Dancing in the rain.

8.4K 2.3K 209
                                    

Walaupun selalu berjauhan di dalam lingkungan sekolah, Karin dan Junot selalu mengusahakan untuk pulang bersama.

Yah, selain tinggal di kompleks yang sama Karin dan Junot juga menikmati waktu pacaran mereka.

Tidak seperti pasangan lain yang terang-terangan, Karin memilih berjalan beberapa meter dan menunggui Junot di depan tukang fotocopy dekat persimpangan, tempat yang jarang di lewati teman-teman sekolahnya.

Dan di sinilah Karin menunggu Junot di tengah gerimis tanpa ada tempat berteduh, berulang kali Karin menelpon Junot namun sayang hanya suara operator seluler yang menjawabnya.

"Junot, ini mau hujan kamu di mana sih?" Karin mengigit bibirnya sembari bermonolog.

"Apa dia lupa ya mau pulang bareng? Harusnya gue pulang duluan aja tadi!" Runtuknya.

Karin melengkungkan bibir ke bawah menatap langit yang sudah berwarna abu-abu bersamaan dengan hujan yang mulai turun.

"Dek, berteduh di sini!" Panggil sang pemilik toko.

"Gak apa-apa bu, ga deras kok. Makasih." Balas Karin yang sudah meletakkan beberapa surat kabar bekas yang di temukannya di atas kepala sembari menanti sang kekasih yang tak juga datang.

🐾🐾🐾

Junot sudah membereskan barang-barangnya bersiap pulang saat ibu Mutiah berhenti di bangkunya, memintai Junot agar membantunya memeriksa hasil ulangan harian adik kelasnya yang tentu tidak bisa ditolak Junot.

"Kamu gak apa-apakan pulang telat? Pacar kamu gak nungguinkan Jun?"

Junot mengulas senyumnya,

"Ah ibu, Junot mana punya pacar bu?" Jawabnya.

"Aduh masa ganteng-ganteng jomblo Jun? kalau ibu punya anak cewek udah gede pasti ibu kenalin ke kamu, udah baik, ganteng, pinter, ga neko-neko." Puji bu Mutiah bertubi-tubi.

"Ibu bisa aja. Bu, ini cuma buat satu kelas saya meriksanya?" Tanya Junot.

"Iya, satu aja. Mau hujan, nanti kamu pulangnya ke hujanan lagi,"

"Baik bu." Junot menatap langit yang menghitam siang itu di balik jendela ruang guru tempatnya duduk, ada rasa khawatir di hatinya.

"Mudah-mudahan Karin pulang duluan, ga usah nungguin. Kasian." Gumamnya pelan.

Tiga puluh menit bergelut dengan nilai ulangan harian adik kelasnya, Junot berlari kecil ke tempat parkir setelah melihat beberapa panggilan tidak terjawab dari Karin.

Ah, Junot mulai berpikir dialah pacar terburuk di dunia karena telah membiarkan Karin lama menunggu.

"Karin! Hhhhh." Panggil Junot sembari mengatur pernafasannya.

"Loh Junot?" Karin menengok di balik payung kertasnya heran

"Motor kamu mana?"

Junot terkekeh,

"Mogok, disimpen di sekolah. Jadi kita pulang gimana ini Rin?" Tanya Junot yang tidak memperlihatkan ekspresi panik sama sekali, pemuda itu malah senang berhujan-hujanan bersama Karinnya.

"Ya naik angkot, ya udah ayo lari!" Karin mengulurkan tangannya yang langsung digenggam Junot.

"Singkirin payung kertasnya, bukannya nahan air, malah ganggu." Oceh Junot melihat payung kertas yang di pegang Karin di atas kepalanya.

"Tapi seenggaknya aku gak kuyup. Udah, 1 2 3 Lari!!!"

Suara derap sepatu Junot dan Karin berkolaborasi dengan aspal yang basah karena hujan siang itu, menghasilkan harmoni yang tak biasa.

Perpaduan hujan, tawa, dan kenangan menjadi satu.

🐾🐾🐾

Junot berhenti di depan gerbang Rumah Karin, melambaikan tangannya ceria pada gadis yang sudah dingin gemetar karena bermain hujan dengannya itu.

"Papa! Karin pulang."

Tok... Tok...

"Papa! Pa?"

Panggil Karin, namun tidak ada jawaban sama sekali dari dalam rumahnya.

Karin hanya tinggal bersama papanya, ibunya meninggal saat melahirkan Karin. Karin anak yang manja, terlebih lagi kasih sayang ayahnya yang terbilang berlebihan membuat Karin merasa menjadi tuan Putri.

Meski Ayah Karin banyak mendapat tatapan miring karena penampilannya yang tatooan dan berbeda dengan ayah yang lain namun Karin menjamin tidak ada yang yang lebih baik dari Ayahnya di dunia ini.

"Kayaknya Papa belum pulang, terus ga nyimpen kunci buat Karin gimana dong Jun?"

Junot tersenyum,

"Ya udah, Karin ikut pulang sama Junot aja, di rumah juga gak ada siapa-siapa. Mama Papa ke luar kota, ada acara keluarga. Lami, les sampai jam lima. Mau?"

Karin mengangguk.

-To be continued-

Apakah yang akan terjadi selanjutnya? 😁

(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟)

PAPER UMBRELLAWhere stories live. Discover now