Ibu?

2.5K 157 11
                                    

Pagi harinya aku dan Om Guntur tidak langsung pulang. Om Guntur mengajak berkeliling kota, hitung-hitung hadiah kemenanganku katanya.

Om Guntur mengajakku wisata kuliner disini. Aku banyak mencoba makanan khas daerah sini, kebanyakan jajanan tradisional.

Aku sudah mencoba yang namanya colenak. Makanan yang terbuat dari peuyeum (singkok yang sudah mengalami tahap fermentasi) yang dibakar, kemudian disiram gula merah cair yang dicampur kelapa parut.

Ada juga ali agrem, yang terbuat dari gula merah dan tepung beras. Bentuknya bulat dengan bolong ditengah seperti donat, hanya saja ukurannya lebih kecil.

Ada cilok, cimol, batagor, kue putu, dan masih banyak lagi. Dan yang paling aku suka itu, seblak.

Seblak itu isinya, kerupuk mentah yang sudah di rendam, mie yang dimasak dengan bumbu, bisa juga ditambah dengan ceker ayam atau lainnya. Rasanya pedas, tergantung selera kita.

Kita baru sampai apartemen setelah matahari kembali keperaduannya. Keadaan apartemen masih gelap.

Saat Om Guntur menyalakan lampu. Aku bisa melihatnya! Seseorang yang tidak bisa kubenci, seberapa keraspun aku mencoba.

AYAH!

Ayah bangkit dari duduknya. memelukku begitu erat, aku ingin balas memeluknya, tapi kuurungkan. Aku takut ini hanya ilusi karna aku terlalu merindukan ayah.

"Maafkan ayah sayang! Maaf!"

"Tidak seharusnya ayah melakukan ini padamu. Ayah tidak ingin kehilanganmu sayang!"

"Ayah merindukanmu!"

Ini bukan ilusi? Aku melepaskan pelukan ayah. Dia menangis! Kenapa ayah harus menangis?

"Ayah salah! Tidak seharusnya ayah mendengarkan wanita itu. Seharusnya ayah percaya padamu!"

"Pulanglah sayang! Kita perbaiki semuanya"

Aku belum bisa mencerna apa yang ayah katakan. Apa ayah baru saja memungutku kembali?

'Ayah?'

"Ya sayang?"

"Biarkan Esta istirahat dulu Mahes. Kami baru kembali"

"Kalian dari mana?"

"Kami dari Bandung. Menghadiri lomba yang Esta menangkan"

"Lomba?"

"Ini"

Om Guntur memberikan pialaku pada ayah. Sedangkan aku masih mematung didepannya.

"Kamu menang lomba karya puisi sayang?"

Aku hanya mengangguk.

"Boleh ayah membacanya?"

Aku ragu. Aku melihat Om Guntur untuk meminta saran. Dan Om Guntur menyetujui.

Kuberikan salinan puisiku pada ayah. Ayah membacanya dalam posisi berdiri dengan lututnya.

Ibu?

Harus dari mana aku memulainya?
Bagaimana aku mengenalkanmu?
Bagaimana aku bisa menggambarkanmu?
Bahkan aku tak mengenal mu sama sekali!

Aku tak tau siapa dirimu?
Dimana kau berada?
Bagaimana rupamu?
Bahkan siapa Namamu?

Aku tak punya IBU!
Aku hanya punya AYAH!
Hanya AYAH!

Dia pria hebat yang merawatku sejak lahir.
Dia pria tangguh yang memperjuangkan kebahagiaanku.
Dia pria lembut yang memberiku kasih sayah lebih darimu Bu.

Just Me & My Dad(TAMAT)Kde žijí příběhy. Začni objevovat