Love Me

3.6K 1.1K 321
                                    

Naresh berbalik seketika kala Junot membungkam Karin, bukan dengan tangannya namun dengan bibirnya sendiri.

Naresh pura-pura bodoh di tempatnya.

"Aku ga lihat, aku pakai headset." Ujarnya.

Sementara kala bibir Junot dan Karin bertemu, ada nostalgia disana. Rasanya, lembutnya, hangatnya masih benar-benar sama.

Yang berbeda hanya ikatan antar keduanya.

"Cukup Rin," Ujar Junot saat tautan mereka terlepas.

"Cukup, gue gak mau dengar."

PLAK!

Tamparan keras Karin cukup membuat pipi Junot berdenyut, sementara saat masih menata perasaannya yang kacau, Karin lari. Sekali lagi, Karin hanya bisa lari.

"Karina? Karin! Rin!" Junot akan mengejar namun ditahan Nareshta.

"Woy bro sadar ini tempat pengkaderan, untung gak ada panitia tadi yang liat. Gila lo yah cipokan di sini! Udah, ayo ke dapur umum. Elo baper gue laper. Yuk!" 

🌲🌲🌲


Sibuk sebagai pengurus acara Chan merebahkan sejenak badannya yang lelah di rumah khusus yang di jadikan pusat kesehatan dan rapat panitia dan pengurus.

Pemuda itu tersentak kala ada seorang mahasiswa yang masuk.

"Maaf senior, saya tidak enak badan." Ujarnya.

"Baring aja, petugas kesehatannya pada gak ada. Jurusan mana lo?" Acuh Chan masih dengan berbaring dan menutup matanya dengan lengan.

"Mesin Senior," Pemuda itu ikut berbaring.

"Nama?"

"Vernon." Chan meliriknya sejenak namun kembali menutup matanya.

"Kakak pacarnya Karinkan?"

"Hm, kenal?"

"Ratunya mesin, cuma dia yang cewek."

Chan tertawa kering, ia jadi ingat satu-satunya perempuan di angkatannya juga disematkan gelar ratu. Ada rasa bangga, tapi juga cemburu Karinnya dikerubuti para jantan.

"Udah berapa lama pacaran sama Karin senior?"

"Panggil abang, anak-anak Teknik manggil gue Bang Chan," Chan seolah tidak peduli dengan suara yang dibuat mengantuk namun sesungguhnya ia betah bercakap dengan lawan bicaranya.

"Iya Bang Chan. Hehe saya kepo aja kok bisa pacaran sama Karin yang maba? Kenal pas ospek ya?"

"Enggak. Udah kenal setahunan lalu, pacaran juga hampir setahun kayaknya, udah lama." Jawabnya.

"Oh, pasangan TeknikXTeknik. Lucu,"

"Lucu? Lo pikir akademi lawak?"

"Tapi bang Chan, tahu Junot?" 

Chan yang tadinya berbicara sembari memejamkan matanya kini bangkit dengan mata membulat.

"Kenapa si Junot?"

Ekspresi Vernon berubah seketika.

"Oh, kayaknya tahu." 

Vernon  menatap Chan dengan senyum yang sulit dijelaskan.

"Mereka ciuman tuh, tadi sebelah sana."

"APA?"

"Ck," Vernon berdecih.

"Karin, ciuman sama Junot. Di sana." Ujarnya sepotong-sepotong.

Bang Chan langsung bangkit namun seketika berbalik menatap tajam Vernon.

PAPER UMBRELLAWhere stories live. Discover now