Meet

4.2K 1.4K 194
                                    

Pekerja salon menyambut Karin dengan senyum ramahnya, Karinpun langsung melihat-lihat model rambut terbaru dan menunjuk yang diinginkannya.

"Saya mau potong pendek kayak gini kak,"

"Yakin mbak? Rambutnya Panjang banget loh, sayang banget, gak mau model lain aja?" Tawarnya yang digelengi Karin dengan Yakin.

"Saya minggu depan ospek di fakultas Teknik, jurusan Teknik mesin. Saya gak mau jadi pusat perhatian." Cengirnya kemudian.

Rambut hitam Panjang itu kemudian dielusnya sayang. Memang rambut itu cantik tapi hanya akan merepotkan, bukan hanya perkara takut jadi pusat perhatian tapi jauh di dalam lubuk hatinya Karin takut ada yang mengenalinya lewat sebuah video yang pernah dibuatnya dengan Junot dulu, love tapenya.

"Biasanya cewek potong rambutnya sampai pendek banget tuh kalau lagi patah hati mba," Ujar pegawai salon yang menangani Karin.

"Mba lagi patah hati ya?"

Karin tersenyum.

"Saya patah hatinya sudah lama mba, tapi baru sempat ngerayainnya."

Patah hati bukalah hal baik, jadi tidak perlu dirayakan. Tapi bukannya patah hati salah satu alasan bagi seseorang untuk berubah?

Bukan hanya jadi lebih baik tapi juga lebih kuat.

Patah hati tidak perlu dirayakan apalagi diperlihatkan pada orang banyak, cukup memberitahu diri sendiri...

Kamu adalah orang yang baru, bangkitlah.

🌸💮🌸

Naresh menatap lamat-lamat maps dari ponselnya, 150 meter belok kanan ke jalan boulevard. Bunyinya.

Naresh kemudian mencolek Junot yang memboncengnya.

"150 Meter belok kanan Not,"

"Oke,"

Naresh dan Junot baru di kota Makassar, kedua pemuda itu ingin ke mall terdekat membeli peralatan rumah.

Nareshta yang memilih berbagi kamar dan rumah dengan beberapa temannya sedangkan Junot untuk sementara tinggal di kost samping kampus karena rumah barunya masih di renovasi. Bukannya Junot terlalu dimanja atau bagaimana sampai dibelikan rumah tapi keluarga mereka memang akan pindah dari Maros ke kota Makassar mulai tahun depan.

Kedua teman satu daerah itu janjian membeli beberapa peralatan baik bantal atau lemari plastik yang bisa dirakit agar pakaian mereka tidak berhamburan di koper.

"Bener gak nih?" Junot bingung.

"Bener, itu tuh parkiran motornya. Elo tinggal masuk terus tekan tombol karcis deh," Naresh cerewet, Junot menghela nafas lelah.

Yah kalau itu Junot juga tahu, ia memang anak daerah tapi tidak sekampungan itu juga. Lagian Maros dengan pusat kota Makassar jaraknya gak sampai satu jam Naresh!

"Iya ini udah di depan, kamu di mana?" 

Suara yang tidak asing itu membuat Junot yang sudah di depan tombol tiket berbalik.

Karina? Lafalnya dalam hati.

"Not, itu tombolnya yang hijau,"

Junot masih menatap gadis yang menghadap belakang itu, hingga akhirnya Junot menggeleng karena yakin suara mereka hanya mirip, perempuan dengan rambut super pendek itu pasti bukan Karin.

Bip. Palang di hadapan Junot dan Naresh terbuka.

"Nih, gue ambilin karcis parkirnya, masa gitu aja ga bisa lo?" Kecerewetan Naresh menyadarkannya.

PAPER UMBRELLAWhere stories live. Discover now