5.

26 3 0
                                    

Nix yang kesal, berkali-kali memukul setir mobilnya, ini sudah larut, jalanan sudah gelap hanya lampu kuning tepi jalan yang menemani Nix yang sedang kesal di mobilnya.

~

Setelah makan malam, Stella dan Nix menuju ruang tengah, mereka duduk di depan televisi menikmati movie yang sedang ditayangkan FOX.

"Gue kira dad udah cabut parabola tv gue," celetuk Stella.

"Kenapa dicabut? Lo nonton bokep ya, wah, gak nyangka gue Stell," perkataan Nix yang barusan mendapat tepakan di lengan dan paha Nix.

"Parabola apa ada bokepnya? Gila luh," sahut Stella cepat.

"Terus kenapa?" tanya Nix.

"Tadi siang sih gue niatya liat Tv seri kesukaan gue, gue gak tahu kalo di tengah-tengah ada adegan kiss, dad liat terus matiin tvnya sambil bilang 'parabola dad cabut' gitu," jelas Stella dengan bibir mengerucut.

Nix geli, "Lo sih, liatnya begituan," Nix mendapat beberapa tepakan lagi dari Stella.

"Salahin tv-nya yang nayangin begituan,"

Setelah itu hening, Nix tidak menjawab karena malas berdebat, mereka larut dalam film yang mereka tonton.

Nix segera mematikan tv, karena dia tahu adegan selanjutnya akan sangat mengerikan.

Stella tidak terima, "Ih apaan kok dimatiin?!"

Nix menjauhkan remote tv, "Lo mau main gak?" tanya Nix.

"Main apaan?" Tanya Stella kesal.

"Terserah, gue pengen lebih kenal sama lo, gimana kalo ten question, gue gak mau banyak-banyak, asalkan gue kenal sama lo," kata Nix.

Stella mengangkat alisnya, "Oke, silahkan mulai duluan," kata Stella mulai ramah.

"Kenapa lo nangis?" senyuman yang tadinya terbit di bibir Stella berubah menjadi garis bibirnya, wajahnya tidak menampakan ekspresi.

"Gue kangen sama mama," jawab Stella singkat.

"Gue--" Stella mengerang dan memotong perkataan Nix, "Gantian gue, lo udah," kata Stella.

"Oke,"

"Kenapa lo masuk ke kamar gue tanpa ijin? Itukan ruangan privasi gue," Wajah Stella melunak.

"Gue takut lo kenapa-napa, waktu gue sampe didepan rumah lo, gue beberapa kali panggil nama lo, ketuk-ketuk pintu tapi lo gak jawab, jadi gue masuk rumah lo --karena gak dikunci kan-- dan rumah lo sepi banget, hawanya dingin pula, gue awalnya gak berani naik karena gue tau lo diatas, disaat yang sama gue laper, jadi gue makan dulu. Gue khawatir karena lo gak turun-turun, jadi gue terpaksa naik dan gue temuin lo nangis sambil nontonin bintang, gue rada aneh sih waktu itu terus gue masa bodoh sama segala resiko, akhirnya gue peluk lo, gue ngomong ke lo kan kalo gue gak suka liat lo nangis?" Stella mengangguk.

PIECES ✔Where stories live. Discover now