Hug and Squeeze

11.3K 835 25
                                    

Naruto menatap foto yang diberikan ibunya beberapa hari lalu dengan intens. Sebuah foto lama. Dirinya yang masih bayi dengan seorang anak ayam berusia 10 tahun a.k.a. Sasuke. Naruto kadang senyum-senyum sendiri jika teringat cerita ibunya tentang Sasuke yang suka memakan pipi bakpaonya. Menggendongnya kala menangis. Menemaninya tidur, bahkan mengecup bibirnya kalau terlalu banyak ngoceh. Memikirkan yang terakhir, membuat Naruto blushing seketika.
Sayangnya, Naruto tidak tau bahwa di ambang pintu kamarnya, seseorang juga sama blushing-nya dengan dirinya. Bahkan wajah tampan itu harus sedikit mendongak saat merasa akan mimisan melihat pemandangan erotis di atas ranjang. Naruto yang tengah menelungkup membelakanginya. Membuat kedua pantat bulat itu terpampang jelas. Pantat semok yang seolah menjerit minta diremas atau bahkan ditusuk eh? Belum lagi celana pendek si pirang yang entah bagaimana dalam posisi tersebut tak mampu menjalankan fungsinya dengan baik hingga paha samping dan sedikit bagian pantat terlihat. Tiba-tiba saja alarm alami Sasuke bergema di kepalanya saat sesuatu di bawah menggeliat bangun. Dan Sasuke ingin mencoba sensasinya saat...
"Memikirkanku?"
Sebuah suara bariton yang akhir-akhir ini sering Naruto dengar kembali menyapanya. Sasuke menyapa Naruto di saat penisnya setengah terbangun.
"Sukeee...."
Sasuke membuka tangannya. Membiarkan Naruto masuk ke dalam pelukannya. Kebiasaan baru setelah Naruto tau siapa Sasuke dan hubungan dekat keluarga mereka. Keluarga yang sering kaasannya sebut tanpa pernah Naruto temui.
Bruuk! Ah! Sasuke mati-matian menahan desahannya saat tubuh Naruto menghantam dirinya, lebih tepatnya penisnya yang setengah ereksi.
"Bagaimana sekolahmu?" tanya Sasuke seraya melepas jas dan menyampirkannya ke kursi belajar Naruto.
"Baik. Suke sudah makan?"
"Belum. Kau sendiri?" tanya Sasuke sembari membuka koper dan mengambil baju ganti dari sana.
"Belum. Aku baru mau membuat yakimeshi."
"Sudah belajar?"
Naruto mengangguk. "Sudah kukerjakan semua PR ku."
"Hn. Akan kucek setelah mandi." ujar Sasuke seraya masuk ke kamar mandi. Tak lama kemudian terdengar suara air dari shower dan kalau diperhatikan lagi, di antara bunyi air yang jatuh itu, ada desah tertahan seorang Uchiha Sasuke yang tengah memijit penisnya. Berusaha memuntahkan isi testisnya sambil membayangkan Naruto yang tengah menungging dan siap disetubuhi.

***

Sasuke segera turun saat tak mendapati bayinya di kamar. Naruto pasti sedang memasak. Begitu sampai di bawah bau harum yakimeshi menyerbu indra penciuman Sasuke. Sasuke pun mengarahkan kakinya ke dapur.
"Sukee aku sudah membuatkanmu jus tomat. Ambil saja di kulkas," ujar Naruto saat mendengar langkah kaki yang mendekat.
"Hn."
Sasuke menuruti perintah Naruto. Diambilnya segelas besar jus tomat di kulkas, lalu duduk tenang di kursi makan sambil meneguk jus tomat kesukaannya.
"Besok Kyuubi pulang kan?" tanya Sasuke mengingat hari kepulangan Kyuubi yang berarti hari ini adalah hari terakhirnya bersama Naruto. Oh jangan tanya mengapa sekarang Sasuke tinggal seatap dengan Naruto. Mungkin hari itu adalah hari keberuntungan Sasuke.

Ini adalah kedua kalinya Itachi dan Sasuke duduk semeja dengan para Namikaze. Kali ini lengkap dengan Minato. Makan malam kedua, undangan dari Minato sebagai bentuk permintaan maaf pada Sasuke atas kelakuan si sulung. Lalu, sebuah percakapan muncul.
"Naru, tidak apa-apa kan di rumah sendirian?" tanya Kushina seraya memandang Naruto tak enak.
"Kaachan mau pergi?"
Kushina mengangguk, "Kaasan harus ke Inggris. Mengadakan fashion show lagi untuk produk kaasan di sana."
"Kyuunii ikut?" tanya Naruto beralih pada Kyuubi.
"Tentu saja. Apa jadinya produk kaasan tanpa aku? Pasti tidak akan ada yang laku."
"Berhenti membual Kyuu!" hardik Kushina.
"Tidak apa-apa, masih ada tousan."
Minato berdehem berat. "Errr sebenarnya.. tousan juga harus pergi ke Korea untuk proyek baru tousan di sana."
"Tousan akan pergi bersama Kakashi dan Iruka karena ini proyek besar. Jadi...."
"Baiklah," potong Naruto enteng. Pasalnya dia sudah biasa ditinggal sendirian. Nanti ia bisa minta tolong Kiba dan Shikamaru untuk menemaninya di rumah. Sekalian mengajak Neji dan Gaara, rekan setim basketnya.
"Atau kau mau tinggal bersama kami di rumah utama? Kau bisa bertemu paman Fugaku dan bibi Mikoto, Naru-chan," Itachi memberikan penawaran.
Mata Naruto langsung berbinar mendengar tawaran Itachi. Namun, meredup kemudian saat mengingat jarak kediaman utama Uchiha sangat jauh dari sekolahnya.
"Tidak Tachi-nii. Itu terlalu jauh dari sekolahku." tolak Naruto sopan. "Lagipula aku akan baik-baik saja. Ada bodyguard dan pelayan yang akan menemaniku. Jadi, kurasa aku akan aman dan baik-baik saja."
"Aku yang akan menemanimu."
Sasuke yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan ini mulai buka suara.
"Aku yang akan menemani Naruto dan keamanannya kupastikan terjamin di tanganku. Jadi, aku akan menginap di sini sampai salah satu anggota keluarga Namikaze kembali dari perjalanan bisnisnya." ujar Sasuke tegas.
Kushina langsung berteriak senang. Berbeda dengan Kyuubi dan Minato yang kini memandang Sasuke dengan tatapan penuh kecurigaan dan ketakutan. Takut kalau Naruto mereka yang manis bakal di'ena-ena' oleh anak ayam satu ini. Sementara Itachi sudah bersiul panjang dengan nada rendah. Menyadari ketertarikan adiknya pada Naruto. Menawarkan diri menjaga bocah 16 tahun yang hiperaktif? Sampai kiamat pun Sasuke pasti tak akan mau melakukannya. Tapi dengan Naruto? Tanpa diminta dan Sasuke mengajukan diri? Terlebih Sasuke adalah tipe orang yang hanya memiliki 100% kepedulian pada keluarganya saja. Pada orang lain? Sasuke mana peduli. Namun, pengecualian untuk keluarga Namikaze, terutama si pirang bungsu. Bolehkah Itachi bilang bahwa Sasuke mulai memecah 2% kepeduliannya pada Naruto? Apalagi alasannya kalau bukan tertarik.
"Naru?" panggil Sasuke saat Naruto tak merespon karena asik memasak.
"Eh, Suke bilang sesuatu?" tanya Naruto sambil mematikan kompor dan mulai menuang yakimeshi ke piring. Tak lama makanan itu pun siap di meja makan.
"Besok Kyuubi pulang kan?"
"Katanya sih begitu. Tapi entahlah. Kyuunii kan punya kecenderungan berlibur dan belanja sehabis bekerja. Jadi, bisa saja bukan besok jadwal kepulangannya." jelas Naruto sebelum melahap yakimeshinya.
Tanpa Naruto sadari, sebuah seringai menghiasi wajah tampan Sasuke. Ah, setelah ini Sasuke akan menghubungi Karin dan menyuruh wanita itu untuk mendekati Kyuubi. Mengulur waktu si rubah lewat acara belanja dan liburan. Dengan begitu, waktunya bersama Naruto akan lebih lama lagi. Masalah papa dan mama mertuanya gampang. Sasuke pastikan mereka akan pulang sekitar satu minggu atau sepuluh hari lagi dari sekarang. Jadi, Sasuke bebas bersama Naruto. Barangkali bisa membuat Sasuke junior mendapatkan vitamin setelah sekian lama berpuasa. Bersarang di tempat yang tepat. Muehehehe.... 😈😈

