Prologue

65.7K 6.8K 2K
                                    

Lee Soyeon memangku pipi kanannya ke tangan. Waktu terasa lamban dan seolah-olah mati. Kini ia berdecak.

Pandangannya terpatri pada ribuan daun maple yang terhempas ke tanah. Dari lantai lima, terpampang pelataran universitas Seoul yang bertransformasi menjadi lahan merah. Mengingat sekarang merupakan pekan awal musim gugur.

Untuk kesekian kalinya Soyeon menguap bebas. Dalam kurun waktu satu jam, ia menguap 15 kali.

Mendengar ceramah profesor Jung di muka kelas sama saja seperti memaksanya menonton ribuan cuplikan kartun beruang saat dua teman beruangnya tidak fasih mengatakan 'annyeonghaseyo'.

Well, pada hari-hari tertentu, duduk di samping jendela membantunya membunuh titik jenuh.

Berbicara tentang bosan, seketika suara Park Eunjo melayang-layang di kepala membuatnya tersenyum.

Eunjo selalu bilang; fungsi otakmu bisa rusak jika terlalu sering belajar.

Jika dipikir kembali, itu benar.

Sekarang bagaimana nasib Eunjo?

Senyum Soyeon memudar saat mendengar dosen membosankan itu mendengking, disusul suara benda yang beradu dengan meja.

"Hey you."

Semua mata kini tertuju pada mahasiswa yang duduk sejauh dua baris ke belakang dari kursinya.

Tidak heran. Lelaki itu masuk dalam kategori hobi menyulut kontroversi. Namun ketika tertangkap, suaranya persis seperti cicitan tikus putus harapan di mulut serigala. Kalau boleh jujur, itu benar-benar memilukan.

"Y-yes, Sir?" tanyanya tergagap.

"What are the major types of ESP?" Dosen itu bertanya dengan nada menuntut, lalu menimpali, "Get out of my class if it fails!"

Soyeon tidak dapat menangkap situasi. Pikirannya kosong. Kemudian detik berikutnya ia mengetahui alasan dosen itu murka. Rupanya, lelaki itu baru saja berbuat keisengan pada yang lainnya hingga aktifitas kelas terganggu.

Pemuda itu hanya membuka mulut, menutup, membuka lagi tanpa mengeluarkan kata-kata.

Bola mata Soyeon berputar enggan. Hah, terulang lagi. Batinnya. Si tolol itu benar-benar deh.

Setelah itu Soyeon menuliskan sesuatu pada selembar kertas. Soyeon memberi kode samar melalui gerakan kepala beserta suara mendesis.

Saat diam-diam lelaki itu menangkap kodenya, segera ia mengangkat kertasnya sedikit.

Lelaki itu mulai berbicara sambil melirik kertas Soyeon hati-hati, "Telepathy, Clairvoyance, Precognition, Retrocognition, Mediumship, Psychometry."

###

"Gila! Sekali lagi tuan puteri Lee menyelamatkanku." Joo Won Jae melompat duduk ke meja Soyeon dan bertepuk tangan setelah profesor Jung meninggalkan kelas.

Soyeon memutar bola mata sambil memasukkan bukunya ke tas kanvas. "Yeah, poin plusnya, lidahmu cukup fleksibel membaca alfabet."

Won Jae tersenyum polos seraya mengulurkan lengan untuk berjabat tangan. "Senang bekerjasama dengan anda."

Soyeon tidak menghiraukan itu. Pelan-pelan Won Jae melipat jemarinya. Tak sedikit pun merasa malu.

"Aku tidak mengerti kenapa otakmu sangat lancar?" gumam Won Jae penasaran sekaligus mengalihkan topik.

Jempol Won Jae mengacung ke depan wajah Soyeon. "Lee Gom genius jjang."

Lagi-lagi Soyeon tidak menggubris pria yang lebih mirip anak usia lima tahun daripada pria tukang onar. Singkatnya, Joo Won Jae mungkin sangat imut kalau bisa dijinakkan.

The Bastard, SweetyWhere stories live. Discover now