15

16 1 0
                                    

"Soon, you'll know why we doing this,"

🍃

Wolf dan Garry berjalan beriringan di toko buku, memasuki satu per satu rak dan melihat-lihat beberapa buku.

"Ayo pulang," kata Garry

Wolf terpaksa meninggalkan buku novel yang tadi diambilnya, lalu mengikuti Garry keluar toko setelah membayar.

-+-

Stella menguap sambil membuka kedua kelopak matanya, "Nix, bangun," katanya pelan.

Nix tidak berkutik, perasaan was-was menghantui Stella.

"Udah bangun," Stella menoleh mendapati Calum yang duduk di single chair disebelah kanannya sambil memakan burger yang tadi dibelinya.

"Lo udah lama disitu?" tanya Stella.

"Iyalah, sampe sepet mata gue liatin lo berdua," katanya membuat Stella meringis malu.

"Kok muka lo seneng gitu?" tanya Calum curiga.

"Hm? Iya, gue habis baikan sama Bryant,"

Dahi Calum mengerut, perasaan kepo merasuk kedalam pikiran Calum, "Baikan? Sebelumnya emang lagi ada masalah?" tanya Calum.

"Ya gitu deh, males ah bahasnya,"

Calum menatap lama Stella, Stella yang mulai risih pun bergedik lalu bertanya, "Ngapain sih?".

Calum menggeleng lemas, "Dia udah ngomong ke elo belum, kalo dia suka sama lo?" Stella merasakan bulu kuduknya meremang ketika Calum mengatakan hal itu.

"Siapa, Nix? Udah, emangnya dia bilang ke elo juga ya?" tanya Stella.

"Enggak, dia gak bilang, tapi gue tau. Dan nggak tau kenapa, perasaan gue gak enak sekarang, takut Nix kenapa-napa, gue tau dia lagi masa-masa move on, dia ngalamin banyak banget ketemu cewe, salah satunya lo, dan sejauh ini lo lah yang buat dia jadi kayak gini,"

Stella tersenyum menoleh menatap Nix, "Tapi gue merasa, gue gak lakuin apapun buat Nix, belum ngelakuin sesuatu yang bisa bikin Nix berubah," katanya.

"Lo udah," sahut Calum.

-+-

Gerard sampai di 'rumah', anak perempuan berusia lima belas tahun itu datang memeluknya.

"I miss you daddy," Gerard hanya menepuk kepalanya.

"Dimana mommy?" tanya Gerard.

"Di kamar, dad dari mana? Ini kan sabtu," Gerard menghela nafas membawa putrinya duduk di sofa.

"Dad ada pertemuan rutin sama pekerja lapangan," alibi yang kuat dari Gerard membuat gadisnya mengangguk mengerti.

"Gimana sekolah kamu?" tanya Gerard.

"Belum sekolah Daddy, kurang dua hari lagi," curhat putrinya.

"Udah beli perlengkapanya?" tanya Gerard.

"Udah dong, Vero kan mandiri," katanya sambil tersenyum.

Gerard kembali menepuk kepala Vero dan meninggalkan Vero mengikuti istrinya yang sedang menuju dapur.

"Sayang," Istrinya, Anne menoleh dan tersenyum.

PIECES ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang