Pt. 8

11.9K 1.9K 351
                                    

Insiden tiga malam lalu, di mana ia keluar minum-minum dengan Wonjae membuat Soyeon menduga jika Taehyung masih marah.

Masih terngiang jelas Taehyung yang mengomel di telepon ketika ia tiba di rumah.

Kini sepanjang jalan menuju apartemen lelaki itu, ia sudah mencari ribuan kalimat jika lelaki itu menyerang dengan berbagai macam pertanyaan.

Secara literal bukan gayanya mencari alasan. Soyeon akan mengatakan semuanya dengan jujur. Hanya saja ia takut terlibat perdebatan panjang dengan lelaki itu.

Sejenak Soyeon menarik napas dan membuangnya seolah ada beban yang ikut terhempas. Telunjuknya menekan bel apartemen dengan gerakan ragu.

Meskipun Taehyung dengan sukarela memberitahu password apartemen, tetapi kali ini ia tidak bisa langsung masuk begitu saja.

Kalau dingat lagi, beberapa hari terakhir mereka juga tidak saling menghubungi karena pekerjaan Taehyung, terkait iklan maupun kegiatan milik Taehyung yang terus berdatangan.

Tak lama pintu terbuka. Taehyung berdiri di ambang pintu. Ekspresinya tak terbaca.

"Kau sibuk?" Soyeon mengawali dengan nada bimbang, bahkan ditelingannya sendiri. Lalu ia membasahi bibirnya sesaat dan mengangkat paper bagnya. "Aku membawakanmu makanan."

"Masuklah," kata Taehyung menggeser tubuhnya ke samping. Tangannya menahan pintu dan membiarkan gadis itu masuk terlebih dahulu.

Sewaktu mereka berada di ruang tengah, tiba-tiba Soyeon berbalik dan berujar pelan, "Malam itu...."

"Makanan apa yang kau bawa?" tanya Taehyung sebelum gadis itu menuntaskan kalimatnya. Lelaki itu bergegas ke dapur, mengambil sekaleng soda dan sebotol susu pisang dari dalam kulkas. Selanjutnya Taehyung mempersilakan gadis itu duduk berhadapan dengannya di meja dapur.

"Japchae," jawab Soyeon pendek dan jelas.

Sesaat mereka terdiam ketika Taehyung membuka kaleng sodanya.

Sementara Soyeon mulai berpikir. "Kim Tae, masalah kemarin—"

"Ah, tunggu sebentar." Lelaki itu beranjak dari tempat duduk, mencari sesuatu di sekitar kulkas dan lemari dapurnya.

Dari posisi ini Soyeon tak mampu memalingkan pandangannya sedikit pun dari punggung laki-laki di hadapannya yang kelihatan sibuk sendiri. Apa dia masih marah? Pikiran itu tercetus dalam benaknya.

"Aku tidak bisa menemukan sedotan susunya," gumam Taehyung masih mencari-cari. "Mungkinkah petugas toko lupa memasukkannya?"

Karena tidak berhasil menemukan apa yang ia cari, Taehyung kembali lagi ke hadapan Soyeon. Ia menyobek segel susu, lalu menyodorkannya pada gadis itu.

Soyeon menerima susu itu dengan lesu. "Terkait malam itu, maafkan aku. Bukan maksudku membuatmu marah, cemas, atau apa."

Taehyung hanya menjawab berupa anggukan kepala samar.

"Kau marah?"

"Tidak," sahutnya Taehyung sambil menggeleng kecil.

Soyeon menatap lamat-lamat Taehyung yang kini menerawang ke permukaan kaleng dalam genggaman lelaki itu, merenungi sesuatu sekaligus seperti sedang menghindari pandangannya.

"Kim Tae," ucap soyeon tak berdaya. "Kau bisa marah padaku. Aku bersalah. Maafkan aku."

Taehyung memejam sejenak dan menarik napas. Lalu menatap mata Soyeon secara langsung "Aku tidak marah."

"Aku tidak tahu harus bilang apa. Tapi kau berhak marah."

"Aku cemburu." Perkataan itu hanya berupa bisikan lemah. Begitu kata-kata itu meluncur ia juga sempat menyesal.

The Bastard, SweetyWhere stories live. Discover now