E N A M

254K 15.8K 209
                                    

Cerita ini sudah di revisi😉

Happy Reading

***

   Maura berjalan di tengah koridor. Tangan kanannya sesekali terangkat menutupi mulutnya yang terus menguap. Hari ini Maura sengaja datang agak pagi untuk menghindari Jessica yang sudah pasti akan menyuruhnya membersihkan rumah. Jika tidak begini, Maura pasti akan terlambat lagi seperti sebelumnya.

Maura kembali menguap, pukul 02.00 pagi Maura terbangun karena memimpikan bundanya lalu berakhir dengan dirinya yang menangis karena sangat merindukan bundanya yang sudah satu tahun pergi meninggalkannya.

"Maura!" Maura menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang.

Calista tersenyum lebar lalu berlari menghampiri Maura. Sesampainya di hadapan Maura, cewek itu langsung memiting leher Maura hingga membuat si empunya mendengus kesal.

Calista melepaskan tangannya lalu tertawa. Tawanya seketika meredup saat melihat kedua mata Maura yang bengkak, juga lingkar hitam di bawah mata cewek itu.

"Lo kenapa, Ra? Lo abis nangis?" Tanya Calista khawatir sembari menangkup wajah Maura.

Maura menjauhkan tangan Calista dari wajahnya. "Gapapa"

Calista mendengus, tak suka mendengar jawaban Maura yang katanya baik-baik saja.

"Gapapa gimana? Mata lo itu menandakan kalo lo lagi gak baik-baik aja, Ra"

Maura memutar bola matanya jengah. Calista adalah orang pertama yang akan cerewet jika sudah menyangkut keadaannya. Gadis itu pasti akan terus mendesaknya untuk bercerita. Berbeda dengan Rafa yang memilih diam dan menghargai privasinya. Cowok itu memilih menunggu sampai Maura yang bercerita dari pada memaksanya.

"Ra, cerita dong ke gue"

Maura menggeleng. "Gue gapapa, Ta. Gue cuman ngantuk doang gara-gara semalem gak bisa tidur".

"Tapi lo—eh Ra, gue belum selesai ngomong, woi!" Calista mendengus karena Maura pergi begitu saja sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.

"Ra, tungguin!" Calista berlari menyusul Maura yang sudah melangkah jauh.

❄❄❄

Maura baru saja keluar dari toilet dan melihat Arkan dari arah yang berlawanan membawa beberapa buku tebal di tangannya. Maura tersenyum miring saat ide jahil terlintas di otaknya.

Maura mengambil ancang-ancang lalu berlari kencang ke arah cowok itu dan dengan sengaja Maura menubruk Arkan sehingga buku-buku tebal yang di pegangnya pun berjatuhan ke lantai.

Maura langsung memasang ekspresi terkejutnya.

"Duh sorry-sorry, gue buru-buru jadi gak liat ada orang" ujar Maura memasang wajah sok bersalahnya.

"Lo gapapa kan?" tanya Maura.

Arkan menatap Maura sejenak kemudian berjongkok memungut buku-buku tebal yang berserakan di lantai.

Maura melipat kedua tangannya di depan dada sembari tersenyum puas. Bukannya jahat, hanya saja ia tidak suka hidupnya selalu di ganggu oleh es batu berjalan ini. Apalagi setelah kejadian di perpustakaan kemarin.

Es batu? Itu julukannya untuk Arkan karena cowok itu memang selalu memasang wajah datar dan dinginnya. Kaku tanpa ekspresi.

Arkan berdiri. Cowok itu hendak melanjutkan langkahnya namun urung karena masih merasakan kehadiran Maura di belakangnya. Arkan pun berbalik, menatap Maura dengan sebelah alisnya yang terangkat.

"Ngapain"

"Hah?" tanya Maura tak mengerti.

"Ngapain masih disini" ujarnya dengan nada suara yang tak bersahabat.

Maura gelagapan, gadis itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari memikirkan alasan yang tepat.

"Oh itu, tadi niatnya gue mau bantuin lo—" perkataan Maura terhenti ketika melihat Arkan tersenyum sinis.

"Gak perlu" Arkan menatap Maura sejenak. "Lo sengaja kan" setelah mengatakan itu, Arkan pun berbalik pergi meninggalkan Maura yang mematung menatap punggungnya.

Bagaimana cowok itu bisa tahu kalau ia melakukannya dengan sengaja?

❄❄❄

FOLLOW :

WATTPAD :
@hananayajy_

INSTAGRAM :
- Hananayajy_
- Wattpadhn_

YOUTUBE :
- Hananayajy_

My boy Is Cold Prince [SUDAH  TERBIT] Where stories live. Discover now