Pacar ku Junot

12.4K 2.7K 365
                                    

Bad boy, tipe lelaki idaman jaman sekarang.

Entah mengapa para perempuan lebih suka laki-laki brengsek dan menolak laki-laki baik dengan alasan 'Kamu terlalu baik buat aku'

Shit, Karin ingin meludahi perempuan yang berkata seperti itu.

Sebejat-bejatnya Karin, hem? Patutkah Karin di cap bejat?

Gadis dengan rambut panjang dan hobby mengunyah permen karet itu sebenarnya hanya membolos beberapa kali, merokok beberapa kali, dan berkelahi beberapa kali.

Namun jika beberapa kali itu di jumlahkan, poin Karin cukup untuk mengeluarkan gadis itu dari sekolahnya.

"Karin!"

"Junot!"

Karin tersenyum kala Junot, lelaki yang baru sebulan dipacarinya itu menghampiri Karin ke sudut kantin milik pak Edi, kantin yang biasanya di tempati anak-anak nakal itu sekarang jadi lokasi rutin Junot menemuinya kala jam istirahat.

"Bagi rokok dong Rin?" Pinta Junot, hal yang tidak akan pernah ia lakukan di depan orang lain, meminta sebatang rokok. Setahu mereka Junot jauh dari benda yang identik dengan anak nakal itu.

"Nih," Karin menyerahkan sebatang rokoknya pada Junot yang langsung dibakar dan dihisap santai pemuda itu.

"Hufffth." Junot menghembuskan nafas berat.

"Pura-pura baik nyebelinkan?"

Pertanyaan Karin membuat Junot tersenyum lalu mengangguk.

Awal di dekati Junot tentu saja Karin senang, seorang Junot pria tampan, cerdas, populer, bendahara osis itu mendekati brandal nakal seperti Karin?

Terdengar tidak masuk akal tapi Junot benar-benar mengejarnya.

Karin mengira Junot pria yang polos nan lembut, pangeran sekolah yang dipuja tidak hanya siswa melainkan sampai guru-gurunya, namun baru seminggu berpacaran Junot telah menunjukkan tajinya kala menyambar bibir tipis Karin dan melumatnya.

Hem, such a bastrad with angel face.

"Ya udah sih, emang sebuah image sepenting itu? Kenapa ga jadi diri sendiri aja? kayak kamu sekarang." Karin menyenderkan kepalanya ke bahu Junot yang masih asik dengan sebatang rokok di sela jemarinya.

"Susah Karin, kamu yang seharusnya jaga image. Bagaimanapun penilaian seorang manusia itu penting, terlebih lagi kita makhluk sosial yang hanya bisa hidup dengan sokongan manusia lain. Hidup gak sesimple yang ada di pikiran kamu," Junot menjelaskan, suara lembutnya seolah membuat Karin mau tidak mau mengangguk dan setuju saja dengan yang pemuda itu utarakan.

"Tapi dengan gak pakai topeng, kamu bisa tahu teman sebenarnya kamu," Karin menunjuk teman-temannya, "Noh, teman-teman ku. Emang gak ada yang cewek tapi kita solid."

Junot terkekeh di sana yang ia tahu hanya Nareshta itupun karena Junot sering menservice motor di bengkel tempat biasa Nareshta sering nongkrong.

"Aku cuma percaya kamu, teman sejati ku kamu, kamu satu-satu orang yang aku temui tanpa topeng dan itu yang membuat kamu special Rin."

Karin tersipu, dilebarkannya lengannya dan membawa Junot ke dekapannya gemas.

"Unch, pacal ku, Junot cu. Emesh anget cih."

"Aaaa Karin, sesek!" Junot bergoyang-goyang pasrah mengikuti kemana pelukan Karin membawanya.

"Kacian yang sesek. Hehe." Karin melepas pelukannya lalu menarik hidung mancung Junot.

PAPER UMBRELLAWhere stories live. Discover now