11.

14 2 0
                                    

"Belum atau tidak aku tidak tahu, aku tidak bisa menentukan, hanya perasaan yang bisa,"

🍃

Stella keluar dari dapur memakai celemek dan bersarung tangan apron sambil membawa nampan hangat yang Baru saja keluar dari oven.

"Hai, aku hanya ingin tahu cara membuatnya, kalian bisa membantuku menghias?" tanya Stella setelah meletakan nampan di meja untuk menghias cupcake.

"Tentu, kami bisa contohkan untukmu, berikan aku sebelah," Stella melepas sarung tangan yang ditunjuk karyawati toko. Setelah karyawati tersebut memakainya, Stella diperlihatkan bagaimana cara menghias agar tidak kacau, agar tidak jelek hasilnya.

"Sekarang giliranmu," karyawati itu melepas sarung tangannya.

Stella menarik ke bawah mesin krim yang ada di atas kepalanya lalu di gerakan sesuai dengan keinginannya.

"Ini berat," keluh Stella kesulitan.

"Tapi ini efisien dan efektif," Stella setuju dengan perkataan karyawati itu, karena tidak ada tiga menit, krim yang di torehkan ke cupcake buatannya sudah terbentuk sempurna, hampir sesuai harapan Stella.

"Tunggu sebentar," kata Stella membuat kedua karyawati toko bertanya-tanya.

Stella kembali ke dapur, Geraldine yang sedang mengaduk adonan pancake menoleh, "Tante, topping apa yang disukai Nix?" tanya Stella.

"Hm? Nix memakan apapun yang disuguhkan padanya, hias saja cupcakemu se menarik mungkin, dia pasti akan memakannya,"

"Baiklah," Stella kembali lagi ke ruang menghias, astaga, dia seperti bocah kecil yang sedang membelikan pacarnya cupcake.

"Bagaimana menurut kalian, sprinkles atau gliters," keduanya mengerutkan dahi.

"Gliter?" tanya karyawati berambut sedikit pirang, mengingatkannya pada Nix.

Stella tertawa, "I'm just kidding," katanya lalu menaburkan springkle secukupnya agar tidak terlihat menggelikan.

"Berikan aku any sign," kata Stella sambil mengambil adonan hiasan kue yang akan digunakan untuk menulis.

Setelah Stella diberikan, Stella melotot melihatnya, "Love?"

"Kau sedang membuat ini tunik pacarmu kan?" Stella menggeleng.

"Bukan, ini untuk anak tante Geraldine, dia sedang sakit jadi aku akan mengucapkan get well soon atau kata-kata yang lebih baik lainnya,"

"Kami hanya menyediakan itu," Stella mengambilnya dan memasang sign itu didalamnya setelah mencari celah diantara springkles tadi.

Lonceng kecil berbunyi nyaring, kedua karyawati secara bersamaan mengucap salam

"Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?" tanya keduanya bersamaan.

"Tante Geraldine ada disini?" Ketika Stella menoleh, dia berhadapan dengan Calum.

"Hai, Stella? Lo.. kerja disini juga?" Stella menggeleng dan tersenyum.

PIECES ✔Where stories live. Discover now