9. Black Humor

39 3 0
                                    

Black campaign. Pernah dengar? Itu adalah istilah di dunia politik dan juga advertising yang digunakan untuk menyebut ketika satu pihak mengincar kelemahan pihak pesaing dan mewartakannya secara umum demi keuntungan pribadi. Misal produk sabun A yang dalam iklannya di media memaparkan bahwa produk sabun B pesaingnya mengandung bahan pengawet berbahaya sehingga tak layak dibeli. Kompetisi seharusnya dimenangi dengan adu kualitas mirip di liga sepakbola, bukan dengan sibuk mencecar kelemahan pihak lain.

Di dunia perlucuan pun ada yang disebut black humor atau black jokes, yaitu mencari kelucuan dengan memanfaatkan kelemahan pihak audiens. Hasilnya adalah lawan bicara atau audiens merasa dirugikan. Meski begitu respon mereka tidak selalu bersifat kejam atau lantas memusuhi (hostile). Tergantung kadar humor yang dilontarkan dan cara penyampaiannya, respon audiens rata-rata berada pada range kemarahan, kejengkelan, atau kesebalan yang bersifat platonik. Artinya, marah atau mengumpat hanya di bibir, tapi tetap sayang. Bagi orang-orang yang sangat dekat, humor hitam kadang justru bisa kian mempererat persaudaraan.

Tentu, pengendalian diri untuk tidak kelewat batas dalam mempraktikkan black humor adalah kemampuan tingkat tertinggi yang harus secara mendasar dikuasai terlebih dahulu. Humor yang kotor, cabul, atau bahkan ngawur sehingga meleset menimbulkan kecelakaan fisik di pihak audiens bukanlah hal yang bijaksana untuk dilakukan.

Kita tak mau humor justru malah berbalik menciptakan permusuhan dan perseteruan mental serta fisik yang bersifat permanen. Dan saat humor memang ditujukan untuk secara sengaja mencelakai dan melukai pihak lain, maka namanya sudah bukan humor lagi, melainkan modus operandi tindak kriminalitas.

Saya anjurkan kepada pihak-pihak yang terbiasa menciptakan lelucon model begini agar segera menyerahkan diri ke polsek terdekat agar diproses menurut hukum yang berlaku...!

Ledekan

Ini salah satu bentuk black humor yang paling sering dipakai, terutama dalam pergaulan ABG usia sekolahan (SMP/SMA). Bahkan sebagian besar humor mereka terdiri dari saling ledek untuk memancing tawa baik pihak yang terlibat maupun audiens pasif yang bertindak sebagai penonton. Penggunaan joke ledekan yang overdosis tak jarang berujung pada event tawuran massal yang merepotkan pengguna jalan dan polisi.

Ledekan sebenarnya adalah bentuk terhalus dari penghinaan, yang sama-sama menggunakan kelemahan pihak lawan bicara atau audiens untuk membuat mereka merasa rugi, terpukul, atau inferior. Ketika tokoh dalam sinetron mengatakan secara serius, "Dasar anak perempuan sundal!" dan memang berdasar fakta, maka ini penghinaan. Bila tak berdasar fakta, tentu namanya fitnah.

Tapi jika ada teman Anda yang rewel soal duit atau hitungan apapun, dan Anda mengatakan padanya, "Dasar anak pedagang, apa-apa serba diitung...!", maka ini adalah ledekan. Kebiasaannya terlalu ribut pada hitungan angka-angka dikaitkan dengan fakta orang tuanya sebagai pedagang yang sepintas tampak merugikan karena profesi pedagang pernah dianggap tak sekeren profesi pekerja kantoran atau pegawai negeri diungkap ke hadapan umum.

Penggunaan ledekan sebagai lelucon sudah pasti harus mengingat situasi kondisi, timing, content lelucon, dan terutama karakteristik audiens. Dan pastikan juga sasaran ledekan adalah orang-orang yang sangat akrab dan dekat dengan Anda. Nekat meledek orang yang belum dikenal bisa berujung pertumpahan darah, meski maksudnya tentu hanya untuk bercanda.

Karena termasuk dalam black humor, maka Anda harus sadar bahwa ledekan termasuk berisiko tinggi. Kesalahan diksi (pemilihan kata) dan materi target yang terlalu menohok bisa berubah dari menghibur menuju melukai. Kalaupun audiens tak lantas memusuhi terang-terangan, mungkin saja mereka akan cukup dengan membenci Anda secara terpendam gara-gara lelucon ledekan yang dinilai kelewat batas.

The Science of nDhagel: Panduan Edan Menjadi Orang LucuNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