10. Agar Humor Efektif

24 3 0
                                    

Sampai di sini, Anda sudah akan cukup punya bekal untuk setidaknya sanggup berusaha melucu dengan cara-cara yang baik dan benar serta tepat. Dan sebenarnya humor jenis apapun yang dilontarkan dengan cara apapun akan cukup efektif jika kita memperhatikan peraturan paling dasar untuk tidak memaksakan diri melucu kalau memang tak perlu benar.

Akan jauh lebih bijaksana untuk jadi orang pendiam dalam satu kesempatan dan hanya sekali atau beberapa kali saja melontarkan humor daripada terus-menerus melucu tanpa henti. Definisi humoris bagi saya bukan dalam seberapa sering seseorang mengeluarkan lelucon, tapi efektif tidaknya humor yang tercipta sehingga tawa kita sebagai audiens adalah tawa geli orisinal dan bukan tawa jenis yang lain, seperti kecut, pahit, atau apalagi tawa kantoran.

Karena itu, saat kita menginjak tingkatan lucu level kedua yaitu taraf pereaksi spontan, Anda juga sudah harus paham betul mengenai pengamatan sikon, penggunaan timing, pemilihan audiens, dan keaslian bahan. Ini penting karena humoris level spontan menggunakan bahan-bahan lelucon yang sepenuhnya ciptaan sendiri. Atau kalaupun tidak terlalu orisinal, bahannya berasal dari sumber yang hanya diketahui teramat sedikit orang.

Pada dasarnya, cara kerja lelucon reaksi mirip sekali dengan komen pada Facebook, Friendster, atau blog. Tak ada komen jika tak ada sebelumnya bahan yang dikomentari. Humoris pereaksi juga baru "menjalankan tugas" jika muncul sesuatu hal menarik di hadapannya untuk dikomentari. Itu bisa amat bervariasi, mulai dari tingkah laku dan pembicaraan orang lain, kejadian umum, gosip, hingga berita di media, lagu, serta sinetron dan film.

Dengan sifatnya yang demikian, elemen terpenting dari humoris jenis ini bukanlah masalah skill dan kemampuan melucu, melainkan kondisi mental dan kemampuan berpikir. Di Facebook atau blog, kita punya waktu lapang sebelum berkomentar. Kalau kurang pas bahkan bisa diedit sebelum di-submit. Namun dalam perguliran hidup normal di dunia nyata, kadang waktu yang tersedia untuk menelurkan lelucon yang pas hanya sepersekian detik. Kesempatan kecil seperti ini tak akan termanfaatkan dengan efektif jika kita tak terbiasa melatih dan menggunakan pikiran.

Knowledge

Hal paling awal yang harus dimiliki oleh humoris spontan adalah pengetahuan yang luas. Ini berarti dia tak hanya mengetahui secara mendalam bidang dunia yang ditekuninya, namun juga pengetahuan pada bidang-bidang lain, meski sebagian hanya berupa trivia, alias informasi-informasi kecil tak berarti yang biasa disebut sebagai info sampah.

Mengapa pengetahuan luas penting? Sebab kita nantinya akan dapat memberikan sudut-sudut pandang berbeda untuk satu hal tertentu. Di samping itu, pengetahuan yang luas dan beragam membuat kita gampang masuk ke aneka macam topik obrolan yang pada gilirannya akan memperbesar kemungkinan menemukan materi-materi untuk dijadikan lelucon.

Bayangkan Anda sama sekali tak suka sepakbola, hingga tentu tak tahu apa-apa soal olah raga satu ini, maka Anda akan jadi "kuburan" saat bertemu lingkungan penggemar bola. Karena tak berpartisipasi dalam pembicaraan, satu-satunya kemungkinan Anda melucu hanya dengan lelucon hapalan. Itupun jika timing-nya tak tepat, lelucon Anda akan dianggap sebagai gangguan dan tak mendapat tanggapan yang semestinya.

Nah, kunci dari keluasan pengetahuan adalah membuka pikiran dan berhenti mengkotak-kotakkan serta membatasi hidup hanya pada hal-hal yang dekat dengan kita saja. Pasti ada di sekitar kita teman atau kerabat yang terlalu fanatik pada sesuatu sehingga tak mau menyentuh apapun yang berada di luar itu.

Yang suka film action tak akan mau nonton film jenis lain. Remaja ABG yang hobi musik hip hop atau metal akan menganggap remeh jenis musik lain di luar itu. Dan yang terbiasa hidup spaneng bin serius memandang sebelah mata pada lelucon karena menilai guyonan dan candaan hanya aktivitas bego yang membuang-buang waktu serta energi.

The Science of nDhagel: Panduan Edan Menjadi Orang LucuWhere stories live. Discover now