti biasanya.

Ah!

Ia ajak saja Dara pergi dan meluapkan amarahnya. Pemuda itu segera menarik tangannya, menuju parkiran sekolah untuk mengajaknya pergi dan tertawa bersama. Arga tidak suka, ada yang membuat gadisnya sedih seperti ini. Arga tidak suka.

"Arga! Mau kemana?" Dara sedikit meenggerutu namun Arga hanya terkekeh pelan membuat Dara malah semakin kesal dengan pemuda berparas rupawan ini.

"Ikut aja sayang, kita cari gulali." Arga senyam-senyum sendiri dan Dara pun hanya mengangguk. Arga memang yang terbaik. Dara sedang ingin gulali saat ini dan Arga benar-benar tahu apa yang Dara inginkan. Beruntungnya ia punya Arga dalam hidupnya.

"Sayang? Dia punya gue," Zeno menarik tangan Dara yang satunya membuat Arga menatapnya sinis. Cih, siapa yang bilang waktu itu bahwa ia tidak akan suka dengan Dara?

Munafik, Zeno benar-benar membuatnya kesal. Tidak peduli ia kakak kelasnya, dia benar-benar membuatnya tak karuan. Berani-beraninya Zeno mengklaim Dara miliknya?

"Punya lo? Terus Melly?"

"Jangan ungkit lagi," jawab Zeno menatapnya dingin, ia benar-benar berbeda dari biasanya. Bukan kakak kelas kesayangan Dara lagi, yang ramah dan baik hati. Bukan. Dara tidak tahu, Dara lebih menyukai Arga yang sekarang menatapnya hangat. Yang selalu membuatnya tersenyum.

Mengapa?

Bukannya Dara menyukai Zeno?

"Ungkit? Sorry bro, she is mine." Ujar Arga lalu menepis tangan Zeno dari Dara dan membawa gadis itu pergi membuat Zeno kesal setengah mati. Dia benar-benar harus mendapatkan gadis itu sekarang juga.

Zeno tidak mau tahu.

-
Ehe.

DS : Be a Selebgram [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt