Fetish and Sigh

13.6K 960 27
                                    

Naruto sangat menyadari apa yang terjadi. Lari dari penjaga perpustakaan, dikatai Kiba dan membuatnya memukul kepala sahabat anjingnya itu, lalu lari menghindar hingga membuatnya menabrak seseorang. Pemilik mata sekelam malam. Naruto juga menyadari bagaimana tangan itu meremas pantatnya pelan, entah sengaja atau tidak, serta bibir mereka yang kini bertaut mesra. Naruto menyadari semua, namun tubuhnya terpaku tak bisa bergerak sebelum akhirnya teriakan kiba dan Shikamaru menyadarkan Naruto. Pemuda blonde itu sedikit menarik tubuhnya dari Sasuke hingga pertautan bibir mereka terlepas.
"Naruto, kau tidak apa-apa?" tanya Kiba sembari berjongkok menyamakan tubuhnya dengan Naruto.
"Maafkan kecerobohan temanku err tuan," Shikamaru meminta maaf pada Sasuke.
"Hn, bantulah temanmu berdiri."
Kiba dan Shikamaru segera membantu Naruto berdiri. Melihat Naruto yang sudah beralih dari atas tubuhnya, Sasuke pun segera berdiri sambil menepuk-nepuk celana bagian pantat dari debu yang menempel.
"Ma..maafkan aku," ujar Naruto sambil menundukkan kepala dalam karena merasa bersalah.
Sasuke hanya menatap datar Naruto. Dengan baik menyembunyikan segala rasa yang kini meledak di hatinya. Tak kunjung mendapat jawaban, Naruto sedikit mendongakkan kepala. Seketika pandangannya tertumbuk pada pecahan onyx Sasuke.
"Berhati-hatilah," ujar Sasuke seraya mengacak rambut blonde Naruto dan kemudian berjalan pergi begitu saja melewati Naruto.
"Bilang terima kasih Naruto," ingat Kiba.
"Te..terima kasih, tuan." ujar Naruto sedikit berteriak karena Sasuke yang sudah berjalan agak jauh. Dan sebagai balasannya Sasuke melambaikan tangan. Senyum lega pun terpampang di wajah manis Naruto. Senyum yang sama yang kini bertengger di wajah datar Sasuke.
"Kau beruntung Naruto. Tuan itu memaafkanmu," ujar Shikamaru.
Naruto mengangguk mengiyakan.
"Lebih baik kita pulang saja. Kita lanjutkan tugas ini besok." usul Kiba yang mulai beranjak dari tempat itu.
"Ayo!" seru Naruto seraya mengikuti Kiba.
Sementara itu, Shikamaru menatap arah kepergian Sasuke. Dalam hati bertanya-tanya, tumben sekali Uchiha satu itu tidak marah. Well, pada dasarnya semua orang mengenal klan Uchiha. Yeah, siapa yang tidak mengenal klan penuh kekuasaan itu. Namun, Shikamaru mengenal klan Uchiha sedikit lebih dalam. Sudah sejak lama klan Nara bekerja sama dengan klan Uchiha dalam berbagai hal, termasuk satu hal 'itu', bermain di dunia bawah. Tak jarang Shikamaru ikut ambil bagian dalam bisnis Uchiha dan berpartner dengan Itachi, kakak Sasuke yang lebih manusiawi dibanding Uchiha lainnya. Dari Itachilah, Shikamaru mengenal pribadi Sasuke yang sulit disentuh. Setidaknya sahabat pirangnya hari ini beruntung karena Sasuke tidak marah. Bisa-bisa Naruto akan mengalami nasib mengerikan seperti Itachi yang kala itu tidak sengaja menghabiskan tomat kesukaan Sasuke. Alhasil, Itachi harus merelakan koleksi foto 'rubah merahnya' dibakar habis oleh Sasuke. Mengingat hal itu Shikamaru jadi kesal sendiri karena pada dirinyalah Itachi menangis tak karuan. Merengek untuk dicarikan foto eksklusif si 'rubah merah' alias Kyuubi, kakak Naruto yang bekerja sebagai aktor sekaligus model.
"Di mana-mana Uchiha memang merepotkan," dengus Shikamaru.
"HOI SHIKAAA!" teriak Kiba gila-gilaan. "KAU NGAPAIN SIH? AYO PULANG!"
Tak ingin mendengar teriakan Kiba yang berpotensi mencederai telinga orang lain, Shikamaru bergegas menghampiri Kiba. Ketiganya pun segera menuju halte bus terdekat, bersiap pulang.
Sementara Sasuke sudah duduk kembali di dalam mobil mewahnya.
"Kau melihat semuanya kan Juugo?"
Juugo, sopir pribadi yang merangkap tangan kanan Sasuke, mengiyakan dengan sopan. "Anda mau informasi tentangnya?" tanya Juugo yang sudah hapal tabiat pria 25 tahun itu.
"Hn, secepatnya."
"Tentu tuan."
"Apa ada yang 'muncul' hari ini?"
"Tidak tuan. Tidak ada yang 'melewati batas'. Semuanya aman."
Sasuke menatap pemandangan di balik kaca mobilnya. Pikirannya berkelana jauh. Semua orang melihat klan Uchiha sebagai klan yang sukses karena bisnisnya yang menggurita. Kehormatan mereka dapatkan. Namun, bukan kesuksesan bisnis semata yang membuat Uchiha senantiasa menduduki posisi puncak, tapi juga kekuasaan mereka di dunia bawah yang sudah begitu mengakar. Dan Sasuke lebih suka bermain di dunia itu. Dunia bawah yang tunduk dan bertekuk lutut di bawah kakinya, sang kumicho dari Taka-gumi, Uchiha Sasuke.

***

Sasuke menatap pemandangan di depannya dengan bosan meski para wanita berpakaian minim menari dengan erotis di atas panggung. Sasuke sangat-sangat bosan atau lebih tepatnya kesal karena terjadi keributan yang tidak bisa dibilang kecil di dalam wilayah kekuasaan Taka-gumi. Dengan skala yang demikian, anak buah rendahannya tak mampu menangani hal ini sendiri hingga memaksa Juugo turun tangan. Padahal Juugo sudah berjanji akan segera mengirimkan seluruh informasi mengenai Naruto, fetishnya, kepadanya.
Ah~
Sial! Suara desahan live action tadi siang lewat begitu saja di otak Sasuke hingga membuat sesuatu di bawah sana perlahan bangun. Dobel sial lagi saat Sasuke mengingat betapa kenyal dan ranumnya bibir mungil Naruto. Ah Naruto! Nama anak itu. Sasuke mengingatnya. Sebuah senyum sinting pun terpatri begitu saja di wajah Sasuke demi mengingat kelebat singkat ingatan kejadian siang tadi. Maka, dengan semangat empat lima, Sasuke meninggalkan bar demi misi menuntaskan hasratnya sembari membayangkan dan memanggil nama Naruto yang notabene masih di bawah umur. Ah, pedofil mesum kau Sas!

***

Di lain tempat, di sebuah kamar bernuansa kuning gading, nampak fetish sang kumicho tengah telentang di atas tempat tidur. Wajah manisnya nampak bodoh kali ini karena satu hal yang belum pernah ia rasakan terjadi padanya. Sebuah ciuman. Naruto memejamkan mata. Mengingat bagaimana sensasi insiden ciumannya tadi siang. Bibir yang lembut dengan sensasi dingin. Dada bidang yang kekar. Lalu remasan itu... Pantat Naruto mengingat dengan baik sensasi remasan tangan orang yang ditabraknya. Seketika tubuh remaja tanggung itu memanas.
"Ah~"
Oh bagus! Kini kedua tokoh utama kita sama-sama terangsang meski berada di tempat dan situasi yang berbeda. Satu dengan segenap kepolosan dan keawamannya mengenai hal-hal berbau seks. Hingga tak tau harus bagaimana saat hasrat mulai memuncak. Dan yang satu dengan segala wawasan mendalamnya mengenai seks. Lihat saja bagaimana luas wawasannya saat dengan lihainya Sasuke memainkan kejantanannya sambil membayangkan tubuh bugil Naruto yang mendesah-desah menggoda.
"Ah..." Imajinasi desahan pertama.
Sasuke memijat pelan kejantanannya. Menikmati sensasi yang tercipta.
"Ah.... Ah..." Imajinasi desahan kedua.
Sasuke mulai mengocok kejantanannya perlahan.
"Ah...more please..." Imajinasi desahan ketiga.
"Ah..." Sasuke dibakar libido. Tangannya semakin cepat mengocok penis yang kini mulai mengeluarkan cairan precum.
"Ah... Tusuk aku.. More deeply... " Imajinasi desahan keempat.
"Ah, Naruto~"
Hanya tinggal menghitung mundur.
"Arghhh Sukeee! Lubangku, ah.. Aku keluar!!!! Ah..ah.. ah~" Imajinasi desahan kelima. Dan...
"Argh! Naruto!!"
Crot! Crot! Crot!
Cairan semen itu keluar membasahi lantai kamar mandi. Terbuang sia-sia tanpa tempat penyaluran yang tepat. Sasuke terkekeh gila setelahnya. Sepanjang riwayat seksnya, tak sekali pun Sasuke mendesah. Sehebat apa pun partnernya, tak sedikit pun Sasuke mengerang. Tapi kini, tanpa partner, hanya bermain solo dengan Naruto sebagai objek fantasinya, mampu mengeluarkan desah tertahan si raven.
"Aku ingin anak itu," gumam Sasuke lirih. Sangat lirih.
Namun, selirih apa pun harapan itu, jika Kami mendengarnya, maka akan terwujud juga.

***


Yah segini aja dulu. Author sedang ada masalah ide. Gomen kalo nggak asyik ceritanya. Kritik saran diterima kok.. jangan lupa vote ya.. Salam sayang dari Author, muach muach.. 😘😘😁😁

Naru, Are You Okay?Onde histórias criam vida. Descubra agora