***

"Jadi, Sukeee.... Bagaimana ada yang salah?" tanya Naruto takut-takut saat Sasuke memeriksa pekerjaannya. Sebelum memeriksa PR Naruto, Sasuke sudah mengancam si pirang duluan dengan sebuah hukuman. Sasuke segera menutup buku Naruto dan mengacak surai pirang itu gemas.
"Sempurna."
"Yatta!! Syukurlah."
"Ini sudah malam, tidurlah." perintah Sasuke.
Naruto pun menurut. Ia segera merebahkan diri begitu Sasuke mematikan lampu utama. Tinggal pendar kecil dari lampu tidur yang kini menerangi kamar tidur Naruto. Tak berapa lama, Sasuke ikut merebahkan diri di sebelah Naruto. Dipeluknya si kuning dengan sayang.
Ini bukan hal baru lagi bagi Naruto. Setidaknya, setelah dua hari tinggal dan tidur bersama Sasuke (Jangan tanya mengapa mereka bisa tidur bersama. Salahkan lidah Uchiha Sasuke yang pandai membuat alasan dan Naruto yang kelewat bodoh. Entah apa jadinya jika Namikaze lainnya tau bahwa si pirang kesayangan mereka sudah berani tidur bersama pedofil mesum macam Sasuke), Naruto tau Sasuke punya kebiasaan memeluknya. Setiap Naruto tanya, Sasuke akan menjawab bahwa ia hanya bisa tidur jika memeluk sesuatu. Saat Naruto memberikan sebuah guling, Sasuke langsung membuangnya sembarangan dan mengatakan bahwa kehadiran guling hanya membuat tempat tidur sesak. Ya iyalah sesak, karena yang Sasuke butuhkan adalah memeluk Naruto. Begitu pula dengan Naruto. Entah mengapa tidurnya lebih nyaman saat Sasuke memeluknya sehingga Naruto tak lagi protes. Bahkan, kini si pirang semakin menenggelamkan diri dalam pelukan Sasuke.
"Lihat, bayiku yang awalnya protes kini malah suka dipeluk saat tidur."
Merasa malu, Naruto pun membantah sekenanya. "Aku bukan bayi, Suke! Aku sudah dewasa!"
Dalam gelap, mata Sasuke berkilat tajam. Serentetan adegan ena-ena bermunculan di kepalanya. Siap dipraktekkan pada si pirang.
"Benarkah kau sudah dewasa?" goda Sasuke.
"Tentu saja! Aku sudah enam belas ta.. Kyaaa apa yang kau lakukan?!"
Jeritan lolos dari bibir Naruto saat Sasuke menarik Naruto hingga tubuh keduanya menempel lebih erat. Sasuke bahkan harus menahan geraman saat junior Naruto menumbuk juniornya yang entah sejak kapan ereksi. Perlahan jemari alabaster itu mengelus punggung Naruto dengan gerakan sensual.
"Sukeee," panggil Naruto tak mengerti dengan tindakan Sasuke barusan.
"Kau tau Naru, hal-hal yang dilakukan orang dewasa saat mereka tidur bersama?" tanya Sasuke sambil menatap tajam Naruto. Meski gelap, netra onyx nya mampu menangkap wajah manis Naruto dengan jelas. Begitupun dengan Naruto yang harus menelan ludah gugup karena Sasuke memandangnya dengan tatapan ayam liar yang berhasil menemukan mangsa.
"A..aku..."
Srett. Jemari alabaster Sasuke meraba sepanjang tulang punggung Naruto. Berhenti saat setangkup pantat kenyal terasa di indra peraba Sasuke. Perlahan Sasuke meremasnya pelan.
"Nghhh..."
Suara desahan lolos. Sasuke membatu di tempat. Desahan itu. Desahan erotis yang sama di mimpinya. Membuat penisnya menegang sempurna. Sial! Meski begitu Sasuke ingin mencobanya lagi. Remas.
"Ngghhh."
Remas.
"Ah...Sukeee ap..." Remas. "A..apa yang ka...kau la.. Ah.. kukan??"
"Katamu kau sudah dewasa?"
"Aku memang sudah dewasa. Ngghhh.. Ahhh..." Kali ini Sasuke meremas pantat Naruto dengan kencang. Membuat si pirang mendesah keras. "Jangan memperlakukanku seperti anak kecil."
Ohoo jadi remasan barusan Naruto anggap kegiatan anak kecil. Maka dengan rela Sasuke akan bertingkah seperti anak kecil.
"Hn, dobe."
"Jangan memanggilku dobe! Ah... Hentikan!"
Remas..remas...remas..
"Ah..ah...nghhhh."
Siallll Sasuke sudah tidak tahan.
"Naruto. Boleh aku menusukmu?"
Eh.. apa??? Menusuk??? Sasuke ingin membunuhnya?
"Kyaaaa!!!"

Buagh!! Dukk! Bruukk!! Krompyang!!

Oke, abaikan suara terakhir.

***

"Ototou... Pipimu kenapa lagi?" tanya Itachi dobel ngeri saat kedua kalinya mendapati pipi si bungsu dalam keadaan lebam. Kali ini lebih parah dari sebelumnya. Sasuke lagi-lagi hanya bergumam tak jelas. Ia sedang malas bicara karena pipinya terasa sangat sakit. Pukulan Naruto tidak main-main. Bahkan ini lebih sakit dari pukulan Kyuubi. Sasuke yakin lebamnya akan bertahan sampai beberapa hari ke depan. Poor Sasuke.

***

Yayyyyyy.... Selesai juga... Mohon dukungan votenya yah.. komen disilakan... Salam ena-ena dari Author. Unch.. unch... 😘😘

Naru, Are You Okay?Where stories live. Discover now