D U A

292K 17.8K 684
                                    

Cerita ini udah diperbaiki ya

vote sebelum membaca 😘

Happy Reading

***

   Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu. Maura keluar dari ruang guru setelah mendapat omelan dari bu Eva, selaku wali kelasnya. Sesuai dugaannya bu Eva menelfon ke rumah dan melapor pada ayahnya jika dirinya membolos lagi. Maura tidak habis pikir, kenapa wali kelasnya itu dengan gampang menelpon ke rumah dan mengadukannya pada ayahnya tanpa memikirkan dampak yang akan ia terima?

Maura menghela napas. Siap atau tidak, ia harus terima konsekuensinya. Ini bukan kali pertama ia seperti ini. Dan hukuman dari ayahnya pun seolah sudah menjadi seperti makanan sehari-hari baginya. Tapi tetap saja itu menyakitinya.

Maura menghentikan langkahnya saat melihat Arkan duduk sendirian di bangku panjang sisi koridor. Cowok itu tengah serius membaca buku tebal yang di pegang nya. Entah apa yang tengah di baca cowok itu Maura tidak terlalu memikirkannya, yang jelas ia harus membalas apa yang sudah cowok itu lakukan padanya tadi pagi.

Maura tersenyum ketika sebuah ide terlintas di otaknya. Maura menoleh, mencari sesuatu yang di butuhkannya. Kemudian ia melihat Kinara membawa jus alpukat di tangannya. Maura segera menghampiri Kinara dan merebut jus alpukat tersebut dari tangannya.

"Buat gue!" ketusnya kemudian berbalik, menghampiri Arkan yang masih setia di tempatnya.

Maura tersenyum miring ketika langkahnya semakin mendekati Arkan.

Saat hendak melewati Arkan, Maura berpura-pura tersandung. Membuat jus alpukat yang di pegangnya pun tumpah mengenai buku dan celana Arkan. Arkan pun terkejut. Para murid yang berada di sekitar mereka pun mulai memperhatikan mereka. Beberapa dari mereka memasang wajah sedih atau kaget melihat Arkan ketumpahan jus. Di antaranya meringis, merasa kasihan melihat seragam Arkan yang basah dan kotor karena ketumpahan jus karena ulah Maura. Dan sebagian lagi melemparkan cibiran ke arah Maura karena tak terima melihat pangeran mereka di perlakukan seperti itu oleh Maura.

Arkan mendongak, menatap Maura tajam.

"Sorry sorry, gue jalan gak liat-liat jadinya kesandung deh" ujarnya lalu tersenyum. Senyum kemenangan bagi seorang Maura karena berhasil membalas apa yang sudah Arkan perbuat pada nya tadi pagi.

Arkan menatap Maura sejenak lalu menutup bukunya kemudian berdiri. "Lo sengaja". Dua kata yang terlontar dari mulut Arkan, setelahnya cowok itu pergi. Meninggalkan beberapa tatapan tak suka serta cibiran yang di tujukan untuk Maura. Namun Maura tak perduli.

Maura menatap punggung Arkan yang kian menjauh dengan kening mengkerut. Ia heran, dari sekian murid yang pernah ia kerjai, Arkan orang pertama yang tidak membalas perbuatan nya dengan kata kasar maupun hinaan kepadanya. Cowok itu hanya mengucapkan dua kata kebenaran, namun dia tidak membalasnya.

"Lah? Kemana mulut cabe-cabeannya? Tadi pagi ngomong pedes banget, kok sekarang berubah? Kesambet ya dia?" gumam Maura bingung.

"Rara"

Maura menoleh pada Calista yang baru saja datang. Menatap bingung pada tumpahan jus di lantai.

"Ada apa?"

"Gak ada apa-apa"

Calista melihat sekeliling. "Kok rame?" gadis itu lalu menatap Maura curiga. "Lo abis di bully ya?"

'Ngebully iya' kata Maura dalam hati.

Maura menggeleng, "Kagak, tadi ada cowok yang ketumpahan jus"

My boy Is Cold Prince [SUDAH  TERBIT] Where stories live. Discover now