Cukup

3.8K 1.2K 73
                                    

Meskipun di desa yang sama namun masing-masing jurusan memiliki akomodasi dan spot pengkaderan yang berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meskipun di desa yang sama namun masing-masing jurusan memiliki akomodasi dan spot pengkaderan yang berbeda.

Mesin, mendapatkan wilayah paling selatan desa Lembanna, dekat dengan kebun dan masjid. Saat tiba, para mahasiswa baru hanya di arahkan untuk menyimpan barang-barang di rumah yang akan di tempati lalu langsung kerja bakti.

Lembanna adalah desa yang bersih dengan penduduk yang ramah karena seringnya pendaki bertandang saat akan muncak di pegunungan Bawakaraeng hingga mereka tidak canggung kedatangan banyak tamu.

Lembanna adalah desa yang bersih dengan penduduk yang ramah karena seringnya pendaki bertandang saat akan muncak di pegunungan Bawakaraeng hingga mereka tidak canggung kedatangan banyak tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selain jalan dari pintu gerbang, sisanya bersihkan musollah. Dapur umum ada di sekolah SD sebelah selatan. Jam makan siang pukul 13.00 setelah solat dzuhur, kita cuma punya satu dapur umum jadi siapa yang terlambat tidak akan dapat jatah makan. Paham?"

"SIAP SENIOR!"

Junot yang asik mencabuti rumput bersama Naresh mendengar pengumuman itu dari toa' musollah lalu kemudian saling menatap.

"Bukannya dapur umumnya satu dapur satu jurusan ya?"

"Ye, entar kita akrabnya sama jurusan kita doang dong? Kitakan satu di bawah nama Teknik." Nareshta berlebihan, Junot mendorong kepalanya pelan.

"Na'?" Panggil Karin yang tiba-tiba datang. Memang sudah sejak tadi Karin mencari Nareshta untuk membuat perhitungan.

"Hm? Apa?"

Karin tersenyum dan mengangkat sabit yang digunakannya, ekpresinya seolah berkata...

Pengen gue penggal lo Naresh!

"Rin, tenang. Letakkan sabitnya perlahan-lahan. Oke?" Bujuk Nareshta, Junot yang melihatnya hanya menelan salivanya gugup.

"Gue sempat lupa tadi tapi sekarang gue inget, elo!!!!"

Naresh mengangkat tangannya sebagai tanda menyerah.

"Elokan yang ngasih kontak gue sama si bejat ini?" Karin menunjuk Junot yang kini pura-pura sibuk mencabut rumput.

"I...iya sih Rin, tapi dia maksa Rin. Gue kasian tahu! Lagian dia udah kapok tuh, yang bales cowok lo." Ujar Naresh sembari perlahan-lahan mengarahkan Karin meletakkan sabitnya.

"Enggak, gue gak kapok." Sela Junot, Karin melempar tatapan mematikannya pada Naresh yang sudah melengkungkan bibirnya kebawah. Minta dikasihani.

"Lagian elo!" Karin menunjuk Junot.

"Jangan karena elo gue udah gue ajak ngobrol, elo kira gue udah maafin elo ya? Gue udah punya cowok! Dan gue udah bilang hari itu buat kita ambil jalan kita masing-masing. Ngerti Bahasa manusia gak lo?" Amuk Karin yang dipaksa tenang oleh Naresh karena takut dilihat anak Teknik yang lain.

"Elo habis ngapain? Kenapa cowok lo bales elo lagi mandi? Elo dimana hari itu?" Tidak menjawab Karin, Junot malah bangkit dan menghujaninya pertanyaan bertubi-tubi.

"Apa urusan lo?"

"Gue masih sayang elo Rin dan gue—"

"Gue udah enggak. Dan tolong gue pengen hidup tenang Junot, lo tahu gak di jurusan kayaknya ada yang ngenalin kita gara-gara video sialan itu?" Karin melunak, suarahnya merendah bahkan seperti akan menangis.

Junot menggeleng.

"Emangnya ada Rin?" Naresh menyela.

Karin yang tadi menunduk kini menatap Junot tajam dan perlahan mendekatinya.

"Gue gak mau hancur sekali lagi, gue pengen hidup tenang sama seperti saat elo belum muncul lagi. Emangnya gak bisa kita saling melupakan? Gue bisa jadi teman lo, elo juga bukan teman yang buruk tapi— gue gak bisa kembali kayak dulu."

Karin berlalu, meninggalkan Junot yang masih mematung.

"Kita memang teman Karin, teman sekelas, satu jurusan, satu fakultas, kita teman!" Teriakan Junot membuat Karin berbalik.

"Gue juga gak mau kembali kayak dulu. Tapi gue pengen membuat kisah yang baru. Gue seneng kita temenan kayak sekarang," Kini Junot yang menghampiri Karin.

"Tapi jangan halangin gue buat berjuang karena gue masih percaya ada keajaiban." Tutupnya.

Naresh datang dan merangkul Junot seolah ingin mencairkan suasana tegang yang tercipta.

"Not, kita ke dapur umum aja yuk? Seolah-olah aja nyabut rumput deket sana. Entar kalau udah jam makan kita ngantri paling depan Yuk?" Naresh menggiring Junot menjauh dari Karin yang tidak bergerak di tempatnya.

"Lo tanyakan kenapa Bang Chan yang balas pesan elo pas gue mandi?"

Langkah Junot terhenti. Ia tidak ingin mendengarnya karena takut patah hati tapi rasa penasaran Junot lebih besar dari itu.

"Gue nginap di kosnya malam itu. Dan elo tahu kalau cowok sama cewek dalam satu kamar—"

"CUKUP KARIN!!!!"

-To be continued -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-To be continued -

(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟) 

PAPER UMBRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang