D E L A P A N

235K 15K 347
                                    

Cerita ini sudah diperbaiki ya

Happy Reading

***

Pagi sekali Maura sudah berada di kelasnya duduk bersandar dengan kedua tangan terlipat di dada sembari menggerakkan kedua kakinya yang ia luruskan di bawah meja. Maura tengah berfikir, bagaimana caranya ia membolos tanpa di ketahui Arkan? Si cowok es yang menyebalkan itu.

Maura mendengus, menyebut namanya saja sudah membuatnya kesal setengah mati, bagimana berhadapan dengan cowok itu? Mungkin Maura harus menambahkan Arkan ke dalam daftar hal yang di bencinya. Matematika, Fisika, bahasa Inggris juga Arkan.

"Nunkkochi tteoreojyeoyo tto jogeumsshik meoreojyeoyo,, bogoshipda~ bogoshipda~"

Maura memutar bola matanya saat Calista masuk ke kelas sambil bernyanyi. Kebiasaan sahabatnya satu ini memang tidak bisa di hilangkan. Bukan hanya saat memasuki kelas ia bernyanyi, tapi sepanjang perjalanan gadis itu akan bersenandung ria, menyanyikan lagu boyband terfavoritnya dari negeri gingseng. Gadis itu bukannya tidak tahu malu, tapi memang tidak memperdulikan komentar orang-orang tentang dirinya.

"Bodoamat, hidup-hidup gue kok. Namanya juga hidup, pasti ada aja orang yang nyinyir, bukan hidup namanya kalo gak ada yang nyinyirin kita" begitu kata Calista.

Tapi kalo terus di nyinyirin kan sakit. Iya nggak sih?

"Selamat pagi semuanya, selamat pagi Rara, selamat pagi dunia yang penuh dengan kekejaman ini, jangan lupa sarapan. Ngadepin dunia ini tuh harus banyak makan biar kuat terus kalo di sakitin"

"Pagi-pagi udah nge-quotes aja lo, berisik tau!" komen Zidan, ketua kelas mereka.

Calista mendelik. "Sirik aja lo tuyul!". Gadis itu lalu duduk di bangkunya, tepat di sebelah Maura.

"Tumben lo udah dateng, pasti gara-gara ibu tiri lo ya?"

Maura mengangguk malas. Gadis itu memajukan tubuhnya, bertopang dagu. Matanya merem-melek karena masih mengantuk. Sungguh, ia ingin membolos untuk tidur.

"Itu emak lampir ngeselin banget sih! Orang mau sekolah malah di suruh jadi babu"

"Sebenernya gue sih fine-fine aja kalo gak sekolah, lumayan juga gak bikin otak gue terkuras gara-gara pelajaran. Tapi gue males kalo dia udah bertingkah kayak nyonya di rumah"

"Sok nyonya padahal cuma numpang di rumah lo" Calisa mencibir.

Maura mengangguk membenarkan.

"Ah, gue ngantuk banget"

"Cuci muka sono! Muka lo buluk banget kalo udah nahan kantuk"

Maura mendelik. "Sialan lo!"

Calista menyengir lebar, gadis itu lalu bergeser memberi jalan untuk Maura.

"Mau gue anterin gak?" tawar Calista.

"Gak usah, emang gue anak TK yang ke toilet aja harus di anter!" ucap Maura lalu hilang di balik pintu.

❄❄❄

Maura keluar dari kelasnya dan langsung memutar bola matanya malas saat melihat Arkan dan dua temannya itu tengah berdiri di depan kelas. Kevin yang berdiri di samping Arkan nampak tengah mengobrol dengan Valdo yang berdiri di seberangnya sedangkan Arkan berdiri menghadap lapangan, memperhatikan Reyhan-sang badboy sekolah tengah bermain basket bersama teman-temannya di bawah sana. Maura tidak terlalu kenal dengan Reyhan. Yang ia tahu,

Reyhan adalah kakak kelasnya. Sang badboy yang suka tawuran, balapan liar dan di takuti oleh seluruh murid manapun. Maura akan memilih menghindar jika berpapasan dengan cowok itu.

Selain tidak ingin terkena masalah, masa lalunya jugalah yang membuat dirinya takut dengan cowok badboy seperti Reyhan.

Kevin langsung berdiri tegak ketika cowok itu melihat Maura. Cowok itu lalu berdiri di tengah koridor, menghadang jalan Maura.

"Nyari obeng di pohon cemara, eh ada neng Maura"

"Obengnya lo lempar Vin sampe di cari ke pohon cemara segala?" sahut Valdo.

"Gue lagi mantun bego!"

"Oh,,, lagi mantun"

"Ngerusak suasana aja lo, Do. Gue kan lagi gombalin bidadari" gerutu Kevin.

Maura menatap Kevin malas. "Minggir lo!"

"Idih, si eneng galak banget kayak singa betina"

"Julukan dia di sini kan emang gitu" Valdo berkomentar.

"Oiya, sama kayak bos kita dong, bedanya bos kita itu julukannya Cold Prince. Mantul! Cocok lo berdua"

"Amit-amit! Minggir lo!" ketus Maura.

"Galak banget sih, Ra. Jangan galak-galak napa? Ntar gak ada yang suka sama lo gimana? Mau lo jadi perawan tua?"

Maura tidak mengindahkan ocehan Kevin, gadis itu memutar bola matanya jengah. "Lo bisa minggir gak?!" kesal Maura. Mendengar keributan, Arkan pun membalikkan badannya.

"Ih, galak banget sih neng, abang jadi atut..." gurau Kevin sembari memasang mimik wajah yang ketakutan, tentu saja itu hanya di buat-buat.

"Udah Vin kasih jalan, kasian anak orang lo godain mulu" kata Valdo.

"Eh, ntar dulu lah gue masih pengin ngobrol sama Maura. Dia pasti pengin ngobrol juga sama gue, cuma sok jaim aja" Kevin menatap Maura sembari menaikkan kedua alisnya. "Iya kan, Ra?"

Maura mendengus kesal karena Kevin tidak mau menyingkir dari hadapannya. Kalau tahu begini mending Calista ikut dengannya saja. Cewek itu pasti akan memukul siapapun yang berani mengganggunya, siapapun tanpa terkecuali. Jadi Maura tidak perlu buang-buang tenaga mengurus kadal satu ini.

"Minggir gue bilang" Maura kembali memperingatkan.

Bukannya menyingkir, Kevin malah melangkah maju hendak mendekati Maura. Namun sebelum itu Arkan menarik kerah belakang Kevin untuk menyingkir, memberi jalan untuk Maura. Maura pun langsung berlalu begitu saja setelah di beri jalan.

"Eh, apaan lo, Ar. Lo kira gue kantong sampah di giniin?" protes Kevin ketika Arkan menarik paksa kerah seragam belakangnya seperti menyeret kantung sampah.

"Jangan gangguin cewek"

"Ah gak asik lo. Gue kan pengin ngoleksi satu lagi di kelas IPS-3"

Arkan menyentil keras kening Kevin lalu melangkah masuk ke dalam kelas.

Valdo tertawa melihat Kevin yang meringis kesakitan sembari mengusap keningnya yang memerah.

"Sukurin lo! Mangkanya jangan kegatelan!" kata Valdo lalu menyusul Arkan masuk ke dalam kelas. Meninggalkan Kevin yang mendengus kesal di tempatnya.

"Punya temen pada jahat semua heran!"

❄❄❄

FOLLOW :

WATTPAD :
@hananayajy_

INSTAGRAM :
- Hananayajy_
- Wattpadhn_

YOUTUBE :
- Hananayajy_

My boy Is Cold Prince [SUDAH  TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang